Mohon tunggu...
Azeem Amedi
Azeem Amedi Mohon Tunggu... Freelancer - Blog Pribadi

Masih belajar, mohon dimaklumi. | S1 Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran | F1 & Racing Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

#CelotehF1: Pergerakan Bursa Pebalap dan Prediksi Persaingan di Musim 2019

9 Januari 2019   09:45 Diperbarui: 21 Januari 2019   08:46 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robert Kubica dan George Russell | Sumber: F1i.com

Formula 1 musim 2018 sudah berakhir. Seluruh 21 Grand Prix dalam kalender sudah tuntas dilaksanakan, tetapi ada beberapa fenomena penting yang cukup mengundang decak kagum publik pecinta F1. Bursa pebalap yang sulit ditebak, penuh teka-teki, dan banyak kejutan menjadi salah satu fenomena penting yang mengejutkan para penggemar jet darat.

Bursa pebalap F1 ini tidak hanya mengejutkan di tahun 2018, namun juga akan memberikan pengaruh yang bisa mengejutkan pula di musim depan, yakni tahun 2019 hingga seterusnya. Pergerakan pebalap inilah yang bisa juga membawa arah prediksi musim 2019 nanti menjadi berbeda dari sebelumnya, dan terus terang saya optimistis bahwa perubahan line-up pebalap dan tim akan berpengaruh positif pada persaingan di musim depan.

Berikut ini saya akan menerangkan opini saya terhadap line-up masing-masing tim yang akan mengarungi musim 2019 nanti, beserta prediksi yang bisa dibilang terlalu dini, karena peta persaingan baru akan terlihat jelas ketika sudah memasuki tes musim dingin 2019.

MERCEDES (Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas)

Tim "Silver Arrows" Mercedes AMG Petronas Motorsport tetap mempertahankan sang juara bertahan, Lewis Hamilton untuk 2 tahun lagi. Begitupun dengan Valtteri Bottas yang dipertahankan untuk durasi 1 tahun lagi. 

Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas| Sumber: Reuters
Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas| Sumber: Reuters
Mercedes dan Hamilton memang susah dipisahkan, kombinasi antara tim yang kompetitif dan pebalap berpengalaman dengan 5 gelar juara dunia sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dan sinergi mereka susah untuk dirusak, itulah mengapa Mercedes tetap mempertahankannya dan Hamilton merasa nyaman berada di tim tersebut. 

Sementara bagi Bottas, kontraknya yang diperpanjang hingga setahun lagi menjadi bukti bahwa ia mampu tampil cukup baik, namun di sisi lain juga menjadi bukti bahwa performa yang dimilikinya harus ditingkatkan. Apabila dibandingkan dengan musim 2017, penampilan Bottas di musim 2018 dinilai kurang impresif karena seringnya melakukan kesalahan sehingga mudah untuk kehilangan poin. 

Oleh karena itu, jika ia tidak dapat memenuhi ekspektasi di 2019, mungkin kontraknya tidak akan diperpanjang, ia akan didepak dan diganti oleh pebalap ketiga, Esteban Ocon.

FERRARI (Sebastian Vettel dan Charles Leclerc)

Charles Leclerc dan Sebastian Vettel | Sumber: http://f1i.com
Charles Leclerc dan Sebastian Vettel | Sumber: http://f1i.com
Tim Kuda Jingkrak boleh jadi menorehkan prestasi yang cukup bagus di 2018 dibanding musim-musim sebelumnya, tetapi itu belum cukup membayar kerinduan Scuderia Ferrari akan titel juara dunia konstruktor sejak 2008 dan kerinduan Sebastian Vettel akan titel juara dunia pebalap sejak 2013. 

Hal yang bisa menjadi pendorong prestasi Ferrari adalah feedback dari kedua pebalap berkualitas, yang dapat mendongkrak performa mobil agar bisa menyaingi Mercedes lebih jauh lagi.

Keputusan manajemen tim untuk melakukan barter Kimi Raikkonen dengan rookie bertalenta Charles Leclerc bisa menjadi suatu keputusan tepat, tetapi juga bisa membahayakan bagi tim. Leclerc merupakan talenta muda sempurna, layaknya Vettel ketika muda dulu. Vettel dan Leclerc juga merupakan talenta berkelas, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka akan menorehkan poin-poin lebih banyak dibanding ketika Vettel berpartner dengan Kimi. 

Hanya saja, jika tim tidak bisa menjaga dua talenta ini dengan baik, "sikut-sikutan" tidak mungkin tidak akan terjadi, Leclerc sebagai junior bisa saja menjadi ancaman bagi Vettel yang berambisi mengejar titel juara dunia kelima dan bukan tidak mungkin bakal terulang rivalitas antara junior-senior mirip seperti Vettel dan Mark Webber saat keduanya membela Red Bull Racing.

RED BULL (Max Verstappen dan Pierre Gasly)

Skuat Banteng Merah bergelimang bintang muda bertalenta. Max Verstappen sebagai pebalap muda impresif kembali memperkuat Red Bull untuk keempat kalinya sejak 2016, bersama satu lagi didikan kebanggaan akademi Red Bull, Pierre Gasly. Red Bull yang akan bertarung di musim 2019 dengan pasokan mesin dari pabrikan Jepang, Honda, patut diperhatikan perkembangan mereka. 

Max Verstappen dan Pierre Gasly| Sumber: www.formula1.com
Max Verstappen dan Pierre Gasly| Sumber: www.formula1.com
Perekrutan Gasly ke tim utama Red Bull bisa jadi suatu langkah tepat yang diambil oleh direksi tim karena pengalaman Gasly yang spektakuler bersama Honda sejak ia berkiprah di Super Formula dan ketika ia membela Toro Rosso di musim 2018. 

Honda kenal Gasly dan begitupun sebaliknya, sehingga perekrutan tersebut bisa menjadi salah satu kunci kekuatan Red Bull untuk menjadi lebih kuat, serta meratanya kemampuan di antara dua pebalap. 

Kedua pebalap yang sama kuat ini juga perlu dikontrol dengan baik oleh tim agar tidak saling berjibaku di dalam trek yang dapat berakibat terabaikannya target tim. Red Bull harus bisa mengatur mereka lebih baik dibanding ketika Verstappen masih bertandem dengan Daniel Ricciardo, agar tidak terjadi lagi insiden seperti Hungaria 2017 atau Azerbaijan 2018.

RENAULT (Daniel Ricciardo dan Nico Hulkenberg)

Pabrikan otomotif asal Prancis siap memulai lembaran baru musim depan dengan menggaet pebalap Red Bull, Daniel Ricciardo. Ricciardo dikontrak selama 2 musim di Renault bersama Nico Hulkenberg dengan harapan dapat mendongkrak posisi tim binaan Cyril Abiteboul, demi menyongsong mimpi menjadi tim top untuk menyaingi trio raksasa Mercedes, Ferrari, dan Red Bull. 

Ricciardo dinilai punya pengalaman, terutama dengan koleksi 7 kemenangan bersama Red Bull sepanjang musim 2014 hingga 2018 memang dapat berpotensi memberikan feedback positif terhadap Renault. 

Nico Hulkenberg dan Daniel Ricciardo | Sumber: http://f1i.com
Nico Hulkenberg dan Daniel Ricciardo | Sumber: http://f1i.com
Kemampuannya pun pasti tidak diragukan di balik kemudi jet darat, sehingga tandem Ricciardo-Hulkenberg dapat dikatakan suatu keputusan tepat demi mengangkat level Renault kembali pada kejayaan mereka sejak 2006. 

Meskipun begitu, Renault harus menaikkan frekuensi kerja mereka dalam pengembangan mobil untuk mendukung dua pebalap penuh pengalaman tersebut, mengingat Ricciardo juga pernah mengalami nasib tidak mujur selama dipasok mesin Renault ketika di Red Bull, maka dari itu perlu ditambah lagi kekuatan dari sisi pengembangan mobil mereka.

HAAS (Kevin Magnussen dan Romain Grosjean)

Romain Grosjean dan Kevin Magnussen| Sumber: http://f1i.com
Romain Grosjean dan Kevin Magnussen| Sumber: http://f1i.com
Tidak ada yang berubah dari pasangan pebalap tim asal Negeri Paman Sam. Haas mempertahankan duo Kevin Magnussen-Romain Grosjean di tim mereka, meskipun mereka berdua beberapa kali melakukan kesalahan sehingga menyebabkan kehilangan poin berharga bagi tim selama 2018. 

Baik Magnussen-Grosjean maupun Haas sendiri harus bisa meminimalisasi kesalahan strategi dan manuver ketika di dalam trek. Perlu ada peningkatan konsistensi untuk dapat tetap menjadi tim yang patut diperhitungkan kemampuannya. Dengan mobil yang cukup kuat ditambah dengan konsistensi yang baik dari tim akan memperkuat posisi Haas di konstruktor musim depan.

MCLAREN (Carlo Sainz dan Lando Norris)

Skuad Inggris legendaris perlu berbenah menyongsong musim 2019. Pasca musim-musim tragis bersama Honda dari 2015 hingga 2017, McLaren belum mampu kembali ke masa-masa kejayaan mereka menjadi trio tim raksasa di F1. Sejak disuplai Renault musim lalu, tim yang berbasis di Woking, Inggris ini belum mampu menunjukan tajinya karena memiliki banyak kendala di mobil MCL33. 

Zak Brown harus kembali memutar otak untuk menemukan solusi sehingga dapat membuat McLaren merangsek ke depan, mengancam tim-tim besar seperti Ferrari, Mercedes, dan Red Bull, sehingga tidak hanya menjadi penghias papan tengah. Carlos Sainz yang baru saja pindah dari Renault dan Lando Norris sebagai debutan dipercaya mampu mendongkrak posisi McLaren di klasemen musim depan. 

Lando Lorris akan membela tim McLaren di Formula1 musim 2019| Sumber: forumula1.com
Lando Lorris akan membela tim McLaren di Formula1 musim 2019| Sumber: forumula1.com
Tim harus benar-benar serius dan tidak boleh terlalu percaya diri dengan performa mobil yang mereka buat, untuk mempertahankan konsistensi dari awal hingga akhir musim. Jangan lagi terulang musim tragis yang dapat menodai skuad bersejarah yang telah membantu memenangkan 7 pebalap menjadi juara dunia, mulai dari Emmerson Fittipaldi hingga Lewis Hamilton.

SAUBER (Kimi Raikkonen dan Antonio Giovinazzi)

Image result for sauber f1 2019
Image result for sauber f1 2019

Musim lalu merupakan salah satu musim terbaik bagi tim balap asal Swiss ini. Pasalnya, berkat bantuan teknis dan finansial dari Alfa Romeo, Sauber mampu menunjukan performa yang gemilang, apalagi dengan bantuan pebalap-pebalap muda Marcus Ericsson dan Leclerc yang pindah ke Ferrari musim depan. 

Kimi Raikkonen yang pulang dari Ferrari dan Giovinazzi yang naik pangkat dari pebalap uji coba diharapkan untuk melanjutkan tren positif Sauber. Sumber daya yang dimiliki Sauber dinilai cukup komplit untuk musim 2019, dan diharapkan akan mampu memberi warna baru persaingan konstruktor nanti.

RACING POINT (Sergio Perez dan Lance Stroll)

Related image
Related image

Force India yang telah berubah menjadi Racing Point F1 karena bantuan finansial dari miliarder Lawrence Stroll bakal menghadapi 2019 dengan segar. Sergio Perez sebagai pemimpin tim dipertahankan kemudian ditandemkan dengan anak dari Lawrence, Lance Stroll. Racing Point diprediksi akan tetap menjadi tim papan tengah yang akan selalu mewarnai persaingan di bawah The Big 3 (Mercedes, Ferrari, Red Bull). 

Hanya saja, perekrutan Lance Stroll menjadi poin yang perlu dikritisi, karena yang pertama ia terkesan seperti membeli tim dan memaksa dirinya yang belum memiliki kapabilitas untuk bersaing di papan tengah, sehingga ini memperkeruh kesan "pay drivers" di F1, yang seharusnya orang berjuang dengan keras dengan talenta yang mereka miliki, tapi Stroll (dan pay drivers lainnya) dipermudah karena uang. 

Kedua, sungguh suatu hal yang disayangkan untuk tidak mempertahankan Esteban Ocon di dalam tim, padahal potensi Ocon lebih besar ketimbang Stroll, meskipun secara realistis cukup sulit untuk dibandingkan karena Stroll berada di Williams dengan mobil yang kurang bagus musim lalu dan Ocon berada di Force India, namun beberapa kali Ocon tampil lebih gemilang dengan menoreh poin dan kesialannya hanya disebabkan oleh masalah reliabilitas dan kesalahan pebalap lain.

TORO ROSSO (Alexander Albon dan Daniil Kvyat)

Related image
Related image

Sister team dari Red Bull, Scuderia Toro Rosso, akan siap mengarungi 2019 dan tahun kedua berkolaborasi dengan Honda. Kolaborasi dengan Honda ini tentu maksudnya tak lain dan tak bukan adalah memberikan data-data penting bagi Red Bull yang baru saja berkolaborasi dengan Honda di musim 2019 nanti. Tuaian hasil positif musim lalu bersama Honda menjadi catatan tersendiri bagi skuat dari Faenza, Italia tersebut untuk kembali meramaikan persaingan papan tengah musim depan. 

Perekrutan kembali dua mantan anak didik akademi Red Bull, Daniil Kvyat dan Alexander Albon, bisa menjadi amunisi mumpuni, terlebih lagi talenta keduanya tidak diragukan lagi. Kvyat pernah malang melintang di F1 dari 2014 hingga 2017, sementara Albon menjadi runner-up di seri Formula 2, tentu akan diprediksi membawa prestasi-prestasi gemilang, dengan syarat mereka harus bisa menangani mesin Honda dengan baik, layaknya Pierre Gasly saat masih membela STR.

WILLIAMS (Robert Kubica dan George Russell)

Tim bersejarah Williams harus bisa mendongkrak posisi mereka di klasemen dan tampil tidak memalukan karena rentetan prestasi mereka di masa lalu. Tim pimpinan anak Frank Williams, Claire Williams, harus bisa melakukan manajemen tim yang bagus untuk dapat merancang mobil yang cepat dan reliabel, apalagi dengan hadirnya Paddy Lowe sebagai direktur teknis harusnya bisa membawa dampak positif pada pengembangan mobil mereka. 

Robert Kubica dan George Russell | Sumber: F1i.com
Robert Kubica dan George Russell | Sumber: F1i.com
Robert Kubica yang kembali lagi ke pagelaran balapan jet darat setelah beberapa tahun absen akibat cedera parahnya sejak 2011, akan membantu mengantar Williams dengan pengalamannya menuju kejayaan pada saat masa-masa lalu. 

George Russell sebagai juara seri Formula 2 diharapkan membawa angin segar karena kemungkinan ia akan mampu memberi pundi-pundi poin kepada Williams karena talentanya yang sudah cukup terbukti dengan prestasi yang ia torehkan.

---

Ini baru merupakan suatu opini dari saya terhadap bursa pebalap dan persiapan tim-tim menuju musim 2019. Mari kita lihat bagaimana tim-tim dan para pebalap mempersiapkan diri pada tes musim dingin Februari nanti.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun