Mohon tunggu...
Wida Semito
Wida Semito Mohon Tunggu... -

Work for a cause NOT for applause. Live life to express NOT to impress

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Prosa: Sebuah Kata Sebuah Cerita (Jejak Luka)

27 November 2015   15:16 Diperbarui: 27 November 2015   16:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dear Sam,

Tiga purnama sudah kini kulalui tanpamu, apa kabarmu Sam?... sibukkah dirimu dengan keluargamu; anak dan istrimu kini?...apa kabar mereka kini?

ataukah kau sibuk menebar rayu pada wanita lain lagi setelah beberapa waktu kau menepi setelah usaha penghianatanmu pada keluargamu  bersamaku  terbongkar oleh istrimu?...

Apa? Aku?

Kau tanya apa kabarku, Sam?...

Tumben, kau masih peduli padaku?... oh, baguslah!

Ku kira kau sudah tidak peduli lagi seperti yang selalu kau umbar pada teman-temanmu

Aku sekarang baik Sam, setelah beberapa waktu lalu lumpuh dan rapuh karena dusta dari mulut manismu nan berbisa.

Kini aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku.

Khawatirkan saja dirimu, kalau-kalau usaha penghianatanmu kelak akan terbongkar lagi oleh istrimu!”.

Dia istri yang baik, bukan begitu Sam?...

Sepuluh tahun masa perkenalan dan dua puluh lima tahun kebersamaan kalian dalam pernikahan sungguh bukan waktu yang tak sebentar, bukan?!

Dan selama itu pulalah dia sudah kebal dengan semua sumpah serapah dari mulut kasarmu, dia masih tetap memaafkanmu, bahkan sekalipun kau hinakan dia di hadapanku dengan menyebutnya sebagai supirmu alih-alih sebagai pasanganmu; ibu dari anak-anakmu, dia masih tetap sudi memaafkanmu bahkan rela merendahkan dirinya di hadapanku memintakan maafku untuk semua salahmu padaku.

Sungguh, aku tak habis pikir untuk apa dia lakukan semua itu?!

Mungkin demi anak-anak kalian atau demi status dan citra kalian sebagai keluarga yang harmonis di hadapan keluarga besar kalian, mungkin.

Andai aku perempuan itu, lebih dari tiga puluh tahun kebersamaan, sekali saja kata makian keluar dari mulutmu sebagai pasangaku; ayah dari anak-anakku, maka usai sudah statusmu sebagai ayah dari anak-anak Sam!

Ah!

Tapi dia kan bukan aku!

Jadi, dia tak akan pernah melakukan hal gila tersebut, Sam.

Aku kagum?...

Aku justru merasa kasihan pada dia Sam!

Perempuan baik – meski tidak terlalu baik juga sih, menyebalkan kadang – dia seharusnya mendapat pasangan yang lebih baik darimu Sam, seorang laki-laki yang sejati; bukan laki-laki pengecut seperti dirimu, Sam, yang bahkan untuk mengakui kesalahanmu padaku saja kau tak punya nyali!

Kau hanya pandai membanggakan dirimu seorang dan membual ke sana-kemari tapi semuanya tidak ada bukti.

Tapi itulah dirimu Sam di mataku; tak sempurna, tak pernah sempurna karena kebohongan indahmu yang kau beri.

Tapi perempuan itu, dia malaikat Sam!

Dia memang tak punya sayap, dia tidak cemerlang, dia juga tidak rupawan, Sam, kaupun mengakuinya bukan?!.., tapi dia sudi merendahkan dirinya memohonkan ampunan untuk mu Sam; HANYA untukmu!

Tahukah kau itu?.....

Seharusnya kau tahu itu dan malulah karena itu, Sam!

Sementara perempuanmu yang baik itu menjadi malaikat, biarlah aku memainkan peranku menjadi iblis betina, Sam!

Mengapa aku memilih peran itu?

Katakan saja aku menyukai peran itu, Sam. “IBLIS BETINA”!

 

Oya Sam, izinkan aku bertanya.

Kau mencoba mencari cinta yang lain dari perempuan di luar pasanganmu, apa yang sebenarnya kau cari, Sam?..

Sudah bosankah dirimu dengan perempuan baik itu yang menemanimu lebih dari tiga puluh tahun kebersamaan dan melahirkan anak-anakmu?...

Jika kau bosan, mengapa tidak kau katakan dengan jujur saja Sam bahwa kau sudah bosan dengan dia?...

Mengapa kau memilih mengorbankan diriku dengan mendustaiku bahwa kau sudah berpisah dengannya sejak lama sekali?..

Kalau kau tidak punya nyali untuk berkata jujur pada pasangamu, kenapa kau punya nyali untuk menipuku, Sam?...

Tak malukah dirimu pada umurmu yang merambat naik sudah melewati setengah abad?...

Tak malukah engkau pada anak-anakmu dengan menjadi laki-laki pengecut seperti ini, Sam?...

Ah, Sam! percuma saja aku ceramahi dirimu soal moral

Toh, tak akan ada gunanya bicara soal moralitas, soal benar dan salah bagi laki-laki pengecut seperti dirimu, Sam.

Kau tak akan pernah mengerti apa itu moral dan apa itu baik dan apa itu benar.

Jadi, daripada mulutku berbusa-busa menjelaskan perkara tersebut tapi kau bergeming karena kau memang manusia korup sejak dalam pikiranmu, lebih baik ku sudahi saja percakapan imajiner kita, Sam!

Hutangmu padaku masih ku tunggu, Sam!

Kapanpun kau inginkan melunasinya di dunia ini, aku akan tunggu, Sam.

Tapi, kalau hingga detik kau mati, kau masih tak punya nyali maka ku tunggu di kehidupan yang lain, Sam

Sampaikan salamku untuk anak-anakmu dan ibu mereka, aku selalu berharap bisa bertemu si cantik putrimu satu-satunya, penasaran saja bagaimana reaksinya jika tahu ayahnya hanyalah laki-laki penakut dan pengecut, bukan laki-laki ksatria dan sempurna seperti imaji dia selama ini.

Sampaikan juga salam terbaikku untuk si cantik putrimu, Sam – semoga kami akan bersua suatu hari nanti –

 

Salam

Dariku

 

Harmoni, Nopember 26, 2015

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun