Mohon tunggu...
Malviana
Malviana Mohon Tunggu... Freelancer - View From Other Perspective

Coffee Lover Who Start Writing

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hybrid Work Model dan Tantangannya

5 Oktober 2021   14:20 Diperbarui: 6 Oktober 2021   11:26 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini kita sering mendengar istilah hybrid work model, model kerja ini mulai banyak diaplikasikan oleh banyak perusahaan. 

Dengan tingginya tingkat vaksinasi dan hampir tercapainya herd immunity bisnis dan ekonomi mulai bergeliat kembali, dan banyak perusahaan mulai memanggil karyawannya untuk kembali bekerja dari kantor mereka. 

Namun tidak bisa dipungkiri kedua belah pihak baik perusahaan dan karyawan menikmati keuntungan baik dari segi produktivitas dan finansial dari remote work, tapi dilain pihak kebutuhan untuk menghidupkan kembali collaboration dan engagement dari karyawan membuat perusahaan mencari jalan tengah untuk bisa mengakomodir dua hal ini maka muncul hybrid work model. 

Hybrid work model memberikan fleksibilitas bagi karyawannya untuk remote work, office work ataupun kombinasi dari keduanya.

Hybrid work model adalah future work model dan akan menjadi employee value proposition bagi perusahaan, work model ini dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan dari setiap departemen di perusahaan, tentunya dengan berbagai benefitnya work model ini juga memiliki beberapa tantangannya antara lain :

Gaya kepemimpinan

Saat ini kebanyakan demografi pekerja terdiri dari generasi baby boomer, gen Y dan gen Z, yang tentu saja memiliki gaya bekerja yang berbeda-beda. 

Masih banyak gaya kepemimpinan dari manajer yang mementingkan kehadiran ditempat kerja, datang ke kantor tepat waktu, bekerja long hours lebih penting daripada hasil pekerjaan itu sendiri, bahkan permintaan cuti tahunan, cuti sakit atapun ijin untuk vaksinasi dianggap hal yang tidak perlu sebab dalam pikiran mereka untuk apa cuti sedangkan kalian sudah dirumah selama satu tahun lebih. 

Trust issue masih menjadi hal yang belum bisa diterapkan dalam hubungan kerja, manajer akan panik menelpon tim nya apabila tidak membalas email atau message secepatnya dan beberapa perusahaan menginstall VPN untuk menganalisa algoritma laptop karyawannya. 

Apabila mindset dari manajer dan senior leadership dari perusahaan masih seperti ini akan susah menerapkan hybrid work model.

Tips bagi karyawan coba lihat bagaimana work model yang diterapkan oleh senior leadership dan manajer anda, apabila mereka lebih banyak di kantor saran penulis anda lebih baik mengikuti, karena tidak bisa dipungkiri ketika anda hadir dekat dengan senior leadership anda akan update dengan hal apapun yang terjadi dengan pekerjaan atau project, dan tentu saja interaksi face to face lebih engage dibandingkan virtual. 

Sedangkan apabila senior leadership dan manajer anda lebih memilih remote work maka selain melakukan rutinitas kerja atau online meeting harus disediakan waktu untuk bekerja remote bersama-sama diluar kantor atau casual meeting virtual untuk sekedar catch up dan update keadaan masing-masing. 

Anda dan manajer anda harus punya kesamaan persepsi tentang presenteeism atau kehadiran yang sama baik secara digital atau in person, bahkan persepsi bahwa remote work adalah bekerja secara santai adalah salah bahkan di luar jam kerjapun karyawan merasa harus untuk merespon email atau message untuk membuktikan seberapa engage mereka.

Kebijakan yang mengakomodir health, wellbeing, and flexibility

Membuat kebijakan yang bisa mengakomodir keadaan yang diakibatkan oleh pandemic adalah hal yang fundamental seperti bagaimana perusahaan memberikan perlindungan kesehatan yang ekstra selama pandemic, memberikan benefit internet, memberikan benefit untuk tes PCR, memberikan tunjangan untuk mendukung remote work seperti meja dan kursi kerja, tambahan cuti untuk vaksinasi, memberikan fleksibilitas jam kerja bagi orang tua yang juga harus mendampingi anak yang school from home, atau merawat anggota keluarganya yang terkena covid-19, dan dukungan terhadap mental health karyawan dengan bekerja sama dengan klinik psikologi dan regular casual catch up dengan karyawan.

Company event juga harus bisa mengakomodir karyawan yang remote work, perusahaan harus bisa membangun virtual community untuk mempersempit gap antara dua model kerja ini, apakah dengan cara melibatkan mereka dengan menampilkan dengan layar video conference, mengirim makanan atau mengirim gift birthday goodies untuk membuat mereka dekat walaupun jauh.

Investasi ke teknologi

Pandemic adalah turning point bagi banyak perusahaan untuk investasi ke teknologi untuk mempersempit gap antara remote work dan office work seperti teknologi video conference yang bisa mendukung elaborasi untuk karyawan dan klien, cloud system untuk penyimpanan data perusahaan, berbagai aplikasi project management, finance system dan HRIS untuk bisa mendukung operasional bisnis. 

Teknologi harus bisa mendekatkan yang jauh, mempermudah hal yang terlalu birokratif, paperless, minimal perusahaan harus investasi memberikan laptop kepada karyawannya sudah tidak jaman karyawan masih menggunakan desk top untuk bekerja.

Pay issue

Hybrid work model memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk merekrut talent across location, perusahaan harus bisa membuat kebijakan kompensasi dan benefit yang dapat mengakomodir hal ini contohnya berapa gaji yang anda akan berikan untuk IT specialist yang berdomisili di Jakarta dengan di Makasar, pasti harus berbeda karena faktor standar hidup ekonomi yang berbeda di tiap kota, sesederhana dengan membandingkan UMR 2021 di Jakarta Rp. 4.416.186 sedangkan UMR 2021 di Makasar Rp. 3.255.423. 

Untuk perusahaan yang sebelumnya memberikan tunjangan kehadiran atau tunjangan transportasi ini bisa dialihkan dengan memberikan tunjangan yang bisa mengakomodir hybrid work model misalnya mengganti dengan tunjangan komunikasi atau meningkatkan benefit kesehatan. 

Perusahaan juga harus siap dengan kebijakan kompensasi dan benefit bagi karyawan yang memilih untuk remote work full time atau untuk tipe karyawan paruh waktu yang hanya kerja 2-3 hari seminggu, trend yang berkembang karyawan bersedia untuk mendapatkan gaji yang lebih kecil asalkan mereka dapat kerja remote dan/atau part time. 

Perusahaan yang bisa catch up dengan cepat di area kompensasi dan benefit akan menjadi incaran para pencari kerja di masa depan dan menjadi retention program, perusahaan harus punya strategi menyikapi great resignation sebagai dampak dari membaiknya perekonomian.

Office lay out

Sebelum pandemic karyawan pergi ke kantor karena harus ke kantor namun sekarang karyawan ingin ke kantor karena dia ingin bertemu rekan kerjanya, bersosialisasi dengan rekan kerja dan berkolaborasi in person, hal-hal ini adalah work culture yang menjadi mood booster dalam bekerja. 

Ruang kantor yang dibatasi dengan kubikel sudah tidak jaman lagi, perusahaan harus bisa menciptakan ruangan-ruangan yang bisa mengencourage karyawan untuk bersosialisasi dan berkolaborasi, membuat lebih banyak hot desk untuk karyawan ingin sesekali bekerja dari kantor, menyediakan loker untuk barang-barang pribadi mereka, fasilitas ruang meeting dan training juga harus sedemikian rupa untuk mengakomodir remote work dan office work. 

Perusahaan harus bisa menciptakan kantor sebagai destination bukan obligation bagi karyawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun