Rekonstruksi kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dilangsungkan Selasa (30/08). Rekonstruksi dimulai kurang lebih pukul 10 WIB dan berlangsung selama 7,5 jam.
Rekonstruksi dilakukan di dua lokasi. Pertama di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling, Jakarta dan kedua di rumah dinas Ferdy Sambo di jalan Duren tiga, Jakarta.
Dalam rekonstruksi itu semua tersangka dihadirkan, yaitu Ferdy Sambo, Bharada E, Bripka Ricky Rizal, Kuat Makruf, dan Putri Candrawathi. Selain kelima tersangka, dalam rekonstruksi itu hadir pula dari Komnas HAM, Kompolnas, pengacara tersangka, dan 10 orang JPU (Jaksa Penuntut Umu7m).
Dalam rekontruksi tersebut, para tersangka melakukan 78 adegan. Rekonstruksi di rumah  di Magelang 16 adegan, di rumah pribadi jalan Saguling 35 adegan, dan 27 adegan di rumah dinas jalan Duren Tiga.
Menyaksikan rekonstruksi melalui layar televisi selama hampir seharian, di tengah-tengah reka adegan tak sengaja mata ini terantuk kepada wajah tersangka utama kasus pembunuhan berencana atas Brigadir J. Siapa lagi kalau bukan Ferdy Sambo.
Melihat wajah Ferdy Sambo yang terlihat lusuh dan lelah, terbersit rasa iba dan kasihan. Wajah Ferdy Sambo saat itu berbeda jauh dengan sebelum yang bersangkutan terkena kasus Brigadir J.
Wajah garang dan berwibawa seorang jenderal polisi tak terlihat sama sekali saat itu. Wajahnya terlihat biasa seperti wajah kebanyakan rakyat biasa. Mungkin jika tak pernah tahu bahwa wajah itu pernah jadi seorang jenderal, siapa pun tak akan menyangka dia seorang jenderal.
Tak terlihat ada keceriaan di wajah Ferdy Sambo. Tatapan matanya menerawang jauh, tapi seperti kosong.
Seragam kebanggaan berwarna coklat yang biasa dikenakan lengkap dengan bintang 2 di pundak, kini harus berganti. Seragam berwarna coklat itu kini berganti dengan seragam berwarna oranye.
Saya hanya menduga-duga apa yang ada di pikiran Ferdy Sambo waktu itu. Dalam wajah lusuh dan lelahnya seperti menyimpan satu kata yang tak mungkin bisa mengubah keadaan. Apakah Ferdy Sambo menyesal telah melakukan perbuatan tercelanya yakni menghilangkan nyawa anak buahnya sendiri?