Mohon tunggu...
Wie Astuti
Wie Astuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - _

Selama hidup, teruslah belajar, buat bekal mati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Radikalisme Agama dan Cara Pencegahannya

23 Januari 2022   10:44 Diperbarui: 23 Januari 2022   10:48 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Upaya paling sederhana bisa dimulai dari diri sendiri sebagai satuan individu tunggal. Individu sedari dini membentengi diri dari kemungkinan-kemungkinan terpapar paham radikal. Karena, individu merupakan sosok yang sangat menentukan dan mendasar. Individu memiliki filter dalam menyaring informasi yang ada di media. Individu memiliki kejelian dalam mengonsumsi juga memilah dan memilih konten berita yang tersaji dalam berbagai platform media sosial. Baik itu konten yang membahas agama, ekonomi, politik, dan lainnya. Tetapi yang paling penting ialah dalam bahasan agama, karena, tidak sedikit konten keagamaan yang memang sengaja dibuat oleh kelompok radikal dengan tujuan mendulang simpati dari pembaca. Atau dengan kata lain propaganda.

Contohnya kelompok ISIS yang menyebarkan paham mereka melalui jejaring media sosial. Mereka bisa dibilang jeli dalam melihat peluang. Di mana kawula muda memang gemar menggunakan media sosial, terlebih di masa pandemi penggunaan internet semakin meningkat. Mereka mengincar kalangan muda untuk ikut terlibat dalam tindak kekerasan bersama mereka atau sedikitnya terprovokasi oleh pemikiran ataupun pandangan mereka. Dengan sengaja mereka membuat konten baik artikel, video atau lainnya yang bisa memancing emosi keagamaan publik. Maka jelas, peran individu sangatlah penting dalam menyaring informasi yang beredar di media.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tindak radikalisme salah satunya disebabkan penafsiran ayat yang tidak utuh alias separuh-separuh. Sebagai imbasnya, dengan mudah seseorang dapat terjerat paham radikal. Hal tersebut sangat mungkin terjadi ketika pemahaman keagamaan yang dangkal pada individu tidak dibarengi pemikiran yang matang dan sikap dewasa. Memahami agama secara sempit, sangat memungkinkan menafsirkan agama sesuai dengan hawa nafsu. Sehingga, dengan mudahnya terbuai dan terbujuk paham yang dirasa kurang rasional secara akal sehat---karena menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai solusi, salah satu upaya yang bisa ditempuh, khususnya oleh individu ialah dengan memperdalam wawasan keagamaan. Memahami agama tidak hanya sebatas teks berupa ayat-ayat yang terdapat dalam kitab suci saja melainkan sampai pada aspek konteks yang menjadi tujuan dari teks-teks alquran yang dimaksud. Secara otomatis, ketika agama dipahami secara keseluruhan, akan memperkecil peluang terpapar paham radikal disebabkan pemahaman keagamaan yang sempit. Juga, dengan memahami konteks, akan memberikan nilai manfaat yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika hal ini dilakukan, bukan tidak mungkin kedamaian, dan juga kearifan dapat tercapai.

Akantetapi, hal yang tidak kalah penting dalam memperdalam wawasan keagamaan adalah peran seorang guru yang tepat, dalam arti bisa mengarahkan dengan benar. Seorang guru yang memahami urgensi agama dalam konteks kehidupan, tujuan agama untuk terciptanya perdamaian, dan juga menjunjung tinggi toleransi. Karena bagaimanapun juga, faktor seorang guru atau pengajar sangat menentukan. Seorang guru yang memiliki wawasan luas dan pluralis, akan melahirkan seorang murid yang juga berwawasan luas dan pluralis. Mudah menerima perbedaan, toleran, terbuka akan perubahan dan tidak bersikap kaku.

Untuk itu, sangat diperlukan upaya kolektif dalam mengakhiri potensi masuknya paham radikal. Upaya-upaya tersebut tidak bisa dilakukan oleh satu orang atau salah satu pihak saja. Karena, radikalisme merupakan isu sosial dan berimbas pada seluruh elemen masyarakat, sehingga, perlu kesadaran bersama untuk mengatasi problematika tersebut. Cara yang paling sederhana dan paling dekat bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk memperdalam wawasan keagamaan bersama seorang yang kiranya mampu memberi petunjuk dan penerangan. Dengan begitu, besar harapan menjadi seorang yang kokoh takan tergoyahkan oleh pemahaman-pemahaman radikal apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun