Mohon tunggu...
Wiwik Windarti
Wiwik Windarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang Guru SD yang sudah mengajar selama 21 Tahun di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong kab. Mojokerto. Keinginan saya menulis di kompasiana ini karena saya melanjutkan kembali belajar di S2Pendidikan Dasar Universitas Surabaya. Banyak pengetahuan yang bisa saya pelajari dengan terus belajar dan menambah pengetahuan untuk terus bertumbuh sesuai dengan kodrat Zaman. Di kompasiana saya juga akan mendapatkan banyak pengetahuan yang sangat berguna bagi saya sebagai Guru untuk di terapkan di Sekolah Dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ludruk Anak di SDN Gunungsari Kec. Dawarblandong Mampu Meningkatkan Prestasi Belajar

14 Januari 2025   16:05 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pementasan ludruk anak SDN Gunungsari (Sumber: https://youtu.be/vpZpN1QRXe4?si=veDZeUxfrtqWnz6j )

Ludruk menuntut ekspresi yang dramatis untuk menghidupkan karakter yang sering kali lucu dan penuh emosi. Anak-anak diajarkan untuk menyampaikan berbagai perasaan, seperti marah, sedih, gembira, atau terkejut, melalui ekspresi wajah yang berlebihan, yang merupakan ciri khas ludruk. Selain itu, mereka belajar mengatur nada suara untuk menciptakan suasana, apakah itu riang atau serius. Bahasa tubuh juga sangat ditekankan, karena setiap gerakan memperkuat karakter yang mereka perankan, membantu penonton memahami emosi dan maksud karakter.

Ekspresi Diri dan Kreativitas dalam Berkisah

Melalui ludruk, anak-anak diberikan kebebasan untuk menambahkan improvisasi dalam dialog atau gerakan mereka, yang melatih kreativitas mereka dalam menyampaikan cerita. Mereka belajar bagaimana menggambarkan karakter dari sudut pandang pribadi mereka sendiri, yang memungkinkan mereka mengekspresikan ide-ide unik dan pandangan mereka tentang cerita. Kemampuan ini penting karena mengajarkan anak untuk merasa nyaman mengekspresikan pikiran mereka dengan cara yang menarik dan kreatif.

Dengan mengimplementasikan pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki potensi yang besar untuk mendidik anak-anak dalam seni dan keterampilan sosial. Namun, upaya ini tidak bebas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi agar program berjalan efektif. seperti halnya sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki kurikulum yang ketat dan banyak materi pembelajaran yang harus disampaikan. Menyisipkan waktu khusus untuk belajar ludruk bisa sulit, terutama jika prioritas utama adalah mata pelajaran inti seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Akibatnya, waktu yang tersedia untuk kegiatan seni sering kali sangat terbatas. jumlah pelatih ludruk yang terampil mungkin terbatas, terutama di daerah perkotaan atau di luar Jawa Timur. Hal ini dapat menjadi kendala besar, karena tanpa pelatih yang benar-benar memahami ludruk, pembelajaran yang efektif sulit dilakukan. tidak semua sekolah dapat menyediakan ruang untuk latihan, seperti aula atau panggung, serta kostum dan alat musik tradisional seperti gamelan. Di banyak sekolah dasar negeri Gunungsari, terutama yang memiliki keterbatasan dana, fasilitas semacam ini sulit untuk diwujudkan. Tanpa ruang dan fasilitas yang memadai, siswa tidak dapat merasakan pengalaman penuh dalam berlatih ludruk dan beberapa pihak sekolah atau orang tua mungkin kurang menyadari manfaat pendidikan seni ludruk bagi perkembangan anak. Hal ini dapat menghambat dukungan terhadap program, baik dalam bentuk waktu maupun anggaran, karena dianggap tidak sejalan dengan kebutuhan akademis anak.

Solusi untuk Mengatasi Tantangan

1. Mengintegrasikan Ludruk sebagai Program Ekstrakurikuler

   dengan mengimplementasikan pembelajaran ludruk di sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki potensi yang besar untuk mendidik anak-anak dalam seni dan keterampilan sosial. Namun, upaya ini tidak bebas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi agar program berjalan efektif. seperti halnya sekolah dasar negeri Gunungsari memiliki kurikulum yang ketat dan banyak materi pembelajaran yang harus disampaikan. Menyisipkan waktu khusus untuk belajar ludruk bisa sulit, terutama jika prioritas utama adalah mata pelajaran inti seperti Matematika dan Bahasa Indonesia. Akibatnya, waktu yang tersedia untuk kegiatan seni sering kali sangat terbatas. jumlah pelatih ludruk yang terampil mungkin terbatas, terutama di daerah perkotaan atau di luar Jawa Timur. Hal ini dapat menjadi kendala besar, karena tanpa pelatih yang benar-benar memahami ludruk, pembelajaran yang efektif sulit dilakukan. tidak semua sekolah dapat menyediakan ruang untuk latihan, seperti aula atau panggung, serta kostum dan alat musik tradisional seperti gamelan. Di banyak sekolah dasar negeri Gunungsari, terutama yang memiliki keterbatasan dana, fasilitas semacam ini sulit untuk diwujudkan. Tanpa ruang dan fasilitas yang memadai, siswa tidak dapat merasakan pengalaman penuh dalam berlatih ludruk dan beberapa pihak sekolah atau orang tua mungkin kurang menyadari manfaat pendidikan seni ludruk bagi perkembangan anak. Hal ini dapat menghambat dukungan terhadap program, baik dalam bentuk waktu maupun anggaran, karena dianggap tidak sejalan dengan kebutuhan akademis anak.

Untuk mengatasi kendala waktu, ludruk dapat diadakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler sehingga tidak mengganggu waktu belajar reguler. Program ekstrakurikuler ini dapat diadakan seminggu sekali dengan durasi yang cukup untuk pelatihan, sehingga anak-anak tetap mendapatkan kesempatan belajar tanpa mengorbankan mata pelajaran lain. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler ludruk juga dapat dijadwalkan di akhir pekan agar tidak bertabrakan dengan jadwal pelajaran di sekolah. Dengan cara ini, siswa dapat tetap fokus pada pelajaran mereka selama hari sekolah dan memiliki waktu yang cukup untuk berlatih ludruk di luar jam belajar. Dengan demikian, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan seni tradisional seperti ludruk tanpa harus mengorbankan pendidikan formal mereka. Dengan pengaturan jadwal yang baik, anak-anak dapat belajar dan berlatih ludruk secara seimbang. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan seni tradisional tanpa merasa terbebani dengan tugas sekolah. Dengan adanya dukungan dan kesempatan yang cukup, diharapkan generasi muda dapat tetap melestarikan budaya ludruk dan tetap berprestasi dalam pendidikan formal mereka.

2. Kolaborasi dengan Komunitas Seni Lokal

   Melibatkan komunitas ludruk atau seniman lokal sebagai pelatih tamu di sekolah bisa menjadi solusi. Komunitas seni lokal biasanya memiliki anggota yang mahir dalam seni ludruk dan berpengalaman dalam mengajarkan keterampilan ini kepada anak-anak. Kolaborasi ini dapat membantu sekolah mengatasi kekurangan pelatih sambil melestarikan seni tradisional di komunitas sekitar. Selain itu, melibatkan komunitas ludruk juga dapat meningkatkan minat siswa terhadap seni tradisional dan budaya lokal. Dengan adanya pelatih tamu dari komunitas seni lokal, siswa dapat belajar secara langsung dari para ahli dan mengembangkan keterampilan mereka dalam seni ludruk. Hal ini juga dapat memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas, menciptakan kolaborasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan dalam melestarikan warisan budaya daerah.

3. Pemanfaatan Infrastruktur yang Ada dengan Kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun