Selisih = 53 - 47 = 6%.
Itu data pemilu lho, yang bisa dipertanggungjawabkan dan dijamin tidak dibayar siapa pun dan sepeser pun.
Besar kemungkinan pemilih Prabowo-Hatta tidak akan memilih Ahok.Â
Pertama, karena dendam politiknya masih eksis, kedua karena hanya sedikit kondisi yang membuat pemilih Prabowo memilih Ahok.
Sedikit kondisi itu contohnya, bila kebetulan ada kesamaan identitas antara pemilih dengan Ahok, atau yang disebut pemilih tradisional. Atau seseorang baru saja diangkat sebagai pasukan oranye dan sangat senang karena akhirnya bisa jadi pegawai berseragam dan bergaji UMK. Atau dia pasukan oranye sekaligus memiliki kesamaan identitas dengan Ahok. Tapi itu jumlahnya tidak akan signifikan.
Jadi dari eks pemilih Prabowo, lawan-lawan Ahok akan memperoleh 47% tadi. Oke lah dipotong 5% saja supaya tidak terlalu optimis. 47 - 5 = 42%.
Dari eks pemilih Prabowo, lawan-lawan Ahok akan memperebutkan 42%.
Pendukung Jokowi yang 53% itu terbelah. Ingat, sebagian besar pemilih Jokowi beralasan bahwa Jokowi itu merakyat dan manusiawi. Bukan karakter yang mudah ditemukan pada seorang Ahok. Yang kerakyatan ini bisa diasumsikan tidak akan memilih Ahok.
Katakanlah dari 53% pemilih Jokowi itu, 25% adalah faksi "kerakyatan", dan 28% adalah faksi "sisanya". Sudah saya kasih bonus 3% untuk pro Ahok.
Maka lawan Ahok akan mendapatkan:
42% (eks pendukung Prabowo) + 25% (eks pendukung Jokowi) = 67% dari seluruh pemilih di Jakarta.