Akhirnya ke Laut
Itu perahu
Riwayatmu dulu
Kaum pedagang selalu naik itu perahu
Alunan lagu itu mewarnai ruangan ini, lengkap dengan aroma klasiknya dan sajian kuliner yang mendukung nuansa masa lampau.
Peringatan satu abad Gesang yang bertajuk "Cinta Sepanjang Kota Solo 1917-2017" dikemas dalam serangkaian acara dari ziarah ke makam Gesang, pemutaran film "Gesang Sang Maestro Keroncong", pameran, Sarasehan "Seabad Gesang" serta panggung Gesang. Beberapa benda koleksi pribadi Eyang Gesang seperti motor Honda C-70, lukisan, foto, penghargaan hingga contrabass disajikan dalam pameran tersebut. Semua pihak secara sukarela menuangkan apresiasinya untuk mengenang satu abad Sang Legenda Keroncong tersebut.
Jepang menjadi negara yang paling mengapresiasi karya beliau. Kitaro, pemusik synthesizers asal Jepang tertarik membawakan "Bengawan Solo" dengan atmosfer grand dan orkestral. Penyanyi jazz Jepang Lisa Ono menyanyikan "Bengawan Solo" dalam nuansa bossanova di Java Jazz beberapa tahun silam.Â
Seusai perang, lagu tersebut masih membekas dalam benak para serdadu Jepang dan orang-orang perusahaan dagang Jepang yang pulang kembali ke negaranya. Sejak saat itu lagu Bengawan Solo menjadi tenar hingga dibuat dalam versi Bahasa Jepang. Selain itu para pengagum Eyang Gesang di Jepang juga memberikan apresiasi melalui pembentukan Yayasan Peduli Gesang. Dalamnya kekaguman mereka juga diwujudkan dengan pendirian sebuah patung setengah badan Eyang Gesang di tepi Sungai Bengawan Solo tepatnya di Taman Jeruk, Kota Solo.