Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bersama Johan Pieters

2 April 2016   14:05 Diperbarui: 2 April 2016   15:30 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sayang kau tidak dalam posisi untuk memilih ya atau tidak. Lagipula bukankah ini bagus buat karier menulismu? Aku memberimu banyak bahan bagus untuk kautulis jadi novel horor thriller. Tak sampai tiga novel, kau sudah akan setenar Rowling atau Meyer. Dan materimu asli, kejadian nyata, bukan khayalan siang hari bolong seperti milik mereka. Sebagai prolog, sudah kuberikan kisah pembuka yang manis untukmu.”

Aku mengangkat kembali wajahku, menatapnya nyalang. Jantungku berdetak keras oleh geliat firasat yang terasa pahit dan pekat.

“Apa maksudmu?”

“Soal kedua orangtuamu. Aku baru saja membimbingmu melakukan kegelapan pertamamu, yang dulu masih berupa harapan. Selamat! Kini harapanmu jadi nyata, oleh tanganmu sendiri. Nah, sekarang kau akan sadar, kembali menjadi dirimu sendiri. Kau akan terguncang sebentar. Tapi tak apa. Sesudah kau siap, aku akan kembali memasukimu untuk mulai berburu cucu buyut Konterman. Jangan khawatir! Kalau kemudian kau divonis pengadilan dan dipenjara, aku akan mencari cara agar kau bisa membebaskan diri. Itu bukan pengalaman pertama bagiku sepanjang satu abad ini. Dan semuanya selalu sukses tak terdeteksi. Oh, ya, by the way, bukumu tentang Katy Perry jelek sekali. Kau seharusnya malu pernah menulis sejelek itu. Lucunya, justru dari situlah aku bisa merasakan kepekatan jiwamu.”

Mataku menatap nanar. Ya, tepat saat jiwaku tengah pepat itulah aku mengerjakan buku itu. Kutulis ia di meja berbagai hotel yang pernah kusinggahi dalam pelarian bersama Rico.

“Baiklah. Aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi... secepatnya.”

Mendadak kembali muncul berkas cahaya menyilaukan. Mataku terpejam. Ketika kembali terbuka, aku mendapati diriku tengah duduk di meja makan. Dan ingatanku seketika pulih. Aku di meja makan, sedang sarapan dengan Bapak dan Ibu, siap-siap berangkat kerja, lalu tadi sesuatu terjadi.

Aku termangu diam saat semua kepingan bisa disatukan. Pertemuan dengan Johan Pieters tadi. Kamar yang gelap dan seperti berada dalam jagat yang absurd.

Kesurupan? Itu tadi? Jadi seperti itu rasanya kalau jasadmu dimasuki jiwa lain?

Kemudian sesuatu menabrak telak panca indera dan kesadaranku. Rasa dingin yang tak nyaman menjalari tengkuk. Aliran darah seperti dihentikan saat kupandangi kedua belah tangan yang berlumuran darah pekat. Ada sebilah pisau besar di tangan kanan. Dan yang menetes-netes dari sisi tajam di bilahnya, jatuh membanjir ke permukaan meja, itu juga darah.

Di situ, berbaur dengan mangkuk dan piring hidangan sarapan, adalah beberapa gumpal benda padat berukuran besar yang berbentuk seperti lengan tangan dan kaki. Nanti dulu! Itu memang lengan tangan dan tungkai—dalam potongan-potongan terpisah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun