“ Aku hanya membela diri saja akkang”. Jawab Azis.
“ Tapi kulihat kau menyerang, bukan mempertahankan diri”, Ujar akkang Juntak.
“ Mereka yang menyerang aku duluan akkang?’, Jawab Azis.
“ Bah, kenapa bisa begitu, pada hal kau bukan anak buahnya si Hendrik?”.
“ Aku didalam kamar bola itu sedang menyapu lantainya, kudengar ada ribut ribut. Kemudian mereka masuk kekamar bola, mereka membalikkan meja meja bola. Aku sebanarnya tidak ingin campur dalam persoalan mereka. Tapi ketika mereka melihat aku berada didalam kamar bola mereka menyerangku, untuk mempertahankan diri terpaksalah aku melawan mereka akkang”. Kata Azis menceritakan persioalannya kenapa dia ikut terlibat dalam persoalan itu.
“ Biar kau tahu, kenapa preman preman itu menyerang kamar bola si Hendrik, mereka ingin menguasai wilayah pusat pasar Sambu yang dibawah kekuasaan si Hendrik. Penyerangan seperti itu sudah biasa dikota besar. Sekarang persoalannya, walaupun kau tidak terlibat didalamnya, tapi dirimu sudah masuk dalam lingkaran itu. Aku tidak perlu lagi untuk menasehati kau supaya berhati hati, karena aku melihat kau sudah siap untuk itu”. Akkang Juntak menghirup kopinya dan memakan juadah gorengan yang diletakkan oleh pemilik warung dimeja mereka.
“ Maksud akkang?”. Tanya Azis dia belum mengerti kemana arah bicara akkang Juntak ini.
“ Semua orang diterminal Sambu sudah melihat kehebatan dan kejagoanmu dalam berkelahi. Itu artinya kau akan ditarik oleh si Hendrik untuk menjadi anggotanya, kau harus siap untuk itu, kalau kau mau hidup dipasanan. Kemudian bagaimanapun satu dua dari para preman preman yang menyerang itu pasti ada yang mengenali dirimu. Mereka akan membalaskan dendam mereka kepadamu. Dan untuk itu kaupun harus sudah siap”. Ujar akkang Juntak menasehatinya.
“ Kalau memang seperti yang akkang katakan itu yang terjadi, apa boleh buat akkang, aku sudah siap untuk itu. Aku perlu hidup, aku perlu makan dan diterminal inilah temnpatku untuk mencari makan, untuk memenuhi tuntutan kehidupanku, apapun yang terjadi aku harus menghadapinya. Walaupun akkang tujuanku merantau kekota Medan ini, bukan untuk mencari permusuhan, dan bukan pula untuk menunjukkan kejagoanku. Tapi oleh karena keadaan aku harus menhadapi semua itu akkang”. Jawab Azis, yang membuat ada rasa harus dihati akkang Juntak. Sungguh rendah hati anak ini, walaupun dia punya kepandaian bela diri yang hebat, namun dia tidak pernah memperlihatkannya, sekalipun dia menjadi bahan olokan para orang orang yang mencari kehidupan diterminal sambu. Kata akkang Juntak didalam hatinya.
“ Tidak sia sia aku mengangkatmu sebagai adikku ?”, Kata akkang Juntak yang membuat Azis menundukkan kepalanya.
“ Apa lagi lae Juntak, sudah gilirannya untuk berangkat, maju”. Kata mandor yang mengatur keberangkatan angkot dari terminal Padang Bulan.