Mohon tunggu...
Windy Puji Astutik
Windy Puji Astutik Mohon Tunggu... Freelancer - Windy Puji Astutik

Life my own Live

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Romansa Cinta Ala Remaja Tahun 1990-an

26 Februari 2018   21:27 Diperbarui: 27 Februari 2018   08:28 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel "Dilan, Dia adalah dilanku 1990" adalah sebuah novel karya Pidi Baiq yang terbit pada tahun 2014 dan terdiri atas 332 halaman. Novel "Dilan, Dia adalah Dilanku 1990" merupakan seri pertama dari rangkaian cerita Dilan dan Milea. Dengan genre "Romance", pengarang mengangkat tema percintaan. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang remaja di Bandung pada tahun 1990. Novel Dilan 1990 menceritakan kisah Dilan dan Milea melalui sudut pandang Milea.

 Milea, Ibunya, adik, serta pembantunya harus ikut serta pindah ke Bandung karena ayahnya dipindah tugas ke Bandung pada tahun 1990. Mereka pun tinggal di sebuah rumah milik kakek Milea di Jalan Buah Batu Kota Bandung. Selama di Bandung, Milea mendapatkan banyak sahabat di sekolah barunya yang pada akhirnya akan menuntunnya menuju seorang pria bernama Dilan. Berikut adalah kutipan yang membuktikan tentang penjelasan tersebut tersebut:

"Sejak kecil, aku tinggal di Jakarta, yaitu di daerah kawasan Slipi. Tahun 1990, ayahku dipindah tugas ke Bandung, sehingga ibuku, aku, adik bungsuku, pembantuku, dan semua barang-barang di rumah pun pada ikut dipindah." (pdf/halaman 15)

Novel ini mengangkat tema percintaan. Percintaan tetaplah menjadi tema yang sangat menarik dari dulu sampai sekarang. Percintaan sepasang remaja masih menjadi daya tarik masyarakat dalam hal bacaan. Berikut kutipan novel berikut akan membuktikan tentang tema tersebut:

    "Selain romantis, sekolah itu adalah tempat yang banyak menyimpan kenangan. Terutama menyangkut dengan seseorang yang aku cintai, yang pernah selalu mengisi hari hariku di masa lalu, yang malam ini kisahnya aku ceritakan kepadamu." (percintaan) (pdf/halaman 17)

Selain membahas tentang tema percintaan. Novel ini juga diiringi dengan perselisihan yang terjadi antara tokoh-tokoh dalam novel. Berikut ini adalah cuplikan novel yang menunjukan tentang adanya perselisihan diantara tokoh-tokoh dalam novel:

  "Susi dan kawan-kawannya sudah mulai berdiri. Anhar berusaha menyingkirkan tanganku yang memegang kerah bajunya. Tetapi, cengkeramanku  sungguh kuat. Kulihat  mata Anhar mulai marah, dia mendorongku membuat aku nyaris jatuh, untung bisa kutahan dengan cara memegang kuat kerah bajunya."(perselisihan) (pdf/halaman 310)

Pengarang memiliki cara sendiri dalam mengemas tema menjadi kutipan kutipan yang menjadi sangat popular di masyarakat. Berikut ini adalah kutipan yang telah tersebar di masyarakat dan menjadi virus Dilan 1990:

       "Sekarang kamu tidur. Jangan begadang. Dan jangan rindu."

       "Kenapa?" kutanya

       "Berat", jawab Dilan. "Kau gak akan kuat. Biar aku saja." (Dilan 1990)

       "Milea."

       "Kamu cantik."

       "Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalo sore." (Dilan 1990)

Pengarang menggambarkan semua tokoh melalui gambar yang terdapat pada halaman depan buku setelah daftar isi. Dihalaman ini tergambar wajah dari tokoh tokoh yang ada di novel ini. Dilan digambarkan sebagai pria tampan yang berambut rapi dan Milea digambarkan sebagai perempuan yang cantik dengan rambut panjang dan berseragam SMA. Semua tokoh digambarkan hanya sebatas pada gambar. Tidak ada keterangan lain atau keterangan tambahan yang dapat menjelaskan tentang para tokoh secara fisik, sehingga pembaca tidak dapat membayangkan dengan jelas bayangan para tokoh dalam novel secara fisik. Namun, pengarang menggambarkan karakter setiap tokoh cukup jelas melalui deskripsi-deskripsi dalam novel seperti tingkah laku tokoh dan juga deskripsi dari tokoh lain, misalnya Milea. Milea adalah tokoh utama wanita dalam novel ini. Milea akan menceritakan segala lika-liku cerita cintanya bersama Dilan pada tahun 1990 dalam buku ini. 

Dalam novel ini Milea tidak digambarkan karakternya secara langsung atau melalui pendapat tokoh lain. Karakter Milea digambarkan secara tersirat melalui tingkah lakunya sendiri yang tertulis dalam novel. Milea merupakan sosok wanita yang sangat rajin dan mandiri. Ini dapat kita lihat bahwa Milea mencuci sepatunya sendiri pada hari Minggu yang dapat kita lihat pada halaman 24 (pdf). Milea juga sangat sopan dan santun seperti bagaimana dia memperlakukan orang tua, guru, dan orang yang lebih tua dari dirinya. Selain sifat-sifat tersebut, Milea juga memiliki sisi seorang perempuan kuat dan juga pemberani. Ini dapat kita lihat pada kutipan berikut yang terdapat pada halaman 310:

"Sesaat setelah itu, aku maju dan langsung merenggut kerah baju Si Anhar." (pdf/halaman 310)

Tokoh selanjutnya adalah Dilan. Dilan adalah objek yang akan diceritakan oleh Milea dalam novel ini. Dilan digambarkan sebagai anak geng motor yang berandal namun juga pandai. Dilan juga orang yang ramah dn juga hormat kepada orang yang lebih tua, tak lupa juga dengan sopan-santun yang tak diragukan lagi. Ini adalah pendapat Milea tentang Dilan yang membuktikan tentang karakter Dilan tersebut:

"Menurutku, andai semua anggota geng motor seperti Dilan, mungkin tak akan ada anggota geng motor seperti Anhar." (pdf/halaman 84)

 "Maksudku, meski keduanya anak berandal, tapi Dilan pintar dan selalu mendapat rangking pertama di kelasnya. Sedangkan Anhar pernah tidak naik kelas." (pdf/halaman 84)

Mengacu pada pendapat Milea, mungkin pada tahun 1990 lelaki yang merupakan anggota geng motor menjadi lelaki idaman para wanita zaman itu. Tetapi jika kita lihat pada zaman sekarang anak-anak geng motor biasanya terkenal nakal, urakan, dan juga suka membuat keributan. Mungkin jika Dilan hidup di zaman ini, tidak akan ada wanita yang mendekatinya karena kenakalannya. Namun selain sisi Dilan yang merupakan anggota geng motor dan nakal, sisi keromantisan Dilan mungkin akan membuat banyak wanita yang suka dengan caranya yang kuno dan manis dalam mendekati seorang wanita. Contohnya adalah ketika Dilan memberikan hadiah ulang tahun kepada Milea berupa TTS atau Teka Teki Silang yang sudah diisi dikarenakan Dilan tidak mau membuat Milea pusing mengisinya yang terdapat di pdf pada halaman 71.

            Tokoh berikutnya adalah Beni. Beni merupakan pacar Milea yang ada di Jakarta. Beni merupakan orang yang kasar, keras, dan juga selalu menanggapi masalah dengan pikiran yang pendek. Ini dapat dilihat dari cara Beni menyikapi peristiwa ketika Nandan dan Milea sedang makan siang bersama di sebuah warung di dekat TVRI Jakarta. Beni langsung marah dan menghina Milea sebagai seorang "pelacur" ketika ia melihat kejadian ini. Padahal waktu itu sebenarnya Milea makan bersama Nandan dan Wati, namun Wati sedang pamit untuk memanggil teman-temannya. Pada saat Beni datang, ia langsung marah dan bertanya ke Milea dengan wajah yang sinis dan marah. Berikut adalah kutipan yang membuktikan tentang sifat Beni tersebut:

"Itu kata yang bisa kudengar sebagai kata yang paling menyakitkan dari banyak kata-kata buruk lainnya yang biasa Beni ucapkan ketika dia marah. Kalau aku benar pelacur, mungkin tak masalah, tapi aku bukan !!!" (pdf/halaman 94)

Sebenarnya Beni adalah orang yang penyayang, namun rasa ingin memiliki Beni sangat tinggi dan inilah yang membuat Milea merasa terkekang. Beni selalu berpikir pendek sebelum bertindak dan ini membuat Milea tidak nyaman. Tokoh lain yang memiliki peran penting disini adalah Kang Adi. Kang Adi merupakan mahasiswa ITB semester 5 yang merupakan guru bimbingan Milea. Ayah Milea meminta Kang Adi untuk membimbing Milea dalam belajar supaya Milea juga bisa masuk ITB seperti dirinya padahal Milea sebenarnya ingin masuk ke Universitas Padjajaran. Namun selama ini selain membimbing Milea, ternyata Kang Adi juga menyukai Milea dan berusaha mendekatinya. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

"Ayah tidak tahu bahwa di balik kegiatan Kang Adi membimbingku selama ini adalah untuk melakukan pendekatan kepadaku......" (pdf/halaman 289)

Tidak hanya Kang Adi saja yang berusaha mendekati Milea, Nandan yang merupakan ketua kelas di kelas Milea juga berusaha mendekati Milea. Nandan selalu berusaha memiliki momen bersama Milea seperti makan di kantin, sekedar membaca buku di kelas, dan juga mencari kesempatan untuk ngobrol dengan Milea membahas tentang kelas, karena Milea adalah sekertarisnya. Pada saat Milea berulang tahun, Nandan memberikan Milea kado berupa kado boneka beruang. Dan Nandan berkata di pdf halaman 66 bahwa dia memberikan Milea boneka supaya Milea bisa memeluknya ketika tidur.

  "Kadonya boneka, biar apa coba?" ......

   "Biar kalo tidur, kamu bisa memeluknya." (pdf/halaman 66)

            Tokoh Piyan, Wati, Rani, Anhar, Susi dan Akew merupakan teman-teman sekolah Dilan dan Milea. Piyan, Wati, dan Rani memiliki watak protagonis yang dapat kita lihat bahwa di suasana sedih atau gembira mereka selalu menemani Dilan dan Milea. Sedangkan Anhar, Akew, dan Susi dapat digolongkan sebagai tokoh antagonis yang dapat dilihat bagaimana cara mereka memperlakukan Milea di warung Bi Eem. Susi dan Anhar pernah menghina Milea ketika di warung Bi Eem yang dapat dilihat pada pdf halaman 310. Tokoh orang tua seperti Bunda Dilan, Ibu Milea, dan Ayah Milea memiliki watak protagonis.

            Alur yang digunakan pengarang pada novel ini adalah alur mundur. Di novel ini, Milea yang sedang duduk di ruang tengah akan menceritakan tentang kisah masa lalunya di tahun 1990. Novel ini dibuka dengan perkenalan diri sang tokoh Milea dan juga penjelasan keluarganya serta cerita bagaimana dia bisa pindah ke Bandung dan tinggal di sebuah rumah di Jalan Buah Batu. Bagian kedua novel menceritakan tentang bagaimana ia bertemu dengan Dilan sang peramal. Milea bertemu dengan Dilan di jalan menuju sekolah dimana Dilan meramal bahwa ia akan bertemu dengan Milea di kantin. Setelah bagian perkenalan dan kejadian setelahnya, novel akan masuk dalam babak penanjakan ketika Dilan salah paham terhadap Nandan. Dilan mengira bahwa Nandan dan Milea berpacaran padahal sebenarnya tidak. Setelah babak ini, masuklah pada babak klimaks ketika Milea dan Beni bertengkar di sebuah warung di kota Jakarta. Anti klimaks dalam novel ini adalah ketika Milea dan Beni putus. Pada saat inilah Milea sudah bebas dari pelukan Beni yang kasar dan kekanak-kanakan. Milea pun mulai bebas dalam mengekspresikan cintanya kepada Dilan. Tahap penyelesainnya adalah ketika Milea dan Dilan sudah resmi berpacaran setelah mengalami banyak tantangan dan cerita.

            Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama. Ini dapat kita lihat bahwa Milea merepresentasikan dirinya sebagai tokoh "aku". Dapat kita lihat dalam kutipan berikut:

            "Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan...." (pdf/halaman 13)

            Latar tempat pertama adalah sekolah. Dikarenakan Dilan dan Milea adalah siswa SMA, banyak kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah, seperti di kantin, di lapangan upacara, dan juga di aula sekolah ketika Dilan mengikuti tes seleksi cerdas cermat. Berikut adalah kutipan tentang penjelasan tersebut:

"Hari Senin, di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacara bendera,....." (pdf/halaman 30)

Selanjutnya adalah warung Bi Eem yang banyak menyimpan kejadian yang penting dan juga romantisme Dilan dan Milea. Warung Bi Eem adalah warung yang berdiri di tanah peninggalan zaman dulu yang didirikan oleh Bi Eem. Warung ini terkadang digunakan untuk menongkrong anak SMA untuk sekedar merokok atau makan dan minum. Warung ini juga kadang digunakan sebagai markas berkumpulnya geng motor Dilan dan teman-temannya.

            "Aku masuk ke warung Bi Eem dan bertemu dengan Dilan......." (pdf/halaman 235)

Setelah itu adalah Ruman Dilan dan Rumah Milea. Rumah Dilan dan Rumah Milea sering kali dijadikan sebagai latar tempat di novel ini.

            "Kami belajar di ruang tamu...." (pdf/halaman 159)

            "Aku diajak Bunda masuk ke kamar Dilan." (pdf/halaman 262)

            Latar waktu di novel ini adalah tahun 1990. Peristiwa banyak terjadi di pagi hari mengingat Dilan dan Milea adalah siswa SMA yang banyak berkegiatan di pagi hari sampai siang hari. Namun ada beberapa kejadian yang juga terjadi di malam hari.

            "Pagi itu, di Bandung pada tahun 1990......" (pdf/halaman 19)

            "Malam ini, aku sedang berada di ruang tamu......." (pdf/halaman 18)

           Latar sosial novel Dilan 1990 sebenarnya masih berkaitan dengan kehidupan sang penulis, Pidi Baiq. Setelah menelusuri di internet, banyak ditemukan foto masa muda Pidi Baiq yang terlihat seperti anak motor. Foto masa muda Pidi Baiq yang menggunakan jaket dan slayer seperti Dilan juga membuat banyak orang menduga bahwa Pidi Baiq adalah Dilan yang sebenarnya. Namun sampai sekarang tidak ada yang tau siapa itu Dilan, karena nama ini memanglah nama samaran. Pidi menjelaskan bahwa cerita ini sebenarnya bersumber dari seorang narasumber yang merupakan Milea yang asli dan setiap tokoh memang sudah ditelusuri secara jelas mengingat bahwa pekerjaan Pidi sebenarnya adalah seorang wartawan. Namun tokoh asli dalam novel ini telah melakukan perjanjian di atas materai agar tidak membocorkan tentang identitas mereka yang sebenarnya, akan tetapi banyak sekali teori-teori yang berkembang di masyarkat tentang siapa tokoh yang sebenarnya di novel ini.

            Pidi Baiq yang merupakan penulis novel Dilan 1990 lahir di Jawa Barat pada 8 Agustus 1972. Pria berumur 45 tahun ini mulai dikenal melalui Band Panas Dalam yang berdiri pada tahun 1995. Profesi Pidi Baiq pun sangat beragam yaitu seniman, pencipta lagu, dan sastrawan. Beliau juga bekerja sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung. Pada masanya, Pidi Baiq pernah menjabat sebagai Dekan di kampusnya, yaitu ITB. Pidi Baiq menikah dengan Rosi dan telah memiliki 2 anak yaitu Timur Langit Hali dan Bebe Bibe Utara. Pidi Baiq telah menulis banyak buku sejak 2008 hingga sekarang. Buku yang telah ditulis Pidi Baiq antara lain Drunken Monster (2008), Drunken Molen (2008), Drunken Mama (2009), Drunken Marmut (2009), At-twitter (2012), dan juga rangkain Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea: Suara dari Dilan. Novel Dilan 1990 ini bersambung dengan 2 novel selanjutnya yaitu Dilan 1991 dan Milea: Suara dari Dilan. Gaya Bahasa yang digunakan pun masih sedikit formal dikarenakan tokoh Dilan yang sangat menyukai sastra, sehingga cara berbicaranya pun sangat formal. Namun tokoh lainnya seperti Milea, Bunda, dan Beni masih menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Novel ini juga dibumbui dengan beberapa bahasa sunda yang juga terdapat terjemahan disampingnya mengingat bahwa latar novel ini adalah Bandung. Pidi Baiq ingin menyiratkan sebuah amanat jika cinta itu tergantung pada pribadi masing-masing bagaimana ia memilih pilihannya seperti yang tercatat pada bagian awal buku.

"Cinta itu indah. Jika bagimu tidak. Mungkin kamu salah milih pasangan."

 Pidi Baiq 1972-2098

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun