Mohon tunggu...
WULIDATUL IMROAH
WULIDATUL IMROAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lala_cishlist18616

Orang Yang Kuat Adalah Orang Yang Mampu bertahan Jatuh Bangkit Lagi, Gagal Berjuang Lagi Sampai Bisa mencapai "The Affection Between Love and Understanding"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Guru Ngaji yang Tulus, Aktif, serta Istiqomah dalam Mengajar

27 April 2022   11:16 Diperbarui: 27 April 2022   12:05 4232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru yang mempunyai tugas mendidik dan memfasilitasi para muridnya agar mencapai kedewasaan, guru juga mempunyai tugas mengajar dan memfasilitasi muridnya untuk menguasai pelajaran, dan guru juga mempunyai tugas yaitu membimbing dan memfasiltasi muridnya dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi sehingga mencapai kemandirian. 

Peranan guru yang begitu besar tersebut, sangat penting bagi kemajuan pendidikan yang ada di Negara Indonesia, baik pendidikan formal seperti  pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, dan SMA), dan pendidikan tinggi (D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3), maupun pendidikan nonformal seperti halnya, madrasah diniyah (Madin) ataupun taman pendidikan Al-Qur'an (TPA).

Pada Hari Jum'at, 22 April 2022. Saya melakukan observasi kepada salah satu guru ngaji saya semasa kecil yaitu Bu Uswatun Hasanah. Beliau tinggal di salah satu dusun yang berada di Desa Depok, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yakni Dusun Pakuran.

Beliau tinggal bersama dengan suaminya dan anak laki-laki satu-satunya. Beliau memperkenalkan diri bukan sebagai guru menngaji melainkan teman dalam belajar bersama. Beliau sangat aktif dalam mengajarkan murid-muridnya baik di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) maupun di Madin (Madrasah Diniyah), beliau juga aktif dalam mengajarkan  ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist.

Bu Uswatun yang merupakan guru ngaji yang mengajar TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) di beberapa tempat yakni berada di Dusun Pegat yang menampung murid kurang lebih 40 anak, di Dusun Krajan menampung murid sebanyak 16 anak, dan di rumahnya sendiri menampung murid sebanyak 24 anak. 

Sedangkan untuk Madin (Madrasah Diniyah) beliau mengajar di dua tempat yaitu di Dusun Pegat yang berdiri sejak tahun 2010, dan juga di Dusun Krajan berdiri sejak tahun 2015 yang Alhamdulillah semua itu masih berjalan sampai sekarang dengan keaktifan beliau dan keistiqomahan beliau.

Lulusan sekolah dasar (SD) dan tidak bisa untuk melanjutkan ke sekolah formal yaitu pendidikan menengah baik SMP maupun SMA tidak menjadikan Bu Uswatun menyerah dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama maupun cara mengaji Al-Qur'an yang didapatkan dari pondok pesantrennya. 

Bu Uswatun yang hanya lulusan sekolah paket, mulai mengajar mengaji Al-Qur'an meskipun sebisa dan semampunya sejak tahun 1998 yakni setelah lulus dari pondok pesantren. 

Dahulu kala di Dusun Krajan tepatnya di SD Negeri 1 Depok terdapat ekstrakurikuler mengaji dan beliau mengajar disana yang kemudian diambil oleh bapak kepala sekolah. Pada saat itu, beliau mendirikan sendiri madrasah diniyah (madin) yang awalnya ingin didirikan di SD Negeri 1 Depok tetapi disana tidak diizinkan sehingga berpindah untuk mendirikan madrasah diniyah (madin) di SD Negeri 4 Depok tepatnya di Dusun Pegat Rt. 14. Madrasah diniyah (Madin) tersebut berdiri kokoh sampai sekarang, meskipun beliau hanya bisa mengajarkan dasar-dasar dari mengaji Al-Qur'an yaitu dari alif ba' ta'. 

Meskipun begitu, beliau berharap semoga anak didiknya atau para muridnya tetap istiqomah, bisa lancar dan bisa mengaji lantaran belajar mengaji dengan beliau.

Dengan banyaknya aktivitas-aktivitas yang beliau kerjakan, seperti halnya pada saat pagi hari beliau mengajar atau menjadi guru di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan pada sore harinya beliau mengajar mengaji baik di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) maupun di madin (madrasah diniyah), tetapi beliau mempunyai cara untuk membagi waktu antara beliau dengan keluarganya dan dengan segala aktivitasnya. 

Sebagaimana yang beliau jadwalkan bahwa TPA (taman pendidikan Al-Qur'an)  masuknya selama satu minggu dua kali, kecuali TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) yang ada dirumah beliau itu masuk setiap hari setiap ba'da maghrib. Dan malam harinya adalah saat dimana waktu beliau bisa berkumpul dengan keluarga tercinta, beliau selalu menghabiskan waktu bersama keluarga setelah mengajar mengaji di rumah beliau. 

Beliau berkata bahwa; "Kalau memang ada kesempatan pada siang harinya dan saya tidak ada kegiatan atau aktivitas lainnya maka saya bisa memfokuskan kepada keluarga saya."

Pada saat melakukan observasi dengan Bu Uswatun, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau yang berkaitan dengan proses belajar mengajar baik di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) maupun di madin (madrasah diniyah). 

Pertanyaan yang saya ajukan seperti halnya, cara belajar yang efektif, pencapaian hasil yang maksimal dalam belajar, upaya dalam memotivasi para muridnya, upaya yang berhasil diterapkan, dan juga perubahan serta kemajuan salama mengajar. Dan jawaban beliau atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan tersebut, saya simpulkan dan saya tulis dibawah.

Bu Uswatun mempunyai pendapat bahwasanya untuk melaksanakan belajar atau pembelajaran secara efektif itu sangat sulit sekali, menurut beliau kesulitan tersebut bukan dari murid-muridnya, melainkan dari beliau sendiri yang banyak sekali aktivitas jadi tidak bisa untuk fokus ke satu tempat saja. 

Tetapi menurut beliau, untuk murid-muridnya sendiri Alhamdulillah mempunyai semangat dan keinginan belajar mengaji yang tinggi. Dan kalaupun semangat atau keinginan belajar murid-muridnya mulai surut, Bu Uswatun mempunyai cara yang efektif agar murid-muridnya bisa tertarik kembali untuk mengaji. 

Cara yang beliau gunakan seperti halnya, diajak bermain misalnya bermain kelereng, diajak lomba misalnya lomba hafalan juz amma, atau lomba adzan, atau lomba keagamaan lainnya yang kemudian diberi hadiah, atau diberikan makanan ringan (jajanan), alat tulis seperti bolpoint, pensil, penghapus, buku, dan sebagainya, sebagai bentuk tali asih agar murid-muridnya menjadi senang dan bisa tertarik untuk belajar mengaji. 

Beliau berpendapat bahwasanya ketika seorang anak diajari dengan cara yang kasar maka anak atau muridnya tersebut tidak akan paham terhadap pelajaran maupun materi yang ada. 

Tetapi dengan beliau mengajar sambil tertawa, tersenyum, maupun bermain maka hal tersebut menjadikan seorang anak atau murid bisa tenang dan ada kemauan untuk belajar.

Bu Uswatun mempunyai pendapat tentang banyaknya perkembangan atas pencapaian murid-muridnya dalam mengaji maupun mempelajari ilmu-ilmu agama, hal tersebut dibuktikan dengan keadaan yang dulunya saat dirumah seorang anak itu sangat bandel atau disuruh mengaji tidak mau, tetapi dengan adanya lantaran dimasukkan di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) mereka atau para muridnya bacaan mengajinya sudah bisa didengarkan, bahkan yang baru masuk sekitar 2 tahun sudah khatam dari iqro' 1 sampai dengan iqro' 6. 

Beliau berpendapat bahwa pencapaian belajar dari para muridnya yang membuat para orang tua bangga karena anaknya bisa mengaji adalah sebab lantaran dukungan yang maksismal dari orang tuanya dan semangat dari pribadi para muridnya.

Ketika beliau mengajar mengaji baik di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) maupun di  madin (madrasah diniyah) banyak perubahan yang terjadi baik pada muridnya maupun wali muridnya. 

Dulu ada satu tempat yang masyarakatnya atau bisa dikatakan bahwa para orang tua itu sangat minim pengetahuannya tentang agama. Tetapi, semenjak adanya TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) banyak orang tua ataupun wali murid yang sadar dan menyadari pentingnya mempelajari ilmu agama dan juga pentingnya bisa mengaji Al-Qur'an. 

Pada akhirnya masyarakat atau orang tua atau wali murid tersebut, sekarang banyak mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, justru para wali murid lah yang mendorong dan mendukug diadakannya haflah akhirusannah yaitu perayaan akhir tahun santri atau murid pertanda telah selesainya tahun ajaran. 

Jadi yang menjadikan perubahan itu terjadi sebab lantaran semangat dan dorongan dari orang tua atau para wali muridnya dalam belajar mengaji dan belajar ilmu-ilmu agama baik di TPA (taman pendidikan Al-Qur'an) maupun di  madin (madrasah diniyah) tersebut. .

Pesan maupun nasihat Bu Uswatun yang ditujukan kepada saya sebagai muridnya dahulu ketika masih kecil maupun kepada murid-muridnya yang sekarang yaitu; "Jadilah anak yang bisa membanggakan kedua orang tua dan jangan sampai menyakiti hati kedua orang tua karena membanggakan kedua orang tua itu adalah hal yang mudah yaitu dengan cara berperilaku yang sopan santun, sebab meskipun mempunyai ilmu yang lebih tinggi kalau tidak mempunyai sopan santun kepada siapapun orang yang lebih tua daripada kita maka ilmunya tidak akan bisa kemana-mana, jadi meskipun bodoh kalau mempunyai sopan santun maka akan dihormati oleh orang lain. 

Bisa disimpulkan bahwa ilmu yang paling tinggi adalah sopan santun dan budi pekerti. Dan untuk pesan yang paling utama adalah teruslah berdoa apapun keadaannya dan jangan pernah meninggalkan sholat lima waktu sampai akhir hayat karena sholat lima waktu itu adalah besok yang membawa kita untuk selamat dari dunia sampai akhirat". 

Adapun pesan lainnya yang disampaikan oleh Bu Uswatun, yaitu; "Banyak hal yang berkesan dihati saya ketika mengajar anak-anak atau murid-murid saya, dan yang paling utama adalah ketika anaknya atau muridnya tersebut bisa menurut dengan saya dan bisa menghasilkan yang baik seperti bisa didengarkan saat mengaji, dan pintar dalam mengaji Al-Qur'an. 

Saya ikut merasa bangga atas pencapaian tersebut dan menjadi hal yang mengesankan bagi saya. Jadi, saya berpesan apabila hari esok saya sudah tua maka selalu ingatlah kepada siapa orang yang mengajari pertama dan jangan lupa kepada siapa yang membekali, dan mendasari untuk kalian bisa mengaji".

Jadi, dari hasil observasi saya diatas terhadap guru ngaji saya ketika masih kecil, Saya menyampaikan bahwa memuliakan seorang guru itu sangat penting, dan bukan hanya sekedar formalitas, melainkan harus ada kesadaran yang tumbuh dari dalam sanubari. 

Agama Islam pun juga memerintahkan untuk menghormati guru karena menghormati guru merupakan bentuk realisasi dari perintah Allah SWT. dan Sunnah Rasulullah SAW. karena dari guru kita belajar menuntut ilmu, dan menuntut ilmu tanpa mempunyai adab terhadap orang yang memberikan ilmu maka akan menghilangkan keberkahan ilmu tersebut. 

Sebagaimana hadist yaitu; "Dari sahabat Abi Umamah, beliau berkata: Rasulullah SAW., bersabda: "Barangsiapa mengajar satu ayat dari Kitabullah kepada seorang hamba, maka orang itu menjadi jujungan hamba tersebut, hamba tidak boleh merendahkan orang tersebut, dan tidak boleh mendahuluinya (harus memuliakannya)".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun