Akan tetapi untuk mengurangi resiko kelelahan, dehidrasi, atau resiko terserang heat stroke, berziarah ke Jabal Nur sebaiknya dilakukan tidak pada siang hari. Berziarah ke Jabal Nur sebaiknya dilakukan pada malam hari atau pada dini hari. Itu lebih aman dan nyaman.
Selain itu jika berziarah ke Jabal Nur dilakukan pada malam hari atau pada dini hari, nanti para peziarah akan mendapatkan pemandangan yang luar biasa indah dari atas Jabal Nur. Bisa jadi rasa lelah dan cape yang dirasakan para peziarah akan hilang setelah melihat pemandangan yang menakjubkan.
Para peziarah akan melihat dan menyaksikan pemandangan wilayah sekitar kota Mekkah menyala memancarkan cahaya indah kekuning-kuningan bak batangan emas raksasa yang terhampar. Luar biasa indah.
Pemandangan yang luar biasa indah itu tentunya hanya bisa didapatkan oleh para peziarah di waktu malam atau dini hari. Sedangkan jika pada siang hari, para peziarah tidak akan mendapatkannya.
Setelah Jabal Nur ada Jabal Tsur. Sama seperti Jabal Nur, Jabal Tsur juga merupakan tempat yang sangat penting dan istimewa dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW.
Jabal Tsur artinya "Gunung Banteng". Jabal Tsur terletak sekira 7 kilometer dari Masjidil Haram ke arah Thaif.
Jabal Tsur memiliki ketinggian sekira 458 mdpl. Kendati tidak seterjal Jabal Nur, waktu tempuh untuk mencapai puncak Jabal Tsur membutuhkan waktu lebih lama. Hal itu dikarenakan jalur menuju puncak Jabal Tsur agak memutar dan memanjang.
Para peziarah bisa jadi menghabiskan waktu 45-60 menit untuk bisa sampai ke puncak Jabal Tsur, di mana terdapat Gua Tsur. Bahkan bisa saja bagi para peziarah yang "nyantey" bisa menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk bisa sampai ke puncak Jabal Tsur.
Sebagaimana Jabal Nur, Jabal Tsur juga merupakan "gundukan bebatuan". Bedanya Jabal Tsur memiliki tiga puncak yang bersambungan dan berdekatan. Di puncak ketiga Jabal Tsur terdapat sebuah gua yang bersejarah, yakni "Gua Tsur".
Gua Tsur itulah tempat yang bersejarah bagi Nabi Muhammad SAW dan bagi umat Islam. Sebab di Gua Tsur tersebut Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya Abu Bakar Shiddiq pernah berlindung dan selamat dari kejaran dan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy.