Tahapan kedua adalah pengolahan sampah. Perlu diketahui, kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah tidak hanya dilakukan oleh Rangers, sebutan untuk anggota Savior, tetapi juga melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut adalah:
Kampus ITB, yang menjadi pihak utama, karena Masjid Salman adalah masjid kampus. Kemudian dengan unit-unit kegiatan dan karyawan yang ada di Masjid Salman, termasuk para pekerja non-Salman yang gedung kantornya masuk ke dalam kompleks masjid.
Para pegiat lingkungan di sekitar kota Bandung. Menurut Lulu, Savior selalu butuh booster tambahan supaya idealisme yang terbangun itu bersifat menyeluruh. Savior berusaha menjangkau edukasi terkait pemilahan sampah kepada seluruh masyarakat dari berbagai lini kehidupan, terutama mereka yang pernah berkunjung ke Salman.
Mitra-mitra utama Savior dalam pengolahan lanjutan sampah yang telah terpilah. Sampah organik dikelola secara pribadi oleh Savior untuk dikompos di Masjid Salman atau ke Sabuga ITB ketika sudah overload serta berjejaring dengan Karang Taruna Tamansari untuk diolah menjadi pakan magot. Proses pengomposan tadi akan menghasilkan pupuk, yang nantinya digunakan untuk menyuburkan tanaman di sekitar Masjid Salman. Jika ada pihak lain yang membutuhkan pupuk tersebut, maka akan dibagikan secara percuma alias gratis. Sementara dalam pengolahan material daur ulang seperti botol, plastik dan sebagainya, Savior bekerjasama dengan Bank Sampah Induk (sebelumnya Bank Sampah Bersinar) dan para pengepul lokal. Untuk pengolahan sampah residu dilakukan dengan penanganan Refuse Derived Fuel (RDF) menjadi briket sampah, dimana dalam pengolahan sampah residu ini Savior bekerjasama dengan Waste4change yang sebagian anggotanya merupakan alumni Teknik Lingkungan ITB.Â
Instansi-Instansi yang mendukung edukasi seperti Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung. Selain DLHK, Savior juga kerjasama dengan MUI Kota Bandung untuk bisa menjangkau masjid-masjid di Kota Bandung, Humas Bandung (publikasi media), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk memastikan pemilahan sampah berjalan dengan baik, Savior menempatkan beberapa Rangers untuk berjaga di titik-titik tempat sampah terpilah. Mereka nantinya akan mengarahkan jama'ah untuk membuang sampahnya ke tempat yang tepat. Ini termasuk dalam upaya edukasi kepada masyarakat terkait pemilahan sampah itu sendiri.Â
Berdasarkan data timbulan sampah yang diterima oleh Savior pada tahun 2023, sampah dengan label warna hijau (sampah sisa makanan) memiliki massa terbesar di antara sampah dengan label warna lainnya, yaitu 21.314 kg/hari. Sementara itu, sampah plastik yang diterima memiliki massa yang paling kecil, yaitu 5.836 kg/hari.Â
Selain pemilahan dan pengolahan sampah, kegiatan Savior juga mencakup aksi dan edukasi, riset, kaderisasi, dan rekonstruksi. Dalam lingkup aksi, Rangers senantiasa melibatkan diri mereka dalam aksi-aksi ramah lingkungan baik yang dilakukan di sekitar Masjid Salman ITB maupun dalam lingkup Kota Bandung. Mereka juga mengadakan kegiatan lainnya seperti Zero Waste Ramadhan, Sedekah Tematik (mainan, elektronik), Sedekah Wadah Kurban dan lain-lain.Â
Syahril, penanggung jawab Bidang Ekoliterasi Masjid Salman ITB menjelaskan dalam pelaksanaan kegiatannya, Savior terkadang berkolaborasi dengan komunitas pecinta lingkungan lainnya. Contoh kecilnya yaitu ketika dilaksanakan program sedekah sampah yang hingga saat ini masih tetap berjalan. Kemudian sedekah wadah kurban menjelang Idul Adha, dimana dalam program tersebut berhasil terkumpul sebanyak 1000 wadah kurban yang terbuat dari mika putih dan keranjang anyaman bambu.
"Kita ngumpulin sedekah wadah kurban itu sebagai pengganti kantong plastik ketika Idul Adha. Jadi selama menyembelih hewan kurban itu, semua dagingnya masuk ke wadah-wadah mika bening dan besek," jelas Syahril saat wawancara bersama penulis pada Kamis (11/4). Ia menambahkan, bahwa wadah-wadah tersebut berasal dari hasil kolaborasi dengan beberapa komunitas di Bandung.
Salah satu yang terbaru adalah program Sedekah Sampah yang merupakan kampanye bersama dari Gerakan Sedekah Sampah Indonesia dan dikoordinir oleh Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL). Program ini juga menjangkau Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi.Â