Mohon tunggu...
winner wibisono
winner wibisono Mohon Tunggu... Lainnya - urban tramp

menggelandang sambil merayakan hidup

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Teknologi Digital dan Pembangunan Ekonomi Pasca Pandemi

4 Januari 2021   09:55 Diperbarui: 4 Januari 2021   09:56 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Periksa Data Ekonomi di Tengah Pandemi.tirto.id/Quita

(kelompok teori pertumbuhan ekonomi model solow)

Pandemi covid yang sedang terjadi saat ini mengubah hampir seluruh aspek kehidupan kita. Salah satu aspek yang berubah drastis saat ini yaitu pola komunikasi dan interaksi antar manusia. 

Dengan adanya pandemi dan pemberlakuan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar /PSBB oleh Pemerintah, seluruh kegiatan khususnya yang membutuhkan komunikasi langsung menjadi sangat bergantung pada teknologi. 

Meskipun di satu sisi ini menyulitkan, hal ini juga bisa jadi momentum jika dapat dioptimalkan.

Sejak awal tahun 2020 kita sudah digemparkan dengan munculnya wabah virus corona di Wuhan China. Tak lama berselang, sekitar bulan maret 2020 Indonesia tertimpa kasus pertama virus mematikan tersebut dengan 2 suspect dari Depok.

Karena adanya ancaman persebaran yang tak terkendali, akhirnya Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. PSBB mulai diberlakukan sejak bulan april 2020. Hal ini dilakukan demi menekan angka persebaran virus corona.

foto: Edi Wahyono
foto: Edi Wahyono

Dengan diberlakukannya PSBB, akibatnya interaksi langsung antar masyarakat menjadi berkurang. Aplikasi sosial media seperti WhatsApp dan Facebook diantaranya menjadi pilihan yang lebih aman untuk tetap menjalin komunikasi dengan kerabat dan keluarga.

Melansir Tech Crunch, lembaga riset Kantar mengungkapkan banyaknya aktivitas pengguna media sosial selama beraktivitas di rumah. Setidaknya ada peningkatan lebih dari 25.000 pengguna baru aplikasi pesan instan WhatsApp dalam beberapa pekan pada bulan Maret 2020.

Dunia kerja dan pendidikan juga mengalami perubahan. Dengan adanya PSBB, sekolah-sekolah serta universitas menerapkan proses pembelajaran secara daring. Untuk dunia kerja, beberapa perusahaan menerapkan kebijakan work from home dimana karyawan melakukan tugas kerjanya dari rumah.

Kegiatan sekolah online atau kuliah online, serta kegiatan work from home umumnya memanfaatkan aplikasi video conference dalam melaksanakan kegiatannya.

 Aplikasi yang dimanfaatkan salah satunya adalah zoom. Pada 26 Maret 2020, Aplikasi Zoom mencatatkan sebanyak 257,853 pengguna, di mana pada minggu sebelumnya 19 Maret 2020, aplikasi ini berada pada angka 91.030 orang.

Bidang lain yang juga terdampak ialah dunia usaha dan perdagangan. Dengan diberlakukannya PSBB tentu akan menekan aktivitas jual beli secara langsung.

 Swalayan, pasar dan beberapa pusat perdagangan tutup atau dibatasi karena memiliki potensi penyebaran yang sangat besar.

Akibatnya proses perdagangan mulai beralih prosesnya dari fisik/manual menjadi online.

Dari sisi pedagang atau pelaku usaha, jumlah pelanggan e-commerce meningkat. Berdasarkan data dari Exabytes, perusahaan penyedia layanan hosting di Indonesia, terjadi peningkatan pelanggan berbentuk PT atau CV hingga 38,3 persen selama masa Pandemi Corona COVID-19 yang dimulai sejak Januari hingga Juli 2020.

Dari sisi konsumen, sebagian besar masyarakat sudah melakukan aktivitas belanja online. 

Chief Customer Care Officer Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengatakan, berdasarkan data yang ia terima dari McKinsey ada sebanyak 57 persen masyarakat yang melakukan kegiatan berbelanja melalui digital.

"Selama 6-7 bulan terakhir, belanja online menjadi alternatif utama yang banyak dipilih masyarakat. 92 persen mencoba metode belanja baru, 57 persen masyarakat yang melakukan pembelanjaan secara digital dan 48 persen layanan grocery pick up & aplikasi pengiriman,"ujarnya dalam diskusi webinar Kenali Hak Konsumen dalam Berbelanja Online pada tanggal 27 Oktober 2020.

Bergesernya sebagian besar aktivitas menjadi berbasis online, menjadikan internet sebagai bagian penting dalam kehidupan kita selama pandemi ini.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) menunjukkan, Porsi pengguna internet di Tanah Air meningkat dari 64,8% menjadi 73,7% terhadap total populasi 266,9 juta.

Masifnya penggunaan internet akibat pandemi memaksa kita untuk akrab dengan teknologi digital dan pusaran informasi besar. 

Jika dilihat dari kacamata pertumbuhan ekonomi model Solow, hal ini merupakan hal yang positif. Karena variabel teknologi mampu mengamplifikasi tingkat produktifitas dari variabel kerja dan kapital.

Dalam pertumbuhan ekonomi model Solow, variabel kerja dan kapital menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan setiap pertambahan output produksi dari setiap tambahan input unit dari masing-masng variabel.

Atau, jika diletakkan dalam rumus menjadi: 

Y = f (K, L)


Akan tetapi karena adanya hukum besi diminishing of return, pertumbuhan akan mencapai titik maksimal pada tingkat output produksi tertentu.

Titik maksimal tersebut disebut sebagai level steady-state. Level steady-state terproyeksi dari persilangan tingkat depresiasi dengan investasi.

Dengan demikian, dalam model tersebut pertumbuhan ekonomi akan maksimal di titik steady-state. 

dan jika input faktor produksi terus ditambah, justru akan mengalami penurunan produktifitas.

Variabel teknologi memungkinkan adanya pertumbuhan ekonomi melampaui level steady-state yang terproyeksi dari hubungan input-output dari variabel kapital dan kerja. Teknologi memungkinkan untuk terjadinya peningkatan produktivitas pada level kapital dan kerja yang sama.

Atau, jika diletakkan dalam rumus menjadi: 

Y = f [(K, L) E]


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa akibat dari pandemi covid-19 ini adalah meningkatnya aktivitas digital masyarakat secara signifikan. 

Hal ini akan mendorong penguasaan teknologi pada masyarakat secara luas dan menjadikan teknologi sebagai faktor penting dalam proyeksi pembangunan ekonomi Indonesia.

Selain itu, pengoptimalan penggunaan internet akan dapat mempercepat proses distribusi serta memperluas akses atas informasi dan ilmu pengetahuan oleh masyarakat secara luas. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat.

Jika hal ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk memproyeksikan suatu pembangunan ekonomi yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Sebab selama ini pembangunan di Indonesia masih lebih bergantung pada masifnya jumlah tenaga kerja murah serta ketersediaan sumber daya alam.

Motif pembangunan yang seperti itu seringkali meninggalkan masalah sosial khususnya terkait kesejahteraan tenaga kerja dan dampak lingkungan industri. 

Pengoptimalan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan peningkatan produktifitas tanpa mengeksploitasi faktor labor dan kapital secara berlebihan.

Yang menjadi tantangan dalam menyambut momentum ini yaitu pemerataan akses internet dan distribusi teknologi digital tersebut.

Menurut data dari APJII, kontribusi pengguna internet per wilayah seluruh pengguna internet masih didominasi oleh Jawa dengan 55,7%, kemudian diikuti Sumatera 21,6%, Sulawesi-Maluku-Papua 10,9%, Kalimantan 6,6%, dan Bali-Nusa Tenggara 5,2%.

Selain itu, masih terdapat beberapa wilayah yang belum dapat mengakses internet karena tidak tersedianya infrastruktur. Wilayah tersebut tersebar di 12.548 desa/kelurahan.

sumber: kominfo.go.id
sumber: kominfo.go.id

Saat ini, pemerintah sedang melaksanakan proyek "palapa ring" atau juga sering dikenal sebagai tol langit. 

Proyek ini merupakan proyek pembangunan serat optik nasional yang akan menjangkau 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut 35.280 kilometer dan total panjang kabel darat 21.807 kilometer.

Pembangunan ini bertujuan untuk pemerataan akses jaringan internet, khususnya di sekitar wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).

Layout pembangunan yang menjadikan penguasaan teknologi digital dan jaringan informasi sebagai faktor utama, menjadikan partisipasi aktif dari masyarakat sangat sentral.

Oleh karena itu, masalah klasik seperti ketimpangan akses antar wilayah harus diatasi sehingga seluruh masyarakat dapat mengambil bagian dari momentum tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun