Manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa jika tidak melakukan komunikasi dengan manusia lainnya, sehingga dapat dipastikan manusia akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya. Komunikasi terletak dari proses komunikasinya sebagai aktifitas dalam melayani hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Didalam komunikasi meliputi sebuah usaha untuk menciptakan pesan, mengalihkan pesan, dan memberi diri kita sebuah tempat baik dihati maupun otak untuk menerima pesan. Dalam berkomunikasi meskipun terlihat mudah tetapi sebenarnya sangatlah sulit, sebab kita harus memiliki usaha dalam menciptakan sebuah pesan sehingga tidak bisa sembarangan memberikan pesan kepada orang lain, harus melihat terlebih dahulu bagaimana kondisi dari penerima pesan, waktu yang tepat saat pesan disampaikan serta apa isi dari pesan yang akan disampaikan, jangan sampai pesan yang disampaikan kepada orang lain malah menimbulkan efek negatif dari penerima. Apabila semuanya telah terkendali dengan baik barulah pesan disampaikan kepada penerima. Menurut Wahlstorm (1992) komunikasi adalah proses dimana terjadi pemberian informasi, gagasan dan perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tulisan melainkan melalui bahasa tubuh, atau gaya tampilan pribadi, atau hal lainnya yang memperjelas sebuah makna. Menurut LittleJohn & Foss (2008) Komunikasi sulit untuk didefinisikan, hal tersebut dikarenakan kata "komunikasi" bersifat abstrak, seperti memiliki banyak istilah dan memiliki banyak arti. Frank Dance (1970) mengklasifikasikan teori komunikasi berdasarkan sifatnya, ada 3 hal yang dipaparkan yakni "diferensasi konseptual kritis" yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi: Ontologi "Apakah Ilmu Komunikasi?", Epistemologi "Bagaimana proses yang memungkinkan apabila ditambahnya pengetahuan menjadi Ilmu Komunikasi?" dan Aksiologi: "Untuk apa Ilmu Komunikasi itu digunakan?".
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi ketiganya merupakan kajian utama yang ada dalam filsafat. Seperti yang diketahui filsafat sebagai ibu dari segala ilmu yang dimana seluruh pengetahuan manusia berasal. Pada hakikatnya, filsafat ilmu berada pada wilayah pengetahuan yang disebut dengan Epistemologi yakni cabang filsafat yang mengkaji teori pengetahuan, karenanya disebut juga dengan teori tentang teori. Saat berpikir filsafat guna mengkaji teori tentang teori, 3 wilayah filsafat kembali digunakan untuk menganalisis. Jadi, walaupun epistemologi sudah dijelaskan membahas mengenai pengkajian teori, saat mengkaji filsafat ilmu yang dalam hal ini lebih mengkaji filsafat ilmu komunikasi maka, masalah Ontologi (wilayah ada), Epistemologi (wilayah pengetahuan), dan Aksiologi (wiayah nilai) Kembali djjadikan pertanyaan. Untuk itu, filsafat ilmu komunikasi dari sisi Ontologi mempertanyakan: Apakah objek kajian ilmu komunikasi?. Sisi Epistemologi mempertanyakan: Bagaimana cara mendapatkan dan membangun ilmu itu? Dan dari sisi Aksiologi mempertanyakan: Bagaimana penggunaanya?. Untuk itu, mari kita kaji satu persatu mengenai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi serta apa Hubungan ketiganya dengan Ilmu Komunikasi.Â
Ontologi
Merupakan salah satu kajian filsafat membahas mengenai keberadaan sesuatu yang bersifat konkret, mengenai realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan Ontologi berarti membahas mengenai suatu kebenaran atau fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, maka Ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Dalam prosesnya memerlukan dasar pola berpikir yang didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Ontologi membahas tentang yang ada dan yang universal, menampilkan pemikiran semesta yang universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens Bagus, Ontologi menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Paham idealisme, materalisme, dualisme dan pluralisme merupakan paham Ontologi yang akan menentukan pendapat dan bahkan keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenaran dan kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu sendiri oleh Koento Wibisono (1988). Secara Ontologi, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuanya hanya pada daerah-daerah yang berbeda dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penalaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman (penciptaan manusia), pasca-pengalaman (penciptaan surga dan neraka) diserahkan ilmu kepada pengetahuan yang lain (agama). Ontologi keilmuan juga merupakan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek Ontologi keilmuan. Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek Ontologi sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya (das sollen).Â
Ada beberapa aspek dalam Ontologi yang harus diperhatikan yakni:
1. Metodis, dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu.
2.Sistematis, saing berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
3.Koheren, tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
4.Rasional, harus berdasar pada kaidah yang logis.
5.Komprehensif, melihat objek dari berbagai sudut pandang.
6.Radikal, diuraikan sampai ke akar persoalannya.
7.Universal, muatan kebenarannya sampai tingkat umum dan berlaku dimana saja.
Epistemologi
Salah satu kajian filsafat yang membicarakan tentang informasi dan cara mendapatkannya. Epistemologi adalah bagian dari teori yang berbicara tentang metodologi, strategi, atau teknik untuk memperoleh informasi. Sebagaimana ditunjukkan oleh pandangan Simon Backburn (2013) dalam cara berpikir referensi kata, ditegaskan bahwa Epsitemologi, dari bahasa Yunani episteme (informasi) dan logos (kata/bicara) merupakan bagian dari penalaran yang pengaturan dengan awal, sifat, karakter dan macam-macam informasi. Pokok ini merupakan salah satu tema yang paling banyak dibahas dan diteliti dalam bidang teori, misalnya mengenai apa itu informasi, hal apa saja atributnya, jenisnya dan hubungannya dengan kebnaran dan keyakinan.Â
Cara kerja Epistemologi
Metode kerja dalam epsitemologi menggambarkan bagaimana atribut cara filosofis menghadapi keajaiban informasi. Atribut cara filosofis menghadapi objek kajia dapat dilihat dari jenis pertanyaan yang diajukan dan tanggapan yang tepat yang diberikan. Teori pada dasarnya mencoba untuk mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk menanggapi pertanyaan yang bersifat umum, lengkap dan mendasar.
Macam-macam Epistemologi
Menurut Keith Lehrer ada 3 macam strategi dalam mendapatkan informasi yakni: Epistemologi fanatik, Epistemologi dasar, dan Epistemologi Logis.Â
Aliran-Aliran Epistemologi
Dalam memperoleh informasi, ada beberapa cara yang berbeda, yang masing-masing memiliki perbedaan yang sangat penting. Dalam cara berpikir Barat, ada beberapa aliran yang diciptakan antara lain: Observasi, Logika, Positivisme, dan Intuisionisme.Â
Aksiologi
Salah satu kajian filsafat, merupakan studi yang berkaitan dengan teori tentang nilai atau segala sesuatu yang dapat bernilai atau memberikan manfaat. Nilai merupakan suatu fenomena tapi tidak berada dalam suatu ruang dan waktu. Selain itu, nilai juga merupakan esensi-esensi logis dan dapat dipahami melalui akal. Istilah Aksiologi yang berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu axion yang berarti nilai dan logos yang berarti teori Dani Vardiansyah (2008). Pembahasannya mencakup dalam 3 hal berupa tindakan moral yang melahirkan etika, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Berdasarkan definisi dari aksiologi sebagaimana disebutkan, dapat dipahami bahwa aspek aksiologi dari filsafat mempelajari dan menjelaskan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan moral dan nilai-nilai. Selanjutnya aksiologi dalam wacana filsafat mengacu pada persoalan etika (moral) dan estetika (keindahan).
Etika, secara umum merupakan teori mengenai tingkah laku atau tindakan perbuatan manusia yang dipandang dari aspek nilai baik dan buruk yang ditentukan oleh akal. Dalam pandangan ahli etika secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bidang studi yaitu: etika deskriptif, etika normative dan metaetika Zaprulkhan (2016).
Estetika, ilmu yang membahas mengenai bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana dapat merasakannya. Wacana aksiologi merupakan salah satu bagian penting dari filsafat yang membahas dan menerangkan terkait persoalan nilai, mengapa sesuatu itu dinilai baik atau buruk, dan dinilai indah atau tidak indah serta berhubungan dengan nilai-nilai, etika dan estetika, dalam wacana aksiologi terdapat 3 teori mengenai nilai yakni; Teori Objektivitas nilai, teori mengenai sudut pandang. Teori Subjektivitas Nilai, pandangan bahwa nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan keindahan tidak nyata dan hanya berupa perasaan dan sikap pibadi saja. Yang terakhir yaitu Relativisme Nilai, nilai dianggap sebagai pandangan yang memiliki beberapa prinsip seperti nilai bersifat relative, nilai berbeda secara radikal, nilai benar ataupun salah tidak dapat diterapkan dan nilai tidak ada dan tidak dapat nilai diterapkan pada semua orang dalam segala waktu Lorens Bagus (2002).Â
BAGAIMANA HUBUNGAN DENGAN ILMU KOMUNIKASI
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi saling terkait dan berperan penting dalam memahami serta menganalisis komunikasi dalam berbagai konteks. Setelah penjabaran megenai ketiganya dalam pembahasan diatas, maka kita masuk pada apa hubungan ketiganya dengan ilmu komunikasi.
Hubungan Ontologi dengan Ilmu Komunikasi, berkaitan dengan pertanyaan tentang "apa yang ada?" atau "apa realitasnya?" dalam komunikasi, membantu memahami sifat dan eksistensi dari entitas yang terlibat dalam komunikasi seperti individu, media atau pesan serta apakah informasi dalam pesan komunikasi bersifat objektif atau subjektif.
Hubungan Epsitemologi dengan Ilmu Komunikasi, membantu untuk menjawab pertanyaan tentang "bagaimana kita tahu?" dalam ilmu komunikasi, yang berkaitan dengan proses perolehan pengetahuan dan metode penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena komunikasi.
Hubungan Aksiologi dengan Ilmu Komunikasi, untuk mengajukan pertanyaan tentang "apa yang seharusnya dilakukan?" atau "apa nilai-nilai yang mendasari komunikasi?" dan membantu kita memahami nilai-nilai dan etika yang terlibat dalam praktik komunkasi, seperti etika dalam jurnalisme.
Referensi:
Teddy Dyatmika, M.K (2020). Ilmu Komunikasi. (M. Syamsul Bakhri Penyunt.) Sleman, Yogyakarta: Zahir Publishing.
Undishka, J. (2020), Epistemologi. Aksiologi.
Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Zamroni, M. (2022). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Universitas Nasional, Jakarta.
Mata Kuliah: Filsafat Komunikasi
Disusun Oleh:
Alya Risti Azzahra, Fauzan Al Fattah, Luke Azfa Raihan, Rio Anggara Putra, Sulthan Akmal, Tiffani Pudihang, Wulan Anggraeni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H