"Aku memilihmu. Itu artinya aku siap dengan segala konsekuensinya. Apapun keadaannya, asal bersamamu aku rela."
"Betapa romantisnya istriku ini." Mata Jo berkaca-kaca. Dalam hatinya ia sungguh bahagia. Bukan karena istrinya itu tidak lagi menjadi wanita karir yang menghasilkan uang melebihi dirinya, ia bahagia karena Widuri akan selalu ada di  sampingnya. Dan ada ketika ia pulang dengan segala lelahnya.
"Itu kata para remaja kasmaran di media sosial, aku hanya mengutipnya." Widuri menjawil hidung suaminya itu.Â
"Nanti kita kembangkan sama-sama usaha kerajinan bambu kita itu. Biar bisa menembus pasar luar negeri. Dan, sekarang kamu aku pilih jadi mandorku ..." kata Jo tersenyum lebar.
"Siapp." Widuri mengangguk. Kemudian memeluk Jo.
Mereka diam sesaat. Dalam degup dada yang saling beradu. Ada ketergesaan di hati Jo, tapi ia tau bahwa perempuan  menyukai alur yang diperlambat. Pelan-pelan. Tangan mereka saling menggenggam. Menyusuri hangat yang keluar dari pori-pori kulit.
"Bukit di desa ini hampir habis dikeruk. Musim kemarau berkepanjangan, tentu saja polusi udara tak terhindarkan. Banyak warga sakit dadanya karena mengidap ispa. Akses ke jalan utama juga tersendat, jalan-jalan ke arah sana pada rusak karena sering dilalui alat-alat berat dari perusahaan tambang itu." Jo menceritakan keluh kesahnya.
"Bagaimana dengan pejabat sekitar? Apa belum ada upaya perbaikan? Atau ganti rugi?"
"Sudah. Tapi entah uang itu larinya kemana. Dan mereka tidak punya hak menghentikannya dengan alasan penataan lahan." Jo menarik napas dalam. Â "Besok akan ada pertemuan aktivis dari BEM Kampus Situ dengan pejabat desa dan aku diminta untuk menjadi bagian dari mereka. Meminta pertanggungjawaban. Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang tahun 2021 kurasa sudah jelas pasal-pasalnya. Terutama pasal 5. Semoga saja membuahkan hasil." Jo tersenyum getir. Lalu menarik nafas. "Kasihan semut-semut itu, mereka akan kehilangan rumah."
Widuri menatap lembut mata Jo dengan lekat. Ia tersenyum lembut, mencoba mencairkan suasana. "Kamu tau, kemana akhirnya semut-semut itu mencari rumah baru, Sayang?"
"Kemana memang?"