Mohon tunggu...
Rin
Rin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Si amatir pecandu kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Imperfect

23 Oktober 2022   18:05 Diperbarui: 23 Oktober 2022   18:34 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lubuklinggau, rinCaptured (1)

"Ndak padu, Bu. Becanda aja, loh," seloroh Adhira. Kemudian dia memeluk ayahnya dari belakang. Bergelayut di bahu ayahnya yang tengah duduk membaca koran. Seperti anak berumur enam tahun yang sedang merayu ayahnya untuk dibelikan mainan.

"Jangan nempel-nempel bapak, kamu bau iler," ujar Ahmad dengan berpura menutup hidungnya.

Sontak saja hal itu membuat Adhira kesal, tapi juga merasa lucu. Ayahnya itu memang punya selera humor yang bagus. Pantas saja lelaki itu terlihat awet muda.

"Sudah, toh, Pak. Anaknya cantik begini dibilang bau iler. Nangis nanti dianya." Neti kembali melerai keduanya.

"Iya, nih, Bapak. Jahat sama anak sendiri."

"Halah, drama kamu, Nduk. Lah wong bapak cuma guyon loh, kok baperan," ujar Ahmad enteng.

Adhira hanya melengos menganggapinya. Lalu berjalan malas ke arah kursi di hadapan ayahnya itu.

"Udah, jangan ngambek. Nanti cantiknya ilang, Nduk," rayu Ahmad kepada anak satu-satunya itu.

Cantik? Yang benar saja? Di dunia ini, hanya ada dua manusia yang mengatakan bahwa Adhira itu cantik. Ahmad dan Neti.

Iya, meski nyaris tak beralis, meski rambutnya tak tumbuh sempurna, meski wajahnya berbalut sayat pasca operasi, dan kedua matanya yang tak miliki bentuk selaras. Dia tetap cantik. Cantik di mata orang yang tepat, terlebih hatinya.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun