Baru-baru ini ada kehebohan, konon Google tidak netral di Pilkada DKI Jakarta. Sampai ada yang mau menyomasi Google segala. Karena kalau dicari di Google "sungai bersih karena Foke" ternyata muncul saran "Did you mean sungai bersih karena Ahok". Padahal Foke setidak-tidaknya terlibat pada perancangan sungai bersih.
Google seolah mengerti sebelum diberi tahu. Kalau bahasa paranormal "weruh sadurunge winarah". Kesaktiannya tak kalah dengan Mbah Mijan, Ki Kusumo, Permadi dan bahkan Kanjeng Taat Pribadi. Google bisa mengerti banyak hal karena memang bisnis Google adalah mengumpulkan informasi. Dari segala macam sumber. Lalu mengantarkannya kepada yang butuh. Yang butuh itu bisa Anda sebagai pengunjung mesin pencari, sampai perusahaan yang menjual pompa air dan bikini.
Dari pengamatan saya, paling tidak Google akan mengumpulkan informasi dari hal-hal berikut:
- Crawling. Perayapan. Google secara periodik mengunjungi situs-situs di internet, merekam dan membangun catatan (index) tentang situs itu. Ini dilakukan secara otomatis, maka alatnya disebut sebagai robot. Robot Google biasa disebut Google Bot. Robot ini berupa software ya bukan robot fisik macam transformer.
- Google Analytics. Situs yang Anda kunjungi biasanya dipasangi software Google Analytics yang akan melaporkan aktivitas kunjungan Anda langsung ke server Google. Ini digunakan untuk merekam statistik pengunjung, oleh pemilik situs. Tapi data jelas lari ke Google dulu.
- Mesin pencari google.com itu sendiri. Setiap Anda mencari di google.com, google.co.id dll tentu Google dapat merekam aktivitas Anda.
- Media sosial. Aplikasi Google Chat misalkan, jelas dapat diingat oleh Google. Bukan tidak mungkin penyedia aplikasi chat tertentu bekerja sama dengan Google untuk merangkum data tentang Anda.
- Perangkat Android. Mengingat Android itu google banget, Google seperti menanam agen rahasia di saku Anda apabila Anda membawa Android. Terutama soal lokasi. Pergerakan Anda dapat direkam oleh Google dari perangkat GPS Anda.
- Jaringan internet. Saya tidak mendalami jaringan internet, namun saya rasa sistem seperti Google dapat memperoleh informasi aktivitas di jaringan internet. Misal, menghitung jumlah kunjungan ke suatu situs.
- Dan lain-lain.
Informasi ini adalah makanan yang ditelan oleh Google. Dari lautan informasi ini Google akan "mencerna" dengan berbagai cara. Misalkan, salah satu algoritma yang diperbincangkan adalah bagaimana Google menempatkan situs-situs pada halaman satu. Karena kalau situs ada di halaman satu, pengunjung banyak dan jualan laku. Berhubung Google dipengaruhi informasi dari luar, ada cara-cara untuk mendongkrak suatu situs supaya mendapat peringkat tinggi di Google. Ilmu ini sering disebut sebagai SEO (Search Engine Optimization).
Mengenai algoritma pemeringkatan di Google sudah banyak penjelasan beredar. Bahkan Google sendiri merilis panduan-panduan bagaimana membuat "Google senang". Akan tetapi yang tahu persis tentu ya programmernya sendiri terutama yang masih aktif.Â
Orang-orang selalu berusaha menebak perilaku algoritma Google. Saya membayangkan programmer-nya ketawa sendirian ketika hasil codingan-nya dijadikan bahan tebakan. Entah karena canggihnya, atau karena ia sudah lupa persisnya algoritma itu, ditimpa pekerjaan baru yang menyita pikiran.
Yang jelas karena sudah diidentikan dengan "kecanggihan", apa pun yang muncul di Google selalu dianggap canggih. Saya hanya berspekulasi, bisa saja suatu fitur di Google sebetulnya tidak canggih-canggih amat ataupun masih rintisan (versi beta). Dalamnya Google siapa yang tahu.
Kembali ke soal pencarian "sungai bersih" tadi. Persoalan ini ada pada domain "koreksi ejaan" atau "koreksi kalimat". Di sini ada algoritma juga, yakni bagaimana Google menyarankan perbaikan suatu kalimat.
Google Translate
Koreksi ejaan ini dapat dilihat jelas pada "Google Translate", yang bisa diakses di translate.google.com. Dengan cara menerjemahkan dari Indonesia ke Indonesia.
Tapi saya juga menduga kata "foke", tidak dikenali sebagai kata-kata normal maka perlu disubstitusi dengan "ahok". Perlu diketahui kata "ahok" memiliki nilai tersendiri karena terdiri dari "ah" dan "ok". Kata-kata dari kamus. Apakah itu mempengaruhi pertimbangan Google? Bisa jadi. Bisa jadi ya atau tidak he he.
Terjemahan ini tidak berlaku bila kita ganti "Foke" dengan "Fauzi Bowo".
Perhatikan pula bahwa, "sungai bagus karena foke", tidak akan diterjemahkan menjadi "sungai bagus karena Ahok".
Teori Konspirasi
Ada fakta lain, yaitu perilaku penerjemahan ini bisa dipengaruhi oleh input dari pengguna. Perhatikan icon "suggest an edit" pada sebelah kanan bawah dari gambar-gambar di atas. Fitur itu bisa digunakan untuk menyarankan Google supaya menerjemahkan frasa kiri menjadi frasa kanan. Andai kata ada seribu orang yang menyarankan, pasti Google akan pikir-pikir juga.
Maka ada sekalangan orang berpendapat bahwa tim cyber Ahok secara sengaja menggunakan fitur tersebut secara masif untuk mempengaruhi perilaku terjemahan google. Saya tidak amat yakin dengan teori konspirasi itu. Sebab Google tidak selamanya pula berpandangan positif terhadap Ahok. Perhatikan penerjemahan berikut:
Dan kembali ke teori saya tadi. Bisa jadi fitur ini kelewat canggih, atau malah masih dikembangkan (versi beta). Siapa peduli? Namun sekali lagi terlalu naif bila orang meyakini saran Google itu sebagai patokan kebenaran. Karena eksperimen lain bisa saja menampilkan suatu hal yang negatif. Dan bila itu terjadi, apakah harus diterima sebagai kebenaran juga? Misal seperti ini,
Referensi:
- Google.com
- Translate.google.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H