Mohon tunggu...
Wira Krida
Wira Krida Mohon Tunggu... Apoteker - Praktisi Komunikasi dan Farmasi

Saya praktisi farmasi industri yang memiliki minat mendalam dalam berbagai aspek komunikasi. Sebagai seorang profesional di bidang farmasi industri, saya telah mengembangkan keahlian di sektor ini melalui pengalaman dan pembelajaran yang terus-menerus. Tidak hanya fokus pada pengembangan teknis dan operasional di industri farmasi, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi dalam mendukung dan memperkuat keberhasilan organisasi. Dalam rangka memperluas pengetahuan di luar farmasi, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang komunikasi. Saya meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina pada tahun 2023. Langkah ini menunjukkan komitmen saya untuk memperdalam pemahaman tentang komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi organisasi dan komunikasi digital, dua bidang yang semakin penting di era globalisasi dan transformasi digital. Saat ini, Saya sedang melanjutkan studi di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid. Melalui studi ini, saya berharap dapat menggabungkan pengetahuan di sektor farmasi dengan pemahaman yang lebih luas tentang komunikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam pengembangan industri farmasi, baik dari segi operasional maupun strategi komunikasi. Bidang minat utama saya meliputi farmasi industri, komunikasi organisasi, serta komunikasi digital, yang menjadi fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Susu Ikan sebagai Aktor Pengganti Susu Sapi dalam Program Makan Siang Gratis

21 September 2024   09:41 Diperbarui: 21 September 2024   10:04 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Late Majority (Mayoritas Akhir) mungkin adalah kelompok masyarakat yang lebih skeptis terhadap inovasi ini dan perlu melihat hasil yang lebih jelas, terutama dalam aspek kesehatan anak-anak, sebelum menerima penggunaannya secara penuh.

- Laggards (Tertinggal) cenderung tetap menolak inovasi ini, mungkin karena lebih percaya pada produk susu sapi yang sudah ada dan enggan berubah.

Penerimaan susu ikan dalam masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh cara informasi ini disampaikan, apakah masyarakat diberi pemahaman yang memadai tentang manfaat dan risiko, serta apakah mereka diberikan opsi untuk memilih atau tidak.

Layakkah Susu Ikan Menjadi Pengganti Susu Sapi?

Menggantikan susu sapi dengan susu ikan dalam program makan siang gratis adalah langkah yang patut dipertimbangkan, terutama jika benar bahwa susu ikan lebih ekonomis dan memiliki nilai gizi yang cukup. Namun, hal ini harus didukung dengan kajian lebih lanjut mengenai efek jangka panjang dari konsumsi susu ikan pada kesehatan anak-anak, terutama terkait kebutuhan gizi mereka.

Selain itu, masyarakat perlu bersikap kritis terhadap kebijakan ini. Transparansi pemerintah dan keterlibatan para ahli gizi sangat diperlukan untuk memastikan bahwa inovasi ini tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga tidak mengorbankan kesehatan anak-anak. Pilihan untuk menggunakan susu ikan harus didasarkan pada penelitian yang solid dan komitmen untuk selalu mengutamakan kesejahteraan generasi mendatang.

Jadi, ciptakan generasi Emas Indonesia dengan asupan makanan bergizi yang tepat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun