Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Satu Abad "Sang Maestro Keroncong dari Solo"

9 Oktober 2017   00:24 Diperbarui: 9 Oktober 2017   10:29 1985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya ke Laut

Itu perahu

Riwayatmu dulu

Kaum pedagang selalu naik itu perahu

Alunan lagu itu mewarnai ruangan ini, lengkap dengan aroma klasiknya dan sajian kuliner yang mendukung nuansa masa lampau.

dscn1783-jpg-59da5bf7b9aa8b1f301d8a42.jpg
dscn1783-jpg-59da5bf7b9aa8b1f301d8a42.jpg
Minggu lalu tepatnya tanggal 1 Oktober 2017 di Omah Sinten Heritage Hotel and Resto Solo digelar acara untuk mengenang satu abad Sang Maestro dari Solo, siapa lagi kalo bukan pencipta lagu Bengawan Solo, Eyang "Gesang Martohartono" (1 Oktober 1917 -- 20 Mei 2010). 

Peringatan satu abad Gesang yang bertajuk "Cinta Sepanjang Kota Solo 1917-2017" dikemas dalam serangkaian acara dari ziarah ke makam Gesang, pemutaran film "Gesang Sang Maestro Keroncong", pameran, Sarasehan "Seabad Gesang" serta panggung Gesang. Beberapa benda koleksi pribadi Eyang Gesang seperti motor Honda C-70, lukisan, foto, penghargaan hingga contrabass disajikan dalam pameran tersebut. Semua pihak secara sukarela menuangkan apresiasinya untuk mengenang satu abad Sang Legenda Keroncong tersebut.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Bengawan Solo merupakan karya beliau yang sangat fenomenal karena kepopulerannya meluap hingga melintasi samudera, bahkan telah diterjemahkan dalam 13 bahasa. Lagu Bengawan Solo diciptakan oleh Eyang Gesang pada era Perang Dunia II, tahun 1940 ketika beliau berusia 23 tahun. Gesang muda saat itu tengah duduk di tepian Sungai Bengawan Solo yang beliau kagumi, dari sinilah beliau terinspirasi untuk menuangkan isi hatinya dalam sebuah lagu. 

Jepang menjadi negara yang paling mengapresiasi karya beliau. Kitaro, pemusik synthesizers asal Jepang tertarik membawakan "Bengawan Solo" dengan atmosfer grand dan orkestral. Penyanyi jazz Jepang Lisa Ono menyanyikan "Bengawan Solo" dalam nuansa bossanova di Java Jazz beberapa tahun silam. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kepopuleran lagu Bengawan Solo di Negeri Sakura bermula sejak masa perang, kala itu para serdadu Jepang yang mendarat di Pulau Jawa mendengarkan lagu itu sebagai penghibur hati. Ketika mendengarkan lagu Bengawan Solo mereka merasakan ketenangan hati dan menimbulkan nostalgia tersendiri. Pasalnya melodi lagu Bengawan Solo itu mirip dengan nuansa lagu rakyat Jepang. 

Seusai perang, lagu tersebut masih membekas dalam benak para serdadu Jepang dan orang-orang perusahaan dagang Jepang yang pulang kembali ke negaranya. Sejak saat itu lagu Bengawan Solo menjadi tenar hingga dibuat dalam versi Bahasa Jepang. Selain itu para pengagum Eyang Gesang di Jepang juga memberikan apresiasi melalui pembentukan Yayasan Peduli Gesang. Dalamnya kekaguman mereka juga diwujudkan dengan pendirian sebuah patung setengah badan Eyang Gesang di tepi Sungai Bengawan Solo tepatnya di Taman Jeruk, Kota Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun