Apa bila muncul hambatan seperti malas. Menulis itu harus sabar kembalikan fokus berpikir harus sempurna jangan terlalu idealis teruslah semampu kita. Terlebih dahulu setelah kita mampu menyelesaikan naskah berupa buku. Karya kita tulis masuk pada  tahapan yang harus kita lewati adalah penerbitan editing , revising, dan puncaknya kita bisa publishing.
Seorang menulis menjadi kendala yang lumayan parah tidak mau dikritik. Satu hal lagi adalah saat merendahkan diri, mematikan potensi yang ada yang mengatakan bahwa saya tidak bisa menulis alam bawah sadarnya sudah menolak dan merasa tidak mampu menyelesaikan tugas yang diakui
Mengutip orang semin/ndeso yang dijadikan panutan ibu kanjeng mengatakan, better late tuhan never, Â sehingga alon-alon weton kelakon jalani.
Terbukti di usia senja Ibu kangjeng telah memiliki buku sebanyak 37 sangat luar biasa. Narasumber memberikan kunci bahwa menulis bagi pemula agar menerapkan suatu konsep sesuai dengan passion kita perlu menentukan tahap penulis buku. Ttujuannya mengarahkan pada  target pembacanya. Apabila timbul writers blog studi macet Jeddah sesat segar mencari ide dan melengkapi tulisan
Menulis buku bisa dijadikan sebuah sarana self healing, sarana silaturahmi, dan banyak lagi penulis yang tadi di awal sudah disampaikan salah satunya memberikan testimoni. Ketika, menulis jangan takut salah bila merasa kosakata masih minim perbanyak membaca. Â Menulis akan menjadi passion, keuntungannya menjanjikan, karena menulis bukan bakat tetapi keterampilan yang harus diasah, agar menjadikan kemampuan yang melekat di diri kita membuat muncul rasa ketagihan apabila tidak menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H