Formula 1 musim 2018 sudah berakhir. Seluruh 21 Grand Prix dalam kalender sudah tuntas dilaksanakan, tetapi ada beberapa fenomena penting yang cukup mengundang decak kagum publik pecinta F1. Bursa pebalap yang sulit ditebak, penuh teka-teki, dan banyak kejutan menjadi salah satu fenomena penting yang mengejutkan para penggemar jet darat.
Bursa pebalap F1 ini tidak hanya mengejutkan di tahun 2018, namun juga akan memberikan pengaruh yang bisa mengejutkan pula di musim depan, yakni tahun 2019 hingga seterusnya. Pergerakan pebalap inilah yang bisa juga membawa arah prediksi musim 2019 nanti menjadi berbeda dari sebelumnya, dan terus terang saya optimistis bahwa perubahan line-up pebalap dan tim akan berpengaruh positif pada persaingan di musim depan.
Berikut ini saya akan menerangkan opini saya terhadap line-up masing-masing tim yang akan mengarungi musim 2019 nanti, beserta prediksi yang bisa dibilang terlalu dini, karena peta persaingan baru akan terlihat jelas ketika sudah memasuki tes musim dingin 2019.
MERCEDES (Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas)
Tim "Silver Arrows" Mercedes AMG Petronas Motorsport tetap mempertahankan sang juara bertahan, Lewis Hamilton untuk 2 tahun lagi. Begitupun dengan Valtteri Bottas yang dipertahankan untuk durasi 1 tahun lagi.Â
Sementara bagi Bottas, kontraknya yang diperpanjang hingga setahun lagi menjadi bukti bahwa ia mampu tampil cukup baik, namun di sisi lain juga menjadi bukti bahwa performa yang dimilikinya harus ditingkatkan. Apabila dibandingkan dengan musim 2017, penampilan Bottas di musim 2018 dinilai kurang impresif karena seringnya melakukan kesalahan sehingga mudah untuk kehilangan poin.Â
Oleh karena itu, jika ia tidak dapat memenuhi ekspektasi di 2019, mungkin kontraknya tidak akan diperpanjang, ia akan didepak dan diganti oleh pebalap ketiga, Esteban Ocon.
FERRARI (Sebastian Vettel dan Charles Leclerc)
Hal yang bisa menjadi pendorong prestasi Ferrari adalah feedback dari kedua pebalap berkualitas, yang dapat mendongkrak performa mobil agar bisa menyaingi Mercedes lebih jauh lagi.
Keputusan manajemen tim untuk melakukan barter Kimi Raikkonen dengan rookie bertalenta Charles Leclerc bisa menjadi suatu keputusan tepat, tetapi juga bisa membahayakan bagi tim. Leclerc merupakan talenta muda sempurna, layaknya Vettel ketika muda dulu. Vettel dan Leclerc juga merupakan talenta berkelas, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka akan menorehkan poin-poin lebih banyak dibanding ketika Vettel berpartner dengan Kimi.Â
Hanya saja, jika tim tidak bisa menjaga dua talenta ini dengan baik, "sikut-sikutan" tidak mungkin tidak akan terjadi, Leclerc sebagai junior bisa saja menjadi ancaman bagi Vettel yang berambisi mengejar titel juara dunia kelima dan bukan tidak mungkin bakal terulang rivalitas antara junior-senior mirip seperti Vettel dan Mark Webber saat keduanya membela Red Bull Racing.
RED BULL (Max Verstappen dan Pierre Gasly)
Skuat Banteng Merah bergelimang bintang muda bertalenta. Max Verstappen sebagai pebalap muda impresif kembali memperkuat Red Bull untuk keempat kalinya sejak 2016, bersama satu lagi didikan kebanggaan akademi Red Bull, Pierre Gasly. Red Bull yang akan bertarung di musim 2019 dengan pasokan mesin dari pabrikan Jepang, Honda, patut diperhatikan perkembangan mereka.Â
Honda kenal Gasly dan begitupun sebaliknya, sehingga perekrutan tersebut bisa menjadi salah satu kunci kekuatan Red Bull untuk menjadi lebih kuat, serta meratanya kemampuan di antara dua pebalap.Â
Kedua pebalap yang sama kuat ini juga perlu dikontrol dengan baik oleh tim agar tidak saling berjibaku di dalam trek yang dapat berakibat terabaikannya target tim. Red Bull harus bisa mengatur mereka lebih baik dibanding ketika Verstappen masih bertandem dengan Daniel Ricciardo, agar tidak terjadi lagi insiden seperti Hungaria 2017 atau Azerbaijan 2018.
RENAULT (Daniel Ricciardo dan Nico Hulkenberg)
Pabrikan otomotif asal Prancis siap memulai lembaran baru musim depan dengan menggaet pebalap Red Bull, Daniel Ricciardo. Ricciardo dikontrak selama 2 musim di Renault bersama Nico Hulkenberg dengan harapan dapat mendongkrak posisi tim binaan Cyril Abiteboul, demi menyongsong mimpi menjadi tim top untuk menyaingi trio raksasa Mercedes, Ferrari, dan Red Bull.Â
Ricciardo dinilai punya pengalaman, terutama dengan koleksi 7 kemenangan bersama Red Bull sepanjang musim 2014 hingga 2018 memang dapat berpotensi memberikan feedback positif terhadap Renault.Â
Meskipun begitu, Renault harus menaikkan frekuensi kerja mereka dalam pengembangan mobil untuk mendukung dua pebalap penuh pengalaman tersebut, mengingat Ricciardo juga pernah mengalami nasib tidak mujur selama dipasok mesin Renault ketika di Red Bull, maka dari itu perlu ditambah lagi kekuatan dari sisi pengembangan mobil mereka.
HAAS (Kevin Magnussen dan Romain Grosjean)
Baik Magnussen-Grosjean maupun Haas sendiri harus bisa meminimalisasi kesalahan strategi dan manuver ketika di dalam trek. Perlu ada peningkatan konsistensi untuk dapat tetap menjadi tim yang patut diperhitungkan kemampuannya. Dengan mobil yang cukup kuat ditambah dengan konsistensi yang baik dari tim akan memperkuat posisi Haas di konstruktor musim depan.
MCLAREN (Carlo Sainz dan Lando Norris)
Skuad Inggris legendaris perlu berbenah menyongsong musim 2019. Pasca musim-musim tragis bersama Honda dari 2015 hingga 2017, McLaren belum mampu kembali ke masa-masa kejayaan mereka menjadi trio tim raksasa di F1. Sejak disuplai Renault musim lalu, tim yang berbasis di Woking, Inggris ini belum mampu menunjukan tajinya karena memiliki banyak kendala di mobil MCL33.Â
Zak Brown harus kembali memutar otak untuk menemukan solusi sehingga dapat membuat McLaren merangsek ke depan, mengancam tim-tim besar seperti Ferrari, Mercedes, dan Red Bull, sehingga tidak hanya menjadi penghias papan tengah. Carlos Sainz yang baru saja pindah dari Renault dan Lando Norris sebagai debutan dipercaya mampu mendongkrak posisi McLaren di klasemen musim depan.Â
SAUBER (Kimi Raikkonen dan Antonio Giovinazzi)
Musim lalu merupakan salah satu musim terbaik bagi tim balap asal Swiss ini. Pasalnya, berkat bantuan teknis dan finansial dari Alfa Romeo, Sauber mampu menunjukan performa yang gemilang, apalagi dengan bantuan pebalap-pebalap muda Marcus Ericsson dan Leclerc yang pindah ke Ferrari musim depan.Â
Kimi Raikkonen yang pulang dari Ferrari dan Giovinazzi yang naik pangkat dari pebalap uji coba diharapkan untuk melanjutkan tren positif Sauber. Sumber daya yang dimiliki Sauber dinilai cukup komplit untuk musim 2019, dan diharapkan akan mampu memberi warna baru persaingan konstruktor nanti.
RACING POINT (Sergio Perez dan Lance Stroll)
Force India yang telah berubah menjadi Racing Point F1 karena bantuan finansial dari miliarder Lawrence Stroll bakal menghadapi 2019 dengan segar. Sergio Perez sebagai pemimpin tim dipertahankan kemudian ditandemkan dengan anak dari Lawrence, Lance Stroll. Racing Point diprediksi akan tetap menjadi tim papan tengah yang akan selalu mewarnai persaingan di bawah The Big 3 (Mercedes, Ferrari, Red Bull).Â
Hanya saja, perekrutan Lance Stroll menjadi poin yang perlu dikritisi, karena yang pertama ia terkesan seperti membeli tim dan memaksa dirinya yang belum memiliki kapabilitas untuk bersaing di papan tengah, sehingga ini memperkeruh kesan "pay drivers" di F1, yang seharusnya orang berjuang dengan keras dengan talenta yang mereka miliki, tapi Stroll (dan pay drivers lainnya) dipermudah karena uang.Â
Kedua, sungguh suatu hal yang disayangkan untuk tidak mempertahankan Esteban Ocon di dalam tim, padahal potensi Ocon lebih besar ketimbang Stroll, meskipun secara realistis cukup sulit untuk dibandingkan karena Stroll berada di Williams dengan mobil yang kurang bagus musim lalu dan Ocon berada di Force India, namun beberapa kali Ocon tampil lebih gemilang dengan menoreh poin dan kesialannya hanya disebabkan oleh masalah reliabilitas dan kesalahan pebalap lain.
TORO ROSSO (Alexander Albon dan Daniil Kvyat)
Sister team dari Red Bull, Scuderia Toro Rosso, akan siap mengarungi 2019 dan tahun kedua berkolaborasi dengan Honda. Kolaborasi dengan Honda ini tentu maksudnya tak lain dan tak bukan adalah memberikan data-data penting bagi Red Bull yang baru saja berkolaborasi dengan Honda di musim 2019 nanti. Tuaian hasil positif musim lalu bersama Honda menjadi catatan tersendiri bagi skuat dari Faenza, Italia tersebut untuk kembali meramaikan persaingan papan tengah musim depan.Â
Perekrutan kembali dua mantan anak didik akademi Red Bull, Daniil Kvyat dan Alexander Albon, bisa menjadi amunisi mumpuni, terlebih lagi talenta keduanya tidak diragukan lagi. Kvyat pernah malang melintang di F1 dari 2014 hingga 2017, sementara Albon menjadi runner-up di seri Formula 2, tentu akan diprediksi membawa prestasi-prestasi gemilang, dengan syarat mereka harus bisa menangani mesin Honda dengan baik, layaknya Pierre Gasly saat masih membela STR.
WILLIAMS (Robert Kubica dan George Russell)
Tim bersejarah Williams harus bisa mendongkrak posisi mereka di klasemen dan tampil tidak memalukan karena rentetan prestasi mereka di masa lalu. Tim pimpinan anak Frank Williams, Claire Williams, harus bisa melakukan manajemen tim yang bagus untuk dapat merancang mobil yang cepat dan reliabel, apalagi dengan hadirnya Paddy Lowe sebagai direktur teknis harusnya bisa membawa dampak positif pada pengembangan mobil mereka.Â
George Russell sebagai juara seri Formula 2 diharapkan membawa angin segar karena kemungkinan ia akan mampu memberi pundi-pundi poin kepada Williams karena talentanya yang sudah cukup terbukti dengan prestasi yang ia torehkan.
---
Ini baru merupakan suatu opini dari saya terhadap bursa pebalap dan persiapan tim-tim menuju musim 2019. Mari kita lihat bagaimana tim-tim dan para pebalap mempersiapkan diri pada tes musim dingin Februari nanti.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H