Selang beberapa minggu setelah mundurnya Sri Mulyani untuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia dan dilantiknya Agus Martowardoyo sebagai Menteri Keuangan dan Anny Ratnawati sebagai Wakil Menteri Keuangan, Anggito menyampaikan surat pengunduran diri.
“Saya berbicara dengan Pak Menteri (Agus), tanggal 24 Mei 2010 saya mundur. Sopan-sopannya saya minta izin,” ujar Anggito.
Setelah izin dikabulkan, Anggito yang bercita-cita menjadi pemusik sejak remaja kembali ke kota tempatnya menumbuhkan cita-cita sebagai remaja. Ya, Yogyakarta. Meskipun tanpa jabatan mentereng dengan sejumlah fasilitas yang menyertainya, Anggito tidak kekurangan kebahagiaan saat kembali ke Yogyakarta.
Kerinduannya yang terwujud untuk mengajar di almamaternya di Universitas Gadjah Mada membahagiakannya. Dengan flute yang dibelinya saat hijrah ke Jakarta 10 tahun lalu, Anggito juga kerap kembali ke SMA Negeri 3 Yogyakarta. Grup band Koala adalah salah satu yang ditemuinya untuk berlatih bersama.
Meskipun banyak pihak menyayangkan keputusannya mundur, Anggito merasa lega dan mengucap syukur. Tidak ada kebencian meskipun kecewa tetap dirasakannya.
“Seperti kerap saya sampaikan, harga diri, martabat, dan profesionalitas adalah tiga hal yang tidak bisa dikompromikan,” ujarnya.
Meskipun kembali ke Yogyakarta selepas mundur, Anggito tetap bolak-balik Jakarta-Yogyakarta karena isterinya, Arma Latief, sedang menyelesaikan studi S-2. Selain mengajar, aktivitas Anggito adalah menulis artikel di berbagai media, menulis buku, membantu UGM mendesain program riset, latihan musik, mendukung kegiatan mahasiswa, marching band, bola basket, dan lain-lain.
Terakhir, Anggito secara mengejutkan terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (2010-2014). Sebuah amanah yang sesuai dengan hobinya. Ketika dalam Kompasiana Modis ditanyakan alasannya mundur, Anggito menjelaskan semata-mata demi martabat dan harga diri.
“Semua itu saya lakukan agar menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk dapat menghargai hak seseorang, siapa pun dia. Sekarang saya kembali ke UGM, saya akan tetap mengabdi kepada bangsa dan negara tercinta,” ujarnya.
Kembali ke Yogyakarta membuat Anggito meninggalkan rumah dinas dan semua fasilitas yang menyertainya selama 10 tahun. Di Yogyakarta, Anggito menempati “rumah dinas” mertuanya di Jalan Banteng Utama, Sleman, DI Yogyakarta.
Di mana rumahnya?