Karya: Arif Rezky Aprilianto
Pagi hari di depan rumah Fatin, Riko sedang menunggu Fatin untuk diajak jalan-jalan ke Car Free Day di Semarang. Fatin merupakan sahabat Riko sejak di SMA dan sekarang mereka berpacaran saat kuliah S1 hampir selesai.
"Riko, maaf ya sudah membuat kamu nunggu lama.." ucap Fatin sambil membuka pintu rumah.
"Iya nggak apa. Ayo kita berangkat!" saut Riko dengan bersemangat.
    Mereka berdua pun segera berangkat dengan mengendarai sepeda motor milik Riko. Setelah perjalanan 15 menit dari rumah Fatin, akhirnya mereka sampai di CFD Semarang.
    "Jalan-jalannya jangan terlalu jauh ya Rik.. hehehe" ujar Fatin saat turun dari sepeda motor.
    "Iya-iya Tin. Biar kamu nggak kecapekan.. hahaha" balas Riko.
    "Huh! Sukanya ngejek. Tapi emang bener sih" saut Fatin.
    "Kamu pasi belum sarapan kan? Mau beli makan apa Tin?" tanya Riko.
    "Kok tau sih Rik.. Emmm.. Nasi liwet aja gimana?" jawab Fatin.
    "Ya tau lah Tin.. Ok deh Fatin gendut" ejek Riko.
    Kemudian mereka melanjutkan jalan-jalan dan mampir ke warung yang berjualan nasi liwet. Setelah makan disana, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan kembali ke parkiran motor karena langit sudah mendung.
    "Ayo cepetan Tin, udah mau hujan nih" ucap Riko dengan keadaan panik
    "Iya sabar dong Rik.. habis makan langsung jalan cepat kan nggak baik." ujar Fatin.
    Riko dan Fatin pun sudah berada di parkiran motor dan terburu-buru untuk segera pulang ke rumah Fatin. Namun waktu di tengah jalan, hujan pun turun dengan lebatnya.
    "Rik jangan ngebut-ngebut mengendarai motornya, jalanan licin tauu.." ucap Fatin sambil pegangan erat baju Riko
    "Ini jangan khawatir.. yang penting nggak lewat jalan tergenang air Tin." jawab Riko sambil menengok ke belakang.
    Tiba-tiba ada bus yang melaju kencang dari arah kanan, tetapi Riko tidak dapat langsung berhenti karena Ia juga sedang melaju dengan kencang. Kemudian terjadi tabrakan antara bus tersebut dengan motor yang kendarai oleh Riko dan Fatin.
    "Woi ayo tolong pengendara itu!" teriak seorang warga yang melihat kejadian tabrakan tersebut.
    Lalu orang-orang yang melihat langsung menolong Riko dan Fatin. Kemudian dibawa ke rumah sakit oleh orang-orang tersebut. Keadaan Riko parah hingga dalam keadaan koma, sedangkan Fatin mengalami pingsan dan sedikit luka memar di bagian tangan. Pihak rumah sakit pun menelpon keluarga Riko dan keluarganya datang ke rumah sakit.
    "Bagaimana ini bisa terjadi?!" tanya ibu Riko kepada Fatin yang baru sadar dari pingsan
    "Maaf bu, tadi waktu di jalan Riko mengendarai motor dengan kencang dan tiba-tiba ada bus dari arah kanan yang melaju dengan kencang pula.. jadi tak bisa dihindari Bu." jawab Fatin dengan suara pelan dan lirih.
    "Ya sudah. Kamu pulang saja nak, biar diantar sopir ibu" ucap Ibu Riko
    "Iya Bu. Maaf" saut Fatin dengan menundukkan kepala
    Fatin pun pulang ke rumah diantar oleh sopir. Ibu Riko pun meminta dokter agar menangani Riko dengan maksimal. Setelah dirawat di rumah sakit selama satu minggu, Riko dibawa keluarganya ke pondok pesantren agar dilanjutkan dirawat disana dan menambah ilmu agamanya. Lalu Riko pulang ke rumah setelah satu bulan di pondok pesantren.
    "Sha, bagaimana pendapatmu tentang hubunganku sama Riko? Dia udah sebulan tidak mengasih kabar" tanya Fatin kepada sahabatnya, Aisha.
    "Gimana ya Tin.. Aku juga tidak tau harus gimana.. mungkin Riko masih dalam masa pengobatan, jadi dia tidak bisa mengabarimu" jawab Aisha.
    "Semoga aja dia baik-baik aja.. karena setelah kecelakaan waktu itu ibunya Riko melarang aku bertemu sama Riko" ucap Fatin sambil meneteskan air mata
    "Amin. Sabar ya Tin.. mungkin ibunya ingin Riko agar cepat sembuh" ujar Aisha sambil memeluk Fatin.
    Keesokan harinya, Aisha mengajak Fatin pergi ke mall agar tidak larut dalam kesedihan. Tetapi saat dalam perjalanan, Fatin terkejut melihat Riko sedang mengobrol dengan seorang perempuan yang duduk di sebelahnya.
    "Aisha, berhenti dulu.. itu bukannya Riko?  Kenapa dia dengan seorang perempuan? Apa dia sudah melupakanku" ujar Fatin kepada Aisha
    "Iya itu benar Riko, ayo kita temui mereka Tin" ucap Aisha.
    Fatin dan Aisha pun menghampiri Riko yang sedang mengobrol dengan perempuan yang belum dikenal oleh Fatin dan Aisha.
    "Riko? Kamu kemana saja? Kenapa kamu malah berduaan dengan perempuan ini.. siapa dia? Sudah sebulan kamu ninggalin aku Rik" ucap Fatin dengan nada yang tinggi
    "Maaf ya Tin, aku baru aja sembuh.. sebulan aku di pondok pesantren. Dia itu.." jawab Riko
"Sudah lah jika kamu ingin menjauh dariku dan ingin mencari perempuan lain bilang saja.. tak usah mencari-cari alasan" sahut Fatin sebelum Riko selesai bicara
     Fatin pun kecewa akan kejadian itu, kemudian Fatin dan Aisha pergi meninggalkan Riko dengan perempuan itu. Setelah pertemuan antara Riko dengan Fatin tadi, Riko pun memberanikan diri untuk mendatangi rumah Fatin.
"Assalamualaikum.. Fatin?" ucap Riko yang berada di depan rumah Fatin
"Waalaikumsalam." Jawab Fatin sambil membuka pintu. Fatin kaget saat melihat Riko bersama perempuan itu datang ke rumahnya.
"Tin, Aku mau jelasin ini semua" ujar Riko seraya memohon Fatin untuk mendengarkan
"Apalagi yang ingin kamu jelasin? Cewek itu sudah cukup jadi bukti kalau kamu sudah berpaling" sahut Fatin
"Sebenarnya sebulan lalu aku berada di pondok dalam masa pengobatan dan disana aku juga banyak belajar ilmu agama serta mendalaminya. Disana aku dibimbing sama perempuan ini, namanya Laila.. aku belajar banyak dari dia. Tadi saat kamu melihat aku sama Laila itu kita sedang sharing ilmu agama. Udah sebulan aku tidak mengabarimu, itu memang ku sengaja.. karena aku ingin fokus memperdalam ilmu agamaku." penjelasan Riko
"Lalu kenapa kamu tega ninggalin aku Rik? Kamu udah nggak sayang sama aku?" jawab Fatin
"Aku nggak ninggalin kamu Tin. Aku masih sayang sama kamu, tetapi kita harus putus Tin. Di dalam agama kita kan dilarang untuk pacaran." Ujar Riko sambil memandang Fatin
"..." Fatin tak menyangka jika Riko mengajak untuk memutuskan hubungan. Hal itu membuat Fatin menangis dan bersedih.
"Ada satu hal yang perlu kamu ketahui Tin." Ucap Riko
"Apa Rik?" jawab Fatin sambil mengusap air mata
"Aku ingin kita putus pacaran itu demi kebaikan kita, karena aku tidak mau kita berada di jalan yang salah. Aku ingin memperbaiki diri Tin. Kalau kamu ingin kita bersama-sama lagi, Aku siap kok.. tapi bukan berpacaran melainkan untuk menikah. Kalau kamu mau, besok aku akan datang bersama orang tuaku ke rumahmu untuk melamarmu Tin." Ujar Riko dengan penuh keyakinan
"Mmmm.." Fatin pun tak dapat berkata-kata setelah mendengar ucapan Riko tersebut. Fatin menganggukkan kepala dan menangis bahagia karena Riko benar-benar tulus memperjuangkan cintanya.
Sebenarnya cinta sejati tidak terikat oleh status yang bernama pacaran, tetapi cinta sejati merupakan perwujudan dari kesungguhan hati untuk menghalalkan seseorang.
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H