Mohon tunggu...
Wurie hadi
Wurie hadi Mohon Tunggu... -

seorang dalam pencarian mencari kesejatian hidup,mengolah setiap pemikirannya lewat tulisan ringan berdasar apa yang dilihat, di dengar, dan dirasakan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peperangan, Bencana Alam, Haruskah Ditambah dengan Tindakan Bodoh??

15 Maret 2011   16:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu kebodohan apalagi yang membuat orang-orang " aneh " pun berbuat ulah? Tak bisakah melihat pengalaman dari negeri tetangga untuk bisa menikmati dan mewariskan kedamaian alam ini pada anak cucu?

Paket bom pada aktivis utan kayu, siapa bertangung jawab?

Pelarangan ahmadiyah di jawa barat, sinyalir sarat pelanggaran HAM, siapa bertangung jawab?

Tontonan sinetron tak bermutu, bersliweran tanpa basa basi memberi mimpi kosong. Suporter bola selalu berulah, merusak sarana umum. Anggota dewan minta naik gaji, tak ada empati pada si miskin. Media dipakai sarana adu kekuatan politik. Dan berita ini...berita itu...ada lagi yang ini..ada lagi yang itu...takkan berujung.

Lau apa artinya bagi hidupku?

Ku ingin sederhanakan mimpiku malam ini. Mendekap si kecil, dengan sejuta doa tuk masa depannya. Karena esok pagi ku harus bergelut kembali dengan dunia, kembali merangsek hidup , memungut rizki, dan menyelipkan doa-doa pengharapan, hingga matahari kembali tenggelam. Membiarkan masalah negri pada mereka yang berkompeten. Membiarkan masalah global bagi para pemikir yang kapabel. Ku tak ingin menambah kebodohan pada generasi esok. Jika dengan perang dan bencana alam pun hidup menjadi begitu rumit. Haruskah menambah dengan kekonyolan, hidup tanpa arah dan tujuan jelas? Membuat kerusakan, tanpa pernah mewariskan setitik bijak kehidupan adalah hal bodoh dan sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun