Pengorbanan umat Islam menyembelih hewan kurban, baik kambing atau domba, sapi, kerbau, atau onta tidaklah seberapa dibandingkan dengan pengorbanan Ibrahim AS dan Ismail AS dulu. Waktu itu Ibrahim AS diminta untuk berkorban, yakni diperintahkan Allah swt. untuk menyembelih sang anak, Ismail. Â Â
Adakah perintah yang lebih  berat dari  itu? Tentu tidak ada. Bahkan siapa pun pasti mau berkorban apa saja demi keselamatan sang anak. Ini malah sang anak yang minta dikorbankan.
Ibrahim AS menerima perintah itu melalui sebuah mimpi. Tapi bukan mimpi sembarang mimpi.
Ismail adalah anak yang sudah sangat lama dinantikan kehadirannya oleh Ibrahim AS dan sang isteri Hajar. Dikisahkan bahwa Ibrahim AS dan sang isteri baru dikaruniai anak, yaitu Ismail ketika mereka mendekati usia 100 tahun. Sebuah penantian yang sangat lama.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Ibrahim AS ketika mendapat perintah untuk menyembelih sang anak Ismail. Anak satu-satunya, anak yang sangat dinantikan, dan anak yang sangat dicintai tiba-tiba harus disembelih.
Sebagai seorang manusia, Ibrahim AS juga sempat merasa gundah dan ragu akan perintah itu. Namun ketaatan Ibrahim kepada Allah swt. lebih besar dibandingkan dengan kecintaan kepada anaknya, Ismail.
Ibrahim AS pun memberanikan diri untuk menyampaikan mimpinya itu kepada Ismail. Luar biasa, Ismail yang kala itu berusia 14 belas tahunan bukannya bersedih atau takut mendengar perintah dalam mimpi itu. Ismail malah menyuruh sang bapak untuk melaksanakan perintah itu.
Bayangkan, usia 14 tahun adalah usia anak yang sedang lucu-lucunya. Usia 14 tahun juga usia anak ketika sedang manja-manjanya dan dekat-dekatnya dengan orang tua.
Seandainya "perintah menyembelih anak" datang kepada kita manusia biasa, bisa dipastikan kita dan anak kita akan mengingkarinya. Kita tidak akan melaksanakan perintah itu.
Namun Ibrahim AS dan Ismail AS adalah dua orang manusia pilihan. Keimanan dan ketakwaannya jauh di atas orang-orang biasa.
Walau pun begitu, sebagai seorang manusia Ibrahim AS juga wajar memiliki rasa sedih ketika mau melaksanakan perintah untuk menyembelih sang anak, yakni Ismail itu. Perasaan berat juga pasti ada.