“Tahuri kolo lae murkele latane, lanite, saka messe ite hala makina eti aman” Tahuri sudah babunyi di Binaya, Tifa sambut dari Murkele, Bumi, langit, jaga dan petahankan maksud bae katorang dalam negri ini”
Ada beberapa orang mendengarkannya dan berkata: “bala nyong jang ragu-ragu”. Di atas sepeda motor yang dikendari oleh orang-orang tidak di kenal menikmati suara Maryo. Mereka melambaikan tangan dan kaget.
Sampai di Baileo, waktunya kami harus berpisah. Johan, Yezco, Shuresj mengembalikan alat-alat. Wajah lelah tapi hati damai. Saya masih melakukan tugas terakhir, mengantar seorang nona Ambon ke rumahnya. Hujan lagi. Kami meluncur di atas jalan aspal yang licin. Saya merasa butiran hujan di kepala seperti mencurahkan damai.(Penulis, mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku –UKIM – Ambon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H