Mohon tunggu...
Dwi Wulandari
Dwi Wulandari Mohon Tunggu... -

I'm muslim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Begitu Paranoid Dengan Simbol?

22 April 2013   23:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:46 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia menciptakan simbol untuk menyampaikan maksud hatinya, dalam banyak hal.

Kalau di Wikipedia sih dijelaskan kalau;

Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.

(Lengkapnya bisa di baca di http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol)

Intinya, simbol yang dibuat dan (sadar atau tidak sadar) disepakati manusia itu ada banyak sekali dan semua simbol itu ada maknanya. Inilah yang seharusnya kita cari tahu sebelum kita bersepakat untuk turut menggunakannya atau tidak.

Saya teringat sebuah novel perjalanan yang pertama kali cetak di Juli 2011, 99 Cahaya di Langit Eropa.Ditulis oleh pasangan suami istri, Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Saya sangat tertarik dengan kisah perjalanan Hanum di halaman 153 sampai halaman 172, tentang Kufic. Pernah dengar?

“Sepertinya itu tulisan Kufic. Seni kaligrafi Arab kuno. Tak terbaca dengan pengetahuan biasa. Sekilas hanya seperti coretan Arab yang tak ada artinya. Tapi ini sebuah misi dakwah yang luar biasa. Para khalifah Islam senang mengirim cendera mata dengan pesan puitis dengan dekorasi Kufic seperti ini kepada raja-raja Eropa yang kebanyakan menganut Katolik Roma.” Penjelasan Marion kepada Hanum ketika mereka melihat sebuah piring peninggalan peradaban Islam di Museum Louvre.  Marion adalah warga Asli Perancis yang menjadi mualaf.
Kufic
kunjungi juga http://senja1612.blogspot.com/2012/11/kenapa-begitu-paranoid-dengan-simbol.html ^^

Piring itu dihiasi huruf hijaiyah yang sedemikian rupa sehingga terlihat seperti sekedar ornamen biasa. Tapi kaligrafi itu bisa dibaca: Al-‘ilmu murrun syadidun fil bidayah, wa ahla minal ‘asali fin-nihayah. Artinya: Ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya.

Kufic itu melingkar indah di pinggiran piring, sedangkan di tengahnya terdapat symbol yang sudah tidak asing, hitam dan putih yang saling ‘memeluk’. Yap, Ying dan Yang. Simbol keseimbangan yang jika dikaitkan dengan kaligrafi Kufic tadi melambangkan perlunya keseimbangan antara agama dan ilmu.

Di sini saja saya sudah bertanya-tanya, bukankah Ying dan Yang itu bukan berasal dari kebudayaan Islam? Dari Cina, kan ya? Aneh. Kenapa orang Islam sendiri menggunakan simbol itu? Tidakkah haram? Tidakkah bathil?

Ah, tapi saya bukan ingin mempersoalkan tentang symbol Yin dan Yang itu dulu (mungkin kapan-kapan, InsyaAllah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun