Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Apa Jadinya Jika Kalap Belanja Makanan Menjadi Kalap Belanja Senjata Api?

2 Mei 2020   23:05 Diperbarui: 2 Mei 2020   23:44 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: freepik.com

Jadi untuk mendapatkan kembali kontrol itu, orang-orang pun melakukan panic buying, termasuk membeli senjata api, agar mereka merasa telah melakukan apa yang bisa mereka lakukan, yakni memproteksi diri dan keluarga mereka dari kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.

Di samping itu, orang-orang yang melakukan panic buying mungkin terlihat tidak rasional, atau bisa dikatakan gila, seperti yang juga telah dipaparkan di atas.

Penjelasannya, memborong makanan, hingga berkantung-kantung tisu toilet, bahkan sampai memborong senjata api, amunisi untuk pistol atau dengan rebutan botol air minum terakhir di supermarket, sebetulnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan bagaimana menangkal Virus Corona.

Neurosains bisa lebih menjelaskan faktor ini. Ketika manusia merasa terancam, misalnya oleh Covid-19, amygdala atau bagian otak yang memproses rasa takut (yang kemudian berubah menjadi rasa cemas akan sesuatu di masa depan dan bersifat tidak pasti) akan memperpanjang rasa cemas tersebut.

Ketika seseorang punya kecemasan, pada titik tertentu, area prefrontal cortex pada otak tidak bisa bekerja, sedangkan ini adalah bagian pada otak manusia yang memproses hal-hal yang rasional. Ketika area ini tidak bekerja, bagian yang mengambil alih adalah bagian otak lain yang disebut sistem limbik. Akibatnya, rasa takut dan cemas tidak bisa dikontrol. Demikian yang dijelaskan oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., yang dilansir dari laman Kompas.

Sedangkan Dr Sara Houshmand, seorang Psikolog Klinis dari Central Health Hong Kong berkata bahwa perilaku yang tampak protektif dan tidak berbahaya ini akan memiliki kapasitas untuk membuat individu terus-terusan berada dalam siklus stres dan cemas.

Jadi saran Dr Houshmand, pada saat-saat tubuh kesulitan untuk berpikir rasional, bernapaslah perlahan-lahan dan lakukan juga olahraga. Ini akan sangat membantu untuk bisa berpikir lebih jernih.

Ilustrasi gambar: freepik.com
Ilustrasi gambar: freepik.com
Mengambil Hikmah Ramadan

Menyimak ulasan fenomena panic buying senjata api dan amunisi untuk pistol di negara Amerika Serikat, kita tersadarkan bahwa sesungguhnya manusia memerlukan sebuah pegangan iman dan amal saleh yang bisa membentengi kita dari perbuatan yang sia-sia dan melampaui batas.

Sifat tawakal dan kesabaran juga mesti dipupuk agar dalam menghadapi cobaan dan ujian di dunia, termasuk ketika berada di tengah pandemik Covid-19, kita bisa melaluinya dengan tenang karena ada Zat Yang Maha Kuat yang akan melindungi kita dari hal-hal yang tidak diinginkan (insya Allah).

Indonesia termasuk salah satu negara yang beruntung diberikan karunia bulan puasa Ramadan di tengah-tengah wabah Virus Corona, sehingga ada kesempatan untuk merenungkan tentang segala peristiwa di sekitar kita serta bagaimana kita mengambil pelajaran/hikmah di balik peristiwa-peristiwa tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun