Kemudian jika Anies Memilih Aher sebagai pasangannya. Mungkin juga bagus, cocok. Tapi masalahnya apakah Aher akan diterima atau tidak oleh Partai Demokrat? Kalau diterima tidak masalah. Tapi kalau tidak, koalisi bisa terancam gagal.
Hal itu tentu bukan hal yang baik. Sebab jika koalisi gagal karena Partai Demokrat tidak jadi atau tidak mau berkoalisi, maka pencapresan Anies pun terancam gagal. Hal itu karena suara Partai Nasdem dan PKS tidak akan cukup memenuhi presidential threshold.
Selanjutnya jika Anies memilih Khofifah Indar Parawansa sebagai pasangannya, apakah bisa diterima oleh PKS dan Partai Demokrat atau tidak? Sebab Khofifah "bukan siapa-siapa" dalam koalisi. Artinya Khofifah tidak akan memberikan kontribusi bagi koalisi.
Sama halnya dengan, jika Anies memilih Ridwan Kamil, Andika Perkasa, atau Gatot Nurmantyo misalnya. Sebab nama-nama itu "bukan siapa-siapa" dalam koalisi.
Akan tetapi nama-nama seperti Khofifah, Ridwan Kamil, Andika Perkasa, atau Gatot Nurmantyo "bukan siapa-siapa" dalam koalisi justeru bisa menjadi solusi ketika ada dead lock diantara parpol koalisi dalam menentukan pasangan Anies.
Ketika ada tarik ulur antara Partai Demokrat dan PKS mengenai siapa yang akan mendampingi Anies, apakah AHY atau Aher, maka nama-nama yang "bukan siapa-siapa" itu bisa menjadi alternatif.
Apakah Anies Baswedan kesulitan dalam menentukan pasangannya? Tentu, pasti. Kendati demikian, Anies Baswedan pada akhirnya harus bisa memilih dan menentukan pasangannya di Pilpres 2024 nanti. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H