Tak berapa lama teman-temannya sudah menemukannya di dekat batu itu. Teman-temannya merasa sangat senang karena mereka mengira Dina sudah menemukan jalan pulang.
"Kalian lihat bunga-bunga ungu itu?" Tanya Dina dengan suara sedikit bergetar.
"Ya...", jawab teman-temannya belum mengerti. Tentu saja bunga sudah tak asing bagi mereka.
"Lihat...mereka tumbuh di atas batu yang tegak berdiri itu!" Seru Dina sambil menunjuk sebuah bongkahan batu besar yang berdiri tegak setinggi tiga meter dan berlebar hampir sama.
"Hei...sungguh aneh. Batu ini berbunga!" Teriak teman-temannya sambil berlomba memetiki bunga-bunga itu.
"Lihat, ada juga yang berwarna putih!" Teriak mereka lagi dengan penuh semangat.
"Bagaimana ya, kita tidak mempunyai kantung untuk membawa bunga-bunga ini dan memperlihatnya pada orang kampung kita", tanya Ningsih.
"Bagaimana kalau kita taruh saja di baju kita masing-masing", jawab Frida sambil menaruh bunga yang didapatnya pada lipatan baju kaosnya. Satu tangan memegang lipatan baju, satu tangan lainnya memetik kuntum bunga. Teman-temannya kemudian mengikutinya.
Setelah merasa puas dengan perolehan mereka, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Cahaya merah di ufuk mulai terlihat. Mereka akhirnya menemukan jalan menuju ke kampung karena berpapasan dengan para petani yang menunjukkan arah kepada mereka.
Lagi-lagi kegelapan sudah menghadang mereka. Untunglah mereka mendapat petunjuk untuk mengambil jalan pintas yang terdekat, jadi mereka hanya akan menempuh lima kilometer perjalanan lagi.