- Late Majority (Mayoritas Akhir) mungkin adalah kelompok masyarakat yang lebih skeptis terhadap inovasi ini dan perlu melihat hasil yang lebih jelas, terutama dalam aspek kesehatan anak-anak, sebelum menerima penggunaannya secara penuh.
- Laggards (Tertinggal) cenderung tetap menolak inovasi ini, mungkin karena lebih percaya pada produk susu sapi yang sudah ada dan enggan berubah.
Penerimaan susu ikan dalam masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh cara informasi ini disampaikan, apakah masyarakat diberi pemahaman yang memadai tentang manfaat dan risiko, serta apakah mereka diberikan opsi untuk memilih atau tidak.
Layakkah Susu Ikan Menjadi Pengganti Susu Sapi?
Menggantikan susu sapi dengan susu ikan dalam program makan siang gratis adalah langkah yang patut dipertimbangkan, terutama jika benar bahwa susu ikan lebih ekonomis dan memiliki nilai gizi yang cukup. Namun, hal ini harus didukung dengan kajian lebih lanjut mengenai efek jangka panjang dari konsumsi susu ikan pada kesehatan anak-anak, terutama terkait kebutuhan gizi mereka.
Selain itu, masyarakat perlu bersikap kritis terhadap kebijakan ini. Transparansi pemerintah dan keterlibatan para ahli gizi sangat diperlukan untuk memastikan bahwa inovasi ini tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga tidak mengorbankan kesehatan anak-anak. Pilihan untuk menggunakan susu ikan harus didasarkan pada penelitian yang solid dan komitmen untuk selalu mengutamakan kesejahteraan generasi mendatang.
Jadi, ciptakan generasi Emas Indonesia dengan asupan makanan bergizi yang tepat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H