Mohon tunggu...
Wong Go Blog
Wong Go Blog Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya sedang belajar, belajar dan terussss . . .belajar, minal mahdi ilal lahdi . . .\r\nSuka ilmu apa saja, mulai ilmu alam nyata sampai ilmu alam ghaib.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(Bukan Hoax) Begawan Fisika dan Empu ‘Atheis’ Stephen Hawking Temukan Islam?

14 Maret 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:47 8462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mengikuti sifat dari pemiliknya (Allah), 'Kebenaran' itu sesungguhnya bersifat tunggal pula (oneness). Manusialah yang menyebutnya dengan bermacam-macam nama sesuai dengan kacamata apa ia melihatnya. Yang memakai kacamata merah mengatakan kebenaran itu merah, yang memakai kacamata biru menyebut kebenaran itu berwarna biru. Yang beragama Islam menyebutnya kebenaran Islam, yang beragama Kristen menganggapnya kebenaran Kristen, demikian juga yang Atheis menganggapnya sebagai kebenaran Atheis. Tidak ada yang salah, tidak ada yang lebih benar.

Oleh sebab itu kegiatan-kegiatan penyeragaman keyakinan sebernarnya adalah upaya yang sama sekali tidak berguna dan kontraproduktif karena hanya sebatas mengubah warna kacamata. Alih-alih menemukan kebenaran, hal ini malah hanya akan menimbulkan konflik horisontal. Jika kita merasa memiliki keyakinan, yang kita butuhkan sesungguhnya adalah keberanian untuk membuka kacamata yang kita pakai sehingga kebenaran itu akan menampakkan warna warni aslinya. Dalam warna-warni aslinya itulah kebenaran justru akan nampak sangat indah. Sementara itu keseragaman tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk menuju kehancurannya. Yang harus kita lakukan hanyalah belajar dan terus belajar.

Barangkali kita juga perlu belajar dari Stephen Hawking yang mencari dan terus mencari fakta akan keberadaan alam semesta ini beserta asal usulnya semata hanya ingin menemukan kebenaran. Toh Stephen Hawking juga tidak 100% Atheis, kok! Atau malah justru Islam(i)? Ini terbukti dengan pencarian-pencariannya tentang asal mula alam semesta yang selalu dihubung-hubungkannya dengan posisi keberadaan Tuhan. Lihat saja kata-katanya, "I'm not religious in the normal sense. I believe the universe is governed by the laws of science. The laws may have been decreed by God, but God does not intervene to break the laws." (Saya bukanlah seorang yang religius dalam pengertian normal/umum. Saya hanya percaya alam semesta ini diatur oleh hukum-hukum ilmu pengetahuan. Hukum-hukum tersebut bisa jadi dinyatakan oleh Tuhan, tapi Tuhan tidak mungkin campur tangan untuk merusak hukum-hukumNya sendiri). Kalau diuraikan lebih lanjut pernyataannya inipun akan ketemu dengan ayat-ayat dalam Al Qur'an.

Akhirul kalam, mari kita bersama-sama terus belajar dan terus mencari kebenaran, kebenaran hakiki, kebenaran Ilahiah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun