selat melaka/sumber fhoto/hr.medan bisnis
Sebelumnya :
“ Itulah, kalau sudah kalian ngumpul, ada ajalah yang pecah, kalau tidak gelas, mangkuk lah yang pecah”, kata pemilik kantin sembari membersihkan pecahan botol kecap itu. Faisal, Idris dan Meilan, hanya tertawa lalu meninggalkan Robet sendirian, mereka keluar dari ruangan kantin itu.
Kemudian :
Sejak peristiwa dikantin sekolah itu, Robet tidak lagi mau menyapa Azis. Ketika mereka berpapasan, Azis menyapanya, Robet tak mengindahkannya. Perobahan Robet terhadapnya, membuat Azis bertanya Tanya. Pada hal dia sendiripun telah berupaya untuk menjauhi Meilan, sesuai dengan permintaan Robet. Faisal, Idris dan Meilan tidak pula menceritakan peristiwa yang terjadi dikantin sekolah itu.
Pagi ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan ujian untuk kenaikan kelas. Selama seminggu berlangsungnya ujian, Adalah merupakan kesempatan bagi Azis, untuk jauh dari Meilan. Meilan tidak menyadari kalau Azis sedang berupaya untuk menjauhinya. Karena Meilan juga disibukkan dengan hapalan hapalan pelajaran yang akan diujikan disekolah. Sehingga jika mereka bertemu hanya sekedar bertutur sapa, tidak ada kesempatan bagi mereka untuk berbicara banyak.
Namun hari ini, Meilan sengaja tidak membawa sepeda motornya, ia meminta kakak sepupunya untuk mengantarnya kesekolah, karena ia akan memaksa Azis untuk berbicara kepadanya. Meilan juga sudah memberitahukan kepada Faisal dan Idris. Sahabat Azis ini mendukung rencana Meilan.
Faisal dan Idris beserta Meilan menyusun skenarionya Agar Azis bisa dijebak untuk mengikuti keinginan Meilan. Sehingga Azis nantinya tidak dapat untuk menolak ajakan Meilan. Skenario itu mereka susun dengan rapi, sehingga Azis tidak menyangka, bahwa dia telah dijebak oleh kedua sahabatnya ini.
Bel terakhirpun telah berbunyi, para siswa di local satu satu mengumpulkan kertas ujiannya. Hari ini tidak sepertti hari hari biasa berlangsungnya ujian. Dimana setiap siswa yang telah menyelesaikan ujiannya diperbolehkan pulang. Selama ujian berlangsung Azis adalah merupakan siswa yang pertama keluar dari ruangan, karena dia sudah menyelesaikan ujian nya. Pada hari inipun Azis lebih awal menyelesaikan ujiannya, namun karena akan ada pengumuman yang akan disampaikan oleh wali kelasnya, maka Azis menunggu sampai bel terakhir untuk pulang. Dan kesempatan inipun dimamfaatkan oleh Meilan.
Sejak keluar dari local, Meilan sudah mengikuti Azis, namun azis berpura pura tidak melihat Meilan. Sementara Faisal dan Idris, hanya melihat dari Kejauhan. Azis bergegas keruang parkir untuk mengambil sepedanya, Meilan berlari lari kecil mengikutinya. Ketika Azis menaiki sepedanya, Meilan menahannya.
“ Zis, Antar aku pulang”. Kata Meilan. Azis tidak jadi mengayuh sepedanya, dia melihat Meilan yang memegang boncengan sepedanya.
“ Sepeda motormu mana?”, Tanya azis
“ Rusak sekarang masih di Bengkel?”. Jawab Meilan member alasan
“ Jadi kau kesekolah tadi naik apa?”, Tanya Azis lagi
“ Diantar kak Meme?”,
“Apa kau tidak malu berboncengan naik sepeda denganku?”.
“ Kenapa Mesti malu”. Jawab Meilan. Robet, dan Marlina, sempat melihat Meilan naik diboncengan sepeda Azis, Azis mengayuh sepeda itu sampai keluar gerbang sekolah. Diluar gerbang sekolah faisal dan Idris telah menantinya. Begitu mereka melihat Azis dan Meilan sudah berboncengan, Faisal melintangkan sepeda motornya, sehingga Azis terpaksa memberhentikan kayuhan sepedanya.
“ Zis, kau pakailah sepeda motorku ini untuk mengantar Meilan”. Kata Faisal ia memberikan kunci sepeda motor Yahama Vixon miliknya, sepeda motor itu masih baru. Azis menolaknya.
“ Sudahlah Sal, biar pakai sepeda saja kami “, jawab Azis.
“ Tak apa apa, kau pakailah, mari sepedamu”. Kata Fasial, lalu menyuruh Azis dan meilan Turun, semula Azis tetap bertahan, namun Faisal terus memaksanya, Akhirnya Azis takluk dengan paksaan faisal, yang kemudian didukung pula oleh Idris. Azis membonceng Meilan dengan sepeda motor milik Faisal. Azis menjalankan sepeda motor itu perlahan, Meilan melihat kebelakang kearah Faisal dan idris. Keduanya lalu mengacungkan jempolnya, pertanda bahwa scenario mereka berhasil, Meilanpun tersenyum.
“ Zis, aku belum mau pulang, tadi aku sudah bilang sama kak Meme, kalau aku mau jalan jalan dengan mu?”. Kata Meilan dari boncengan,
“ Ini sepeda motor milik Faisal, nanti dia marah kalau kita kelamaan memakainya”, jawab Azis untuk mengelak ajakan Meilan. Walaupun sebenarnya didalam hatinya dia kasihan melihat gadis ini, yang telah terlibat jauh dalam kehidupannya.
“ Biar aku yang memberi tahu dia, kalau sepeda motornya kita pakai sampai malam”. Jawab Meilan. Meilanpun menghubungi Faisal, mengatakan kepada Faisal, seperti apa yang dikatakannya kepada Azis.
“ Zis, ini faisal mau ngomong denganmu?”. Azis menghentikan jalan sepeda motornya, lalu menerima telefon yang diberikan oleh Meilan.
“ Ada apa Sal?”, Tanya azis kepala Faisal melalui telefon
“ Kau pakailah sepeda motor itu. Besok pagi kita ketemu disekolah”. Kata Faisal dari ujung sana.
“ Tapi Sal?”. Azis tidak dapat melajutkan kata katanya, karena faisal memotong pembicaraannya.
“ Taka pa apa Zis, tadi minyaknya sudah kuisi penuh, kau pakailah. Sampai besok pagi ya Zis”. Ujar Faisal lalu mematikan telefonnya. Dia terdiam sejenak. Lalu Meilan menegurnya.
“ Sudah, apa lagi ayo jalan”. Kata Meilan
“ Kita kemana?”, Tanya Azis, dia menyerahkan kembali telefon milik Meilan
“ Jalan aja, arah keluar kota?”, ujar Meilan. Azis kembali menjalankan sepeda motornya. Mereka berboncengan masih dengan seragam sekolah. Dijalanan mereka berpapasan dengan para siswa dari lain sekolah yang banyak melintas. Mungkin karena hari ini hari terakhir ujian naik sekolah, makanya banyak para siswa yang masih berseragam sekolah mendatangi tempat tempat untuk bersantai.
“ Kita ke jembatan Padamaran?”, kata Meilan setelah mereka melewati Tugu Adipura di batu enam.
“ Itu jauh Mei?”. Jawab Azis
“ Biarlah, orang orangkan banyak kesana?”, Ucap Meilan, membuat Azis tidak dapat untuk membantahnya lagi. Azis memacu laju sepeda motornya, membuat Meilan terpaksa memeluk tubuh Azis. Ada nokhtak lembut menempel dibelakangnya, membuat tubuh Azis bergetar.
Dipersimpangan arah masuk kejembatan Padamaran, mereka melihat banyaknya para siswa yang berada disana, mereka masih menggunakan seragam sekolahnya. Azis membelokkan sepeda motor itu menuju kearah jembatan, tapi Meilan menahannya.
“ Kita kedepan lagi”. Kata Meilan
“ Ngapain kesana?”, Tanya Azis
“ Didepan ada warung Nasi, kita kesana dulu, aku lapar”. Kata Meilan. Azispun tak jadi membelokkan sepeda motornya, perlahan ia menjalankan sepeda motornya untuk mencari rumah makan.
Sore itu, diatas jembatan Padamaran, yang dibawahnya mengalir sungai Rokan, yang konon katanya jembatan yang dibangun dengan dana ratusan milyar ini, akan menghubungkan Kota Bagan Siapi, Api, Kedaerah Kecamatan Panipahan, Tanjung Ledong di Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Terus menebus ke Kecamatan Sungai Kepayang Kabupaten Asahan, serta melintasi Kota Tanjungbalai untuk menuju arah Medan Sumatera Utara. Telah dipadati oleh para siswa dan masyarakat disekitar kota Bagan Siapi Api unruk menikmati suasana sore diatas jembatan ini.
Jembatan Padamaran ini akan dijadikan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, sebagai salah satu distinasi wisata didaerah kabupaten Rokan Hilir. Disekitar wilayah jembatan ini akan dibangun perkebunan jeruk yang dilengkapi dengan taman taman untuk tempat bersantai. Dan juga akan dilengkapi dengan alat transportasi udara, dengan membangun kereta gantung mulai dari daerah wisata batu enam, sampai ke jembatan Padamaran.
Azis dan Meilan duduk diatas sepeda motor yang diparkirkan oleh azis disisi pagar jembatan. Dari tempat mereka duduk, mata mereka dapat memandang kearah aliran sungai Rokan yang luas dan panjang.
Angin Selat Melaka, yang berhembus dengan lembutnya, terbawa oleh aliran sungai Rokan yang memang bermuara ke Selat Malaka, terasa menerpa wajah keduanya. Suasana gelak tawa yang keluar dari mulut para siswa yang banyak duduk duduk secara berkelompok diatas jembatan itu, menghiasi suasana di jembatan. Sinar mata hari sore, tampak memancarkan cahaya merahnya, menyentuh kedasar sungai Rokan.
Azis dan Meilan, masih tampak diam, seolah oleh mereka telah banyak menumpahkan kata kata. Kebisuan menyelimuti mereka. Hanya sesekali mereka saling pandang, lalu keduanyapun tersenyum. Meilan yang ingin berbicara dengan Azis, tidak tahu harus dari mana memulainya. Angin yang berhembus memaikan anak rambutnya, hingga luruh jatuh dikeningnya. Dan sesekali pula Azis membelai anak rambut Meilan yang jatuh dikeningnya itu. Membuat perasaan Meilan melambung tinggi.
Bersambung…….
Bagan Siapi Api 2016
Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan 100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana
“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H