Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gayo, Surga Kopi Dunia di Mana Teori Relativitas Einstein Menemukan Pembuktiannya

15 Februari 2016   13:10 Diperbarui: 15 Februari 2016   13:40 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peristiwa yang terjadi di pada 87 tahun silam ini adalah sebuah sejarah dahsyat yang menimbulkan kegemparan besar di dunia sains. Tapi entah mengapa sampai saat ini kami di Gayo belum banyak mengetahui kegemparan yang pernah tercipta di tanah tumpah darah kami.

Apakah pemerintah Aceh tidak mengetahuinya juga?. Atau sebenarnya mereka mengetahuinya tapi seperti biasa mereka tidak ingin nama Gayo lebih besar dikenal orang dibanding nama mereka, seperti tari Saman yang berbahasa Gayo dan ditarikan oleh laki-laki yang selama ini mereka palsukan dengan memperkenalkan tari yang ditarikan perempuan sampai kebenaran akhirnya terbuka ketika UNESCO datang melakukan sendiri penyelidikan. Atau seperti Kopi Gayo yang seperti sengaja disembunyikan dan Kopi Ulee Kareng yang dibesar-besarkan, atau seperti atlet Karate Gayo yang tidak mereka terima di kontingen Aceh yang akhirnya meraih Emas PON bersama Riau?

Entahlah, kami hanya bisa menduga. Yang jelas sekarang di zaman internet ini. Cukup membuka Google dan mengetikkan kata kunci ‘Einstein Takengon’ belasan artikel ilmiah dari berbagai Universitas dan lembaga pengetahuan terkemuka di dunia akan menampilkan cerita tentang sejarah yang tercipta di Tanoh Tembuni kita nyaris seabad silam itu dalam berbagai bahasa.

Sebenarnya sayang sekali kalau sejarah dahsyat yang terjadi di Gayo ini tidak kita manfaatkan untuk promosi pariwisata. Karena di belahan dunia lain, sejarah ecek-ecek pun bisa diolah orang menjadi sebuah promosi yang luar biasa.

Contohnya, sebulan lalu anak dan istri saya berkunjung ke Pulau Nami di Korea. Mereka tertarik berkunjung ke sana karena nama pulau itu persis dengan nama anak bungsu saya yang juga ikut. Apa yang membuat pulau itu jadi tujuan wisata. Itu adalah sejarah tentang kisah tentang Nami yang dihukum mati di pulau itu. Tapi belakangan terbukti, keputusan itu salah. Karena itulah pulau itu dinamakan dengan namanya. Dengan menjual cerita itu, masyarakat datang berbondong-bondong. Hanya sejarah seperti itu bisa dijual.

Nah sementara kita di Gayo, bayangkan untuk mengenang sejarah pembuktian Teori Relativitas Einstein, di Buntul Kubu dibangun sebuah Observatorium seperti di Lembang. Lalu di gerbangnya dengan latar belakang pemandangan Bur Gayo dan Danau Lut Tawar ditulis besar-besar “Selamat Datang di Gayo, Surga Kopi, di mana Teori Relativitas Einstein Menemukan Pembuktiannya”. betapa dahsyatnya.

Tapi tentu saja ini cuma mimpi di siang bolong. Meski uang APBA belasan trilyun tiap tahunnya yang dengan seujung kukunya pun cukup untuk membangun satu Observatorium sekelas Bosscha di Buntul Kubu. Kita harus sadar, di Provinsi ini Gayo mendapat perlakuan setara hanya sebatas retorika.

Seperti hasil penemuan Kerangka di Mendale yang menggemparkan dunia ilmiah yang tidak mendapat perhatian apapun dari provinsi. Kali inipun kita harus rela, terbukanya sejarah besar yang terjadi di Tanoh Tembuni ini hanya akan berhenti sampai sisu-sisu sesama orang Gayo saja.

Mau tidak mau, terima atau tidak terima kita harus sadar, kalau Takengen bukanlah Sigli atau Lho’nga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun