Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cak Nur, Guru Bangsa dan Calon Presiden 2004

30 Agustus 2020   09:45 Diperbarui: 30 Agustus 2020   19:14 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. DR. Nurcholish Madjid (nurcholishmadjid.org)

Sebagai bentuk keseriusannya menjadi calon presiden, Cak Nur diam-diam telah menyiapakan "tim sukses", berupa tim kecil. Mereka antara lain Sudirman Said (ketua MTI /Masyarakat Transparansi Indonesia), Erry Ryana Harjapamekas (Koordinator Pembenahan Manajemen Yayasan Paramadina), Utomo Dananjaya (sahabat dekat Cak Nur dan pengurus Yayasan Paramadina), dan lain-lain.

Bentuk keseriusan lain Cak Nur maju sebagai calon presiden adalah dengan menyusun dan menyiapkan 10 (sepuluh) platform untuk mewujudkan reformasi dan menata Indonesia pada masa mendatang. Kesepuluh platform itu antara lain mewujudkan good governance pada semua lapisan pengelolaan negara, menegakkan supremasi hukum dengan konsisten dan konsekuen, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai tujuan bernegara, dan lain-lain.

Kesepuluh platform Cak Nur itu menjadi syarat mutlak dari Cak Nur jika partai politik akan mengajukan namanya  sebagai calon presiden. Jika partai politik lebih memilih nama, namun tidak mau menerima kesepuluh platform yang diajukannya, maka Cak Nur dengan tegas menolaknya.

Cak Nur menegaskan bahwa pendekatan yang ia lakukan adalah platform, bukan dirinya pribadi. Oleh karena itu Cak Nur menyebut tidak akan mendekati kelompok-kelompok tertentu. Namun ia akan menunjukkan platformnya kepada kelompok-kelompok yang mendekatinya. Kalau kelompok-kelompok itu tidak setuju, maka dirinya lebih suka tetap mengajar para mahasiswa.

Sikap seperti itu menurut Cak Nur memang angkuh betul. Akan tetapi justru hanya dengan keangkuhan seperti itu Indonesia nantinya akan beres.

Dalam perkembangan selanjutnya, walau pun banyak tokoh lintas partai mendukung pencalonan Cak Nur sebagai calon presiden, tapi secara institusi partai tak ada satu pun yang secara formal mengajukan Cak Nur sebagai calon presiden. Masalahnya bukan karena mereka meragukan kualitas personal Cak Nur, tetapi karena parta-partai politik yang memenuhi syarat boleh mengajukan calon presiden hampir semuanya telah memiliki calon presiden.

Sebut saja PDI-P, sejak lama partai berlambang sapi gemuk dengan moncong putih itu telah mengamanatkan ketua umumnya Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden. PAN, dari jauh-jauh hari telah menyiapkan Amien Rais sang ketua umum waktu itu sebagai calon presiden. Begitu juga dengan PKB yang telah menggadang-gadang Gus Dur sebagai calon presiden.

Sementara itu PKS dan PPP ada kecenderungan akanmendukung calon presiden dari partai lain.  Termasuk partai baru, partai Demokrat yang memperoleh suara cukup signifikan telah pula menyiapkan "orang dalam"nya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden.

Hanya partai Golkar yang belum memiliki calon presiden. Tidak seperti partai politik lain yang menyiapkan calon presiden dari kalangan internal partai, partai Golkar selangah "lebih maju". Partai Golkar menentukan calon presiden melalui mekanisme "konvensi". Siapa saja, baik dari kalangan internal partai maupun eksternal partai boleh ikut dalam konvensi partai Golkar tersebut.

Banyak petinggi partai Golkar "merayu" Cak Nur untuk ikut konvensi partai Golkar. Arus dukungan dari DPD-DPD partai Golkar kepada Cak Nur untuk maju sebagai calon presiden juga sangat kuat. Oleh karena itu kemudian Cak Nur menyatakan ikut konvensi partai Golkar.

Langkah Cak Nur mengikuti konvensi partai Golkar mengundang pro dan kontra. Banyak pihak yang mendukung, tetapi banyak pula pihak yang menyayangkannya. Pihak yang kedua berpendapat bahwa Cak Nur akan "dikerjain", hanya akan dijadikan alat untuk mendulang suara partai Golkar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun