Mohon tunggu...
Windi Ningsih
Windi Ningsih Mohon Tunggu... wiraswasta -

ordinary woman with extraordinary life ^^ windimagination.blogspot.com http://www.facebook.com/eka.windiningsih @windi_ningsih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Film Naura dan Genk Juara, Sentimen Agama sampai Penjahat Psikopat!

21 November 2017   12:27 Diperbarui: 21 November 2017   12:43 19298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekan lalu saya membawa anak-anak menyaksikan film Naura dan Genk Juara (NGJ). Setelah menyaksikan sendiri film tersebut, ada banyak notes di dalam kepala saya yang selama film mengalir berkali-kali memberikan pemahaman kepada anak-anak. Saya merasa kecolongan...

Ada yang sudah menuliskan tentang film tersebut, namun saya ingin menuliskan lagi dari sudut ibu-ibu yang mendambakan film mendidik di tengah gempuran film-film dewasa, horor, maupun film kualitas sampah yg dibandrol sebagai film bergenre drama dan remaja...

Mungkin saya akan banyak membandingkan dengan film sejenisnya, Petualangan Sherina, karena saya melihat film ini ingin mengulang gemilangnya film PS (Petualangan Sherina).

Jika kita melihat tema, saya melihat NGJ seperti bingung dengan temanya sendiri: keberanian, pertemanan, atau kompetisi? Bukankah bagi anak-anak, hal itu juga akan menyulitkan mereka? Karena anak-anak butuh fokus pada satu hal besar.

Mungkin karena tema yang bingung tersebut, cerita yang ada jadi tidak smooth mengalirnya, adegan antar scene pun terlihat sangat kasar, melompat-lompat.

Ini jelas berbeda dengan PS yang tema besarnya sudah bisa saya dapatkan saat saya kecil meski jaman dulu google belum ditemukan. PS jauh lebih fokus dengan temanya: persahabatan, di mana adegan demi adegan dirangkai sedemikian rupa oleh Miles untuk mengantarkan kita menuju satu tema itu.

Penilaian saya ini pun diiyakan oleh salah seorang penulis review film ini yang mengatakan bahwa penulis skenarionya terlihat gagap dalam bercerita.

Dalam cerita di filmnya sendiri pun banyak sekali kejanggalan yang saya temui. Misalnya adalah tidak adanya guru pendamping dari tiap sekolah untuk mendampingi anak2 murid mereka di camp tersebut. Lalu pembagian tenda yang menyatukan antara anak laki-laki dan anak perempuan, "kalian dari sd Angkasa? Tenda kalian di sana ya."

Lalu bagaimana mungkin camp yg isinya anak2 SD bisa tidak ada pengawasnya saat malam hanya karena semua harus mencari seorang anak yg hilang?

Lalu untuk percobaan-percobaan sciencesnya? Saya rasa itu hanya pemanis buatan. Karena tak ada penjelasan sama sekali, misalnya kelompok a membuat apa, dari apa, fungsinya apa. Bahkan hasil karya Naura sendiri pun seperti tak dihargai, terlihat dari cepot (hewan peliharaan Kipli) yang membawa kabur GPS naura tapi tdk dicari.

Penghargaan terhadap anak pun kurang, ini bisa ditemui dari respon bu Laras pada laporan Naura dan teman2nya mengenai Okky yg hilang, dan juga cara panitia camp berkata-kata pada tokoh Bimo yang justru seperti merendahkan bakat seorang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun