Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong Royong, Merawat Modal Sosial ditengah Pandemi

11 Juli 2020   18:15 Diperbarui: 11 Juli 2020   18:44 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gotong Royong, Sumber: nalarpolitik.com

Secara lokal kita memahami modal sosial itu gotong royong, gotong royong itu modal sosial. Begitu kata Bakti Utama, mengawali penjelasannya. Aksi Cepat tanggap dan ajakan membantu bersama, merupakan beberapa contoh kampanye di media sosial, tentang gotong royong atau modal sosial. Gotong royong dinarasikan seebagai kerjasama, secara sukarela untuk mengatasi masalah bersama, di dasari semangat moral solidaritas.

Dalam Pidatonya tanggal 1 Juni 1945, Presiden Soekarno mengatakan Gotong Royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan. Kalau kekeluargaan itu paham yang statis. Gotong royong menggambarkan suatu usaha, suatu amal, suatu pekerjaan, satu karyo, satu gawe. 

Gotong royong adalah pembanting tulang, pemerasan keringat bersama. Perjuangan bantu binantu bersama. Amal semua buat bersama. Holobis kuntul baris buat kepentingan bersama. Itulah gotong royong. Demikian, Presiden Soekarno dalam pidatonya.

Menurut Bakti, terjadi transformasi bentuk-bentuk gotong royong di era digital saat ini. Gotong royong dilakukan oleh aktor baik perseorangan, misalnya influncer, selebgram dan lain-lain. 

Korporasi, melalui bentuk pundi amal, peduli kasih SCTV dan lain-lain.  Lembaga amal, melalui bentuk Aksi Tanggap Cepat (ACT), Dompet Dhuafa, Yayasan Budha Tzu Chi, dan sebagainya.

Sementara komunitas, misalnya komunitas hobi, komunitas kedaerahan antara lain Info Cegatan Yogya, Facebook Banten News dan lain-lain. Aksi gotong royong dilakukan melalui platform website, media sosial maupun aplikasi digital. Bentuk aktivitasnya antara lain filantropi (kedermawanan) maupun volunterisme (kesukarelaan).

Memetik Pengalaman dari Taiwan

Pengalaman Taiwan, ketika menghadapi Covid 19. Semiarto Purwanto, Antropolog UI, Semiarto menceritakan pengalamannya melihat Taiwan dari dekat. Menurutnya di Taiwan, tidak bergejolak. Semiarto mengkaji origin people Taiwan. Masyarakat Taiwan, memiliki sikap bijaksana menghdapi covid. Modal sosial, sebagai salah satu cara menghadapi bencana.

Seperangkat nilai yang beroperasional pada sektor politik, sosial, ekonomi dan sosial budaya. Katanya, sumberdaya budaya merupakan pendamping modal sosial. 

Belajar dari Taiwan, katanya juga rapuh dari sisi politik dan keamanan. Namun modal sosialnya yang kuat, juga sumberdaya alam, energi dan SDM, ekonomi tumbuh baik, 8%. Krisis 98, Taiwan survive.

Demografi, selalu berganti-ganti. Kelompok Taiwan, adalah kelompok Austronesia, kemudian datang orang Han, dari daratan Cina, yg kemudian menjadi dominan. Sejarah Taiwan, juga menghadapi kolonialisasi, Spanyol dan Portugis, dan Jepang yang menghancurkan Dinasti Qing di Taiwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun