"Hari Senin, di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacara bendera,....." (pdf/halaman 30)
Selanjutnya adalah warung Bi Eem yang banyak menyimpan kejadian yang penting dan juga romantisme Dilan dan Milea. Warung Bi Eem adalah warung yang berdiri di tanah peninggalan zaman dulu yang didirikan oleh Bi Eem. Warung ini terkadang digunakan untuk menongkrong anak SMA untuk sekedar merokok atau makan dan minum. Warung ini juga kadang digunakan sebagai markas berkumpulnya geng motor Dilan dan teman-temannya.
      "Aku masuk ke warung Bi Eem dan bertemu dengan Dilan......." (pdf/halaman 235)
Setelah itu adalah Ruman Dilan dan Rumah Milea. Rumah Dilan dan Rumah Milea sering kali dijadikan sebagai latar tempat di novel ini.
      "Kami belajar di ruang tamu...." (pdf/halaman 159)
      "Aku diajak Bunda masuk ke kamar Dilan." (pdf/halaman 262)
      Latar waktu di novel ini adalah tahun 1990. Peristiwa banyak terjadi di pagi hari mengingat Dilan dan Milea adalah siswa SMA yang banyak berkegiatan di pagi hari sampai siang hari. Namun ada beberapa kejadian yang juga terjadi di malam hari.
      "Pagi itu, di Bandung pada tahun 1990......" (pdf/halaman 19)
      "Malam ini, aku sedang berada di ruang tamu......." (pdf/halaman 18)
      Latar sosial novel Dilan 1990 sebenarnya masih berkaitan dengan kehidupan sang penulis, Pidi Baiq. Setelah menelusuri di internet, banyak ditemukan foto masa muda Pidi Baiq yang terlihat seperti anak motor. Foto masa muda Pidi Baiq yang menggunakan jaket dan slayer seperti Dilan juga membuat banyak orang menduga bahwa Pidi Baiq adalah Dilan yang sebenarnya. Namun sampai sekarang tidak ada yang tau siapa itu Dilan, karena nama ini memanglah nama samaran. Pidi menjelaskan bahwa cerita ini sebenarnya bersumber dari seorang narasumber yang merupakan Milea yang asli dan setiap tokoh memang sudah ditelusuri secara jelas mengingat bahwa pekerjaan Pidi sebenarnya adalah seorang wartawan. Namun tokoh asli dalam novel ini telah melakukan perjanjian di atas materai agar tidak membocorkan tentang identitas mereka yang sebenarnya, akan tetapi banyak sekali teori-teori yang berkembang di masyarkat tentang siapa tokoh yang sebenarnya di novel ini.
      Pidi Baiq yang merupakan penulis novel Dilan 1990 lahir di Jawa Barat pada 8 Agustus 1972. Pria berumur 45 tahun ini mulai dikenal melalui Band Panas Dalam yang berdiri pada tahun 1995. Profesi Pidi Baiq pun sangat beragam yaitu seniman, pencipta lagu, dan sastrawan. Beliau juga bekerja sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung. Pada masanya, Pidi Baiq pernah menjabat sebagai Dekan di kampusnya, yaitu ITB. Pidi Baiq menikah dengan Rosi dan telah memiliki 2 anak yaitu Timur Langit Hali dan Bebe Bibe Utara. Pidi Baiq telah menulis banyak buku sejak 2008 hingga sekarang. Buku yang telah ditulis Pidi Baiq antara lain Drunken Monster (2008), Drunken Molen (2008), Drunken Mama (2009), Drunken Marmut (2009), At-twitter (2012), dan juga rangkain Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea: Suara dari Dilan. Novel Dilan 1990 ini bersambung dengan 2 novel selanjutnya yaitu Dilan 1991 dan Milea: Suara dari Dilan. Gaya Bahasa yang digunakan pun masih sedikit formal dikarenakan tokoh Dilan yang sangat menyukai sastra, sehingga cara berbicaranya pun sangat formal. Namun tokoh lainnya seperti Milea, Bunda, dan Beni masih menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Novel ini juga dibumbui dengan beberapa bahasa sunda yang juga terdapat terjemahan disampingnya mengingat bahwa latar novel ini adalah Bandung. Pidi Baiq ingin menyiratkan sebuah amanat jika cinta itu tergantung pada pribadi masing-masing bagaimana ia memilih pilihannya seperti yang tercatat pada bagian awal buku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!