“ Tiga hari lagi, kalau nama kita tetap ada dipapan pengumuman itu, berarti kita diterima, barulah kita mendaftar ulang”, Azis menjelaskan nya lagi kepada Meme. Meme hanya mangut mangut, karena barulah dia mengerti.
“ Kalau begitu kita sudah bisa pulang”, Tanya Meme kepada Meilan
“ Sudah Kak”, Jawab Meilan, ia melirik kearah Azis. Azis hanya diam dan menundukkan wajahnya.
“ Kita singgah minum jus dulu, kakak haus nunggui kamu ”, kata kakak nya kepada Meilan. Meilan sejenak terdiam, karena apa yang dikatakan oleh kakaknya tentu didengar Azis. Diamnya Meilan tentu dimengerti oleh kakaknya.
“ Ajak temanmu itu?”, kata kakaknya, membuat wajah meilan tampak sumringah.
“ Zis kita singgah kejalan Balai kota, kakak ku mau minum Jus”, kata Meilan
“ Kamu sajalah yang pergi”, jawab Azis
“ Sudah kita sama sama saja”, kata Meme pula.
“ Orang kakak ajalah”, kata Azis lagi.
“ Ayolah kita sama sama saja, mana sepeda motormu”. Seakan memaksa Meme berkata kepada Azis.
“ Aku tak punya sepeda motor kak, aku datang kemari naik sepeda”, jawan Azis tanpa sungkan, karena kenyataannya seperti itu. Meme melihat wajah azis. Sungguh rendah hati anak ini, walaupun ia datang naik sepeda sedikitpun tak ada rasa rendah diri dihatinya.