"Info yang aku dengar, orang-orangnya Jaka sudah mendatangi rumah Ustadz Mahfudz. Mereka kini memburumu."
"Wah, gawat. Lalu bagaimana nasib Ustadz Mahfudz? Apakah mereka melukainya?"
"Aku tak tahu persis. Yang aku dengar, kebetulan Ustadzmu itu sedang pergi sama istrinya. Jadi mereka aman."
Ramon bersyukur seraya mengucap Alhamdulillah mendengar Ustadz Mahfudz selamat. Kini ia berkonsentrasi agar perjalanannya cepat sampai ke Bandara Soekarno-Hatta dan segera terbang ke Papua.
Pamannya, Narkim, menjadi perwira polisi di sana. Beliau telah memberi jaminan keselamatan selama berada di wilayah kekuasaannya.
"Jalannya lebih dipercepat mas. Nanti ongkosnya saya tambah." Ramon memberi perintah pada sopir di depannya. Mobil pun melesat yang tadinya 60 km per jam menjadi 100 km per jam, bahkan lebih saat jalanan sepi. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H