Ibrahim membulatkan hati dan keimanannya untuk melaksanakan perintah Allah menyembelih sang anak, Ismail. Dengan berserah diri kepada Allah swt., Ibrahim kemudian membaringkan Ismail.
Mata Ismail ditutup kain. Sementara mata Ibrahim sendiri terpejam dan bercucuran air mata. Ibrahim pun mulai menyembelih Ismail.
Perintah Allah swt., kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail bukanlah sebenarnya. Hal itu hanya ujian keimanan, ketakwaan, ketaatan, dan keikhlasan Ibrahim dan ismail.
Oleh karena itu ketika pedang yang sangat tajam akan mengenai leher Ismail, Allah swt. segera menggantikan Ismail dengan seekor domba jantan nan besar. Pedang tidak melukai leher Ismail. Ismail selamat tanpa terluka sedikit pun.
Setiap tahun umat Islam dianjurkan untuk meniru pengorbanan Ibrahim As dan Ismail AS, dalam bentuk yang berbeda. Umat Islam tidak harus menyembelih anaknya ketika Idul Adha tiba. Mereka cukup menggantinya dengan menyembelih hewan kurban.
Namun hal itu pun masih terasa berat bagi mereka yang keimanan dan ketaatannya rendah. Kendati memiliki harta yang cukup, mereka enggan untuk menyembelih hewan kurban. Sekali pun hanya seekor domba atau kambing.
Semua kembali kepada keimanan masing-masing. Semua kembali kepada ketaatan masing-masing.
Kisah Ibrahim dan Ismail adalah kisah nyata yang telah terjadi di masa lalu. Kisah Ibrahim dan Ismail pun bukanlah sebuah cerita fiksi. Kisah Ibrahim dan Ismail adalah sebuah pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H