Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[TMN 100 H] Senandung Cinta dari Selat Melaka "80"

2 Juni 2016   15:26 Diperbarui: 2 Juni 2016   15:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya :

            Tapi pada sisi lain Azis mengakui, semua itu terjadi adalah karena takdir yang dijalaninya, disamping dia sendiri tidak mampu untuk melawan hawa nafsu yang menguasai hatinya. Perjalanannya untuk menuju kampung halamannya masih panjang, bagaikan jalan tidak ada ujungnya. Diparkirkannya mobilnya dihalaman sebuah mesjid, lalu ia berudhuk, kemudian melakukan sholat, agar jiwanya terasa tenang.

Kemudian :

            Setelah ia menempuh perjalanan lima belas jam, ia sampai di kota Bagan Siapi Api. Untuk sampai kekampung halamannya ditepian selat Melaka di Sinabo,i dia harus menempuh perjalanan satu jam lagi. Ia berputar putar di kota Bagan Siapi Api. Kemudian mobilnya berhenti didepan sekolah SMA Negeri kota Bagan Siapi Api. Ia melihat sekolah itu belum berobah, hanya saja tampak baru dicat dengan cat yang baru.

            Dia teringat dengan teman temannya yang dahulu sama sama bersekolah ditempat ini. Dia teringat dengan Robet, Idris dan faisal. Dimanakah mereka sekarang setelah mereka menamatkan sekolahnya. Ingatannya menerawang jauh kepada Marlina, yang sempat mengecup bibirnya dikantin sekolah. Apakah dia melanjutkan sekolahnya, ataukah dia sudah menikah. Katanya dalam hatinya.

            Lalu bagaimana dengan Mailan, orang yang selalu mengetuk ngetuk pintu hatinya. Gadis keturunan Tiongkok yang begitu agresip, hatinya yang begitu baik terhadapnya. Meme kakak sepupu Meilan, yang juga punya perhatian terhadap dirinya. Semua itu bermain dibenak hati Azis.

            Jam Sembilan malam, Azis memarkir mobilnya didepan rumahnya di Sinaboi. Ia melihat rumah itu terkunci dari luar, kemana gerangan ibu dan adik adiknya. Lama dia duduk diteras rumah itu. Ada rasa keinginanya untuk bertanya kepada tetangganya, tapi niatnya itu ia urungkan. Iapun memasang rokoknya lalu mengisapnya dalam dalam.

            Dari kejauhan kedua adiknya yang baru pulang mengaji di Mushollah melihat ada mobil yang parkir didepan rumah mereka. Sementara diteras rumah mereka melihat seseorang sedang duduk mengisap rokok, timbul rasa kecurigaan mereka, siapakah yang sedang duduk diteras rumahnya itu.

            Dengan mengendap endap keduanyapun mendekati rumah, dan mereka memperhatikan laki laki yang duduk diteras rumah mereka. Lama mereka memperhatikannya, mereka mengingat ingat wajah orang nyang duduk diteras rumah itu.

            “ Sasa, mungkin itu bang Azis?”, Kata Salmi kakaknya.

            “ Iya itu bang Azis”, Sahut Sasa pula

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun