Jadi kepekaan terhada fenomena kebudayaan, sense of cultural, pintu masuknya melalui arkeologi, sehingga diharapkan tumbuh pula kepekaan terhadap fenomena kearkeologian, sense of archaeology.
Jika saudara-saudara memiliki kepekaan terhadap fenomena kebudayaan, maka saudara-saudara tentu saja juga akan tumbuh kepekaan terhadap persoalan kemanusiaan.Â
Karena, bicara kebudayaan, tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari soal-soal kemanusiaan.Â
Bicara tentang kebudayaan, selalu berhubungan dengan manusianya. Karena budaya, dihasilkan dari proses tingkah laku manusia. Demikian kalimat pembuka yang saya sampaikan dalam webinar itu.Â
Jadi, saya mengajak perserta webinar, yang terdiri dari para jurnalis di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Juga para pelajar dan mahasiswa, guru, akademisi atau dosen, dan juga peneliti dari berbagai wilayah di Indonesia.Â
Ajakan atau saya menggunakan kata provokasi, mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman menjumpai fenomena kebudayaan di sekitar kita yang berhubungan dengan dunia arkeologi.
 Dunia yang mengajarkan kita tentang kebudayaan masa lalu, sehingga menimbulkan kepekaan anda dalam memahami fenomena budaya kekinian yang sesungguhnya merupakan proses berlanjut dari masa lalu.Â
Kearifan lokal masyarakat contohnya, banyak hal budaya masyarakat saat ini yang masih menghormati atau mempertahakankan tradisi lokal, warisan kearifan leluhur dalam memahami kebudayaan hubungan antar manusia saat ini.
Feomena yang dijumpai, adalah sebuah pengalaman. Dan pengalaman itu tentu saja, seharusnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Maka menulislah tentang fenomena kebudayaan yang kita jumpai.
 Mengapa kita perlu menulis pengalaman kita dalam melihat fenomena kebudayaan? karena kita ingin mengabarkan kepada dunia, apa yang kita alami, kita rasakan, kita lihat dan kita pikirkan. Â
Atau kita berpikir dunia harus tahu apa yang kita lihat, kita alami dan kita pikirkan. Oleh karena lahir dari pengalaman, maka lahirlah kepekaan atau sense.Â