Korelasi antara teori Stephen Hawking tentang terbentuknya alam semesta dengan konsep yang ditawarkan Al Qur'an tidak berakhir hanya sampai di Surat Al Ikhlas 1 saja. Sebagaimana disebut di atas, ada Ayat Kursi yang juga menyampaikan hal yang sama. Ayat tersebut berbunyi, 'Allahu laa ilaha illa Huwa Al Hayyu Al Qayyuumu....dst. Mari kita perhatikan, penggalan dari awal Ayat Kursi ini mempunyai arti: 'Allah, tidak ada tuhan (bisa diartikan sebagai yang Dzahir/Nyata/Berwujud Fisik) selain Dia Yang (Maha) Hidup (Yang Maha Berdiri) Dengan Sendirinya. Al Hayyu = (Maha) Hidup, Al Qayyuumu = (Maha) Berdiri Dengan Sendirinya, tanpa perlu bantuan pihak lain. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa 'Hidup' Allah terus berproses dan berkembang. Ini sejalan dengan alam semesta yang menurut Stephen Hawking serta beberapa ilmuwan lain masih terus berkembang hingga saat ini.
Berbicara tentang Al Qur'an tentu tidak bisa dipisahkan dari Islam. Al Qur'an merupakan pedoman dan konstitusi bagi seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya. Apakah dengan demikian Stephen Hawking telah memeluk Agama Islam?
Sampai di sini, realitas ini barangkali membuat kening kita berkerut. Bagaimana mungkin teori ilmiah seorang Stephen Hawking yang mengaku Atheis tentang terbentuknya alam semesta ternyata bertemu dengan konsep yang ada dalam Al Qur'an? Sebagian orang mungkin menganggap ini sebagai suatu hal yang aneh dan sulit dipercaya. Bahkan mungkin ada sebagian orang yang menganggap hal ini sebagai suatu kejaiban atau mukjizat dari Allah.
Atau, barangkali ada juga yang menganggap ini sebagai sesuatu yang mengada-ada atau HOAX!
Sebenarnya bukan hal yang aneh atau ajaib jika ada seseorang yang menyatakan berkeyakinan lain mempunyai pemahaman yang sedikit banyak 'matching' dengan satu dua konsep yang ada dalam Al Qur'an. Dan ini juga bukan sesuatu yang mengada-ada atau Hoax. 'Kebetulan' ini merupakan konsekuensi logis dari janji persaksian ruh manusia terhadap Tuhannya sebelum ia ditiupkan ke dalam tubuh dan dilahirkan ke dunia. Sebagaimana disampaikan dalam Al Qur'an Surat Al A'raaf 172, setiap ruh sebelum ditiupkan ke dalam jasad akan ditanya oleh Allah, "Alastu birabbikum (Adakah engkau mengenalKu sebagai Tuhanmu)?" Dan semua ruh menjawab (qaalu), "Bala sahidna (ya, kami menyaksikan/bersaksi)."
Jadi, kesaksian di atas adalah fitrah dari setiap jiwa manusia semenjak dia belum dilahirkan ke dunia. Disadari atau tidak, kesaksian ini akan tetap ada dalam diri manusia meskipun dalam perkembangan kehidupannya nanti ada sebagian diantara manusia yang mengaku memiliki keyakinan selain Islam atau bahkan Atheis sekalipun. Tetapi manusia tidak akan pernah bisa lari dan akan selalu kembali kepada fitrahnya dan apa yang jiwa mereka pernah persaksikan. Kebenaran Ilahi tersimpan dalam jiwa setiap manusia. Selama manusia mendengarkan suara yang berasal dari kebersihan jiwanya mereka akan selalu bertemu dengan (kebenaran) Ilahi, meskipun mungkin mereka memberinya nama dengan bermacam-macam sebutan. Maka, kita tidak perlu heran jika seringkali suara (kebenaran) Ilahi itu kita dapati datang dari seseorang yang mengaku berkeyakinan selain Islam, misalnya Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, Tao, Konfusian, atau bahkan mereka yang mengaku tidak memiliki keyakinan. Dan kebenaran tersebut adalah kebenaran Ilahi yang tentunya juga disebutkan dalam Al-Qur'an. Contoh-contoh berikut barangkali bisa dijadikan sebagai bukti lain adanya sumber-sumber berbeda yang mempunyai kedekatan makna dengan ayat-ayat dalam Al-Qur'an.
"Shema Yisra'el Adonai Eloheinu Adonai Echad (Dengarkan Hai Israel, Tuhan kita adalah Allah, Tuhan adalah Yang Tunggal)." Ini adalah 'syahadat' Agama Yahudi yang bisa ditemukan dalam Alkitab, Ulangan 6:4, Markus 12:29, dan Talmud Sukkot 42a dan Berachot 13b. Konsep ketuhanan menurut Agama Yahudi adalah: 'Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah.' (Sumber: Lihat Di Sini dan Di Sini)
Ini sama dengan makna ayat-ayat Al Qur'an yang disebutkan di atas sekaligus sama dengan teori terbentuknya alam semesta sebagaimana yang dicetuskan oleh Stephen Hawking.
Ada sesuatu yang tak berujud, namun sempurna
ada sebelum langit dan bumi tercipta
tanpa suara, tanpa isi
tak bergantung, tak berubah
merangkum, tak ada lelah
engkau mungkin menyebutnya ibu
dari semua yang ada di bawah langit
jati dirinya, aku tak tahu pasti
kusebut dia dengan TAO
Bait di atas diambil dari Kitab Tao The Cing, dan merupakan konsep ketuhanan dari para penganut Ajaran TAO. Isinyapun sama dengan makna ayat-ayat Al Qur'an yang disebutkan di atas sekaligus sama dengan teori terbentuknya alam semesta sebagaimana yang dicetuskan oleh Stephen Hawking.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain....