Mohon tunggu...
Windi Meilita
Windi Meilita Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Content Writer

Introvert muda yang senang menghabiskan waktu di kamar sambil scroll layar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Terminal 04, tentang Keputusan

17 April 2024   15:15 Diperbarui: 17 April 2024   15:16 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pexels.com/sheyds)

Di sisi barat terminal, ada rest area dan area parkir khusus kendaraan pribadi jadi siapapun yang ingin belanja di Kota Kuning wajib memarkirkan kendaraannya di tempat yang sama. Pusat oleh-oleh atau pusat perbelanjaan Kota Kuning ada di sisi timur rest area. Tata letaknya memang dibuat berdekatan dengan terminal dan rest area, karena mayoritas pengunjung pusat perbelanjaan datang dari luar Kota Kuning

Dan hebatnya lagi, area perbelanjaan ini menggunakan lahan seluas 50 hektar. Mereka membaginya menjadi beberapa spot, seperti spot khusus makanan basah, spot khusus makanan kering, spot khusus busana anak, spot khusus elektronik dan lainnya. Untuk berpindah dari satu spot ke spot lain bisa menggunakan mini bus yang jalur lintasnya satu arah. Ada 10 mini bus yang beroperasi setiap hari.

Pusat perbelanjaan Kota Kuning nggak kenal istilah macet karena memang sistem belanjanya diatur sedemikian rupa demi kenyamanan pengunjung. Rasanya senang bisa berkunjung ke kota ini, hari ini. Terminal dan pusat perbelanjaan Kota Kuning yang sekarang sudah sangat berbeda dan sangat memanjakan pengunjung. 

Lalu, apa yang akan kulakukan selanjutnya? Awalnya hanya sekedar ingin berkeliling menggunakan minibus saja. Mini bus di sini gratis, tanpa minimal penggunaan, jadi bisa keliling tanpa turun sama sekali.

Niatnya begitu karena aku datang tanpa tujuan, tapi akhirnya aku memilih berhenti di spot elektronik dan teknologi. Ada satu toko yang menarik perhatian, namanya Harlequin Top Up, aku berhenti bukan karena namanya tapi karena pemiliknya.

Berbeda dengan toko lain yang banyak pengunjung, Harlequin Top Up hanya kedatangan lima sampai enam pengunjung. Saat aku masuk, hanya ada satu orang yang berjaga dan hanya melayani ketika dipanggil saja.

Seperti biasa, rasanya ingin ngobrol sebentar, tapi kurang tepat kalau pembeli datang hanya untuk mengobrol tanpa membeli barang. Pengalaman seperti ini sudah sangat sering terjadi di terminal kotaku. Banyak orang datang,  bertanya ini dan itu, lalu tiba-tiba pergi. Mereka terlihat biasa saja, tapi para penjualnya kelelahan. Aku berjanji pada diri sendiri, nggak akan menjadi orang yang seperti itu. Minimal, kalau sudah masuk toko harus ada satu barang yang dibeli.

Saat ini hanya aku pembeli yang tersisa, kupilih barang yang kira-kira bisa dipakai untuk mendukung produktivitas menulis, lalu menuju kasir. Sambil mengemasi barang, kami sempat ngobrol sebentar tentang dia yang masih muda dan sudah buka usaha. Dari ceritanya, kusimpulkan Harlequin Top Up memang miliknya sendiri, diolah dan diurus seorang diri. Ia punya beberapa pekerja, tapi semuanya bekerja secara online karena fokus usahanya memang melayani pembelian Top Up.

"Awalnya store kami memang cuman melayani top up mbak, ada top up game, pulsa, listrik. Semuanya online, jadi kerjanya lewat hp. Sampai sekarangpun paling banyak orderan online." katanya sambil mengecek fungsi kerja barang-barang yang kupilih.

"Dalam sehari bisa dapet berapa orderan kak?" 

"Pernah sampai 5000 mbak, lumayan. Kalau stabilnya di angka 3000 - 4000" ujarnya santai tapi bikin aku lumayan kaget. Aku sempat mengira toko ini sepi pembeli, tapi ternyata fisiknya saja yang sepi pembeli. Orderannya pun cukup untuk menggaji 3 pekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun