Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dongeng Dari Kerajaan Monyet

29 Juni 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu dua monyet kritis diam-diam mencari tahu latar belakang keahlian si penasehat. Ternyata nama penasehat tersebut tak muncul saat dicari google.com. Biasanya kalau kita punya alamat facebook atau twitter langsung terlacak mesin pencari super cerdas itu. Tapi penasehat itu kemana saja.

Track record sang penasehat kerajaan itu pun mulai dipertanyakan.

***

Sampailah pada sesi terakhir penasehat kerajaan dalam melaksanakan tugasnya. Dibantu dengan monyet-monyet terpilih, mereka membuat kesimpulan-kesimpulan dan selanjutnya disosialisasikan dalam sebuah pertemuan besar.

Kesimpulan-kesimpulan itu tetap saja berisi patokan-patokan berperilaku ideal yang diklaim sebagai kesepakatan bersama, tepatnya bersama penasehat kerajaan. Perilaku ideal itu tentu saja diharapkan akan menjadikan kerajaan itu tumbuh menjadi lebih baik dan disegani rakyatnya, termasuk kerajaan lain.

Lalu dengan bangga sang penasehat bercerita bahwa mereka telah membuat banyak buku tentang nasehat-nasehat bijak seperti di atas. Buku-buku tersebut semuanya habis karena dicetak berdasar pesanan kerajaan-kerajaan yang menggunakan jasanya. Buku itu tidak dipajang di toko buku karena semuanya clear. Laku semua. Tanpa sisa. Pokoknya hebat!.

Ia juga bercerita tentang sebuah kerajaan yang beberapa kali menggunakan jasanya. Pada ke sekian kalinya, ia mempersilahkan kerajaan itu mencari penasehat lainnya. Ternyata setelah membandingkan dengan kerajaan lain, kerajaan dimaksud kembali kepada sang penasehat. Intinya kepercayaan.

Sayang cerita-cerita kebesaran panasehat itu pun seperti antiklimaks. Pertanyaan besar mengapa nama penasehat itu tak ada di google seolah terjawab sudah.

Jawabnya karena penasehat itu cenderung bekerja hanya dasar pesanan. Akibatnya memanipulasi data dan fakta menjadi hal biasa karena pesanan tadi. Penasehat itu pun tak pernah menjadi diri sendiri, tak pernah memberi kesan mendalam, malah hanya jadi bahan tertawaan. Kasihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun