“ Tidak buk, saya bekerja jaga malam digudang milik ayahnya Robet”, jawab nya menjelaskan.
“ Sudah lama kau bekerja disitu?”.
“ baru tadi malam buk, makanya saya bangun agak kesiangan”. Ujar Azis. Mata buk Gloria memandang kearahnya, ia melihat masih ada sisa sisa kantuk dimata Azis. Dia pun tak bertanya banyak, karena sedikit banyak dia tahu juga tentang keadaan muridnya ini. Malah ada rasa sedih dihati guru yang Killer ini terhadap muridnya yang satu ini.
“ Sudah pergilah duduk”. Kata buk Gloria, Azis melangkah kembali ketempat duduknya. Meilan menatapnya, namun Azis berusaha untuk menghindar dari tatapan Meilan. Dikeluarkannya bukunya lalu didengarkannya buk Gloria menerangkan pelajaran.
Mulai dari masuk sekolah, sampai pada jam isterahat, dan sampai bel terakhir pelajaran selesai, Azis lebih banyak diam. Dia pun berusaha untuk menghindar dari Meilan, Walaupun Meilan tetap ingin berusaha, untuk berbicara kepadanya. Bukan karena dia membenci gadis itu, tapi melainkan dia membenci terhadap diri dan keadaannya, yang hidup dalam perangkap kemiskinan.
Keluar dari local, Azis mempercepat langkahnya keruang parkir, Meilan hanya melihat Azis berjalan terburu buru. Ingin rasanya dia mengejar Azis, tapi ada rasa malu dihatinya, jika dilihat oleh teman temannya. Apakah Azis membencinya pikir Meilan dalam hati.
Begitu Azis akan menaiki sepedanya, Ban sepedanya ternyata kempes. Azis turun dari sepada dan melihat ban sepedanya kenapa bisa kempes, pada hal dia tadi datang kesekolah bannya masih bagus. Ia pun tercengang, karena ban sepedanya kempes bukan karena terkena paku, tapi ada bekas belahan pisau yang sengaja ditorehkan oleh seseorang kepada ban sepedanya. Azis bingung, karena ban itu jelas tak bisa ditempel, tapi melainkan harus diganti luar dan dalamnya. Sementara dia tak mempunyai uang untuk menggantinya.
Apakah dia minta bantuan Meilan untuk memperbaiki ban nya ini, atau kepada teman temannya yang lain yang mau menolongnya, menghutangkan uang kepadanya untuk membeli ban baru?, niatnya itu diurungkannya. Biarlah ia mendorong sepedanya sampai digudang. Dan ia akan meminjam uang kepada tokehnya untuk membeli ban baru. Pikirnya dalam hati.
“ Kenapa ban sepedamu Zis?”, Tanya Meilan ketika ia melihat Azis seperti kebingungan diruang parkir.
“ Ban sepedaku sepertinya, disayat orang”, jawab azis lesu. Meilan memeriksa ban itu, benar saja ada bekas sayatan diban sepeda itu. Sementara dari kejauhan Robet dan Marlina yang juga sudah keluar dari local mempertaikan Azis dan Meilan.
“ Siapa yang melakukannya?”