"Terima kasih. Tidak apa-apa." Jawab Aya.
"Maaf Aku tidak bisa lama lagi di sini. Aku hanya bisa berpesan, hargailah orang yang paling kalian sayangi, hargai pasangan kalian. Terkadang kita tidak tahu berapa lama waktu yang tersisa untuk bisa bersama." Lanjut Aya sambil pamit dan meninggalkan aku dan Anggit yang masih termangu.Â
Aku dan Anggit saling berpandangan. Mengapa tiba-tiba menjadi canggung. Anggit terlihat buru-buru meninggalkanku sendiri. Ia duduk di kursinya. Entah...rasanya baru pertama kali juga aku menatap Anggit dengan benar. Dari balik tumpukan buku Anggit terlihat sangat manis.
"Apakah pesona gadis senja tergantikan oleh Anggit si jahil itu?" batin Banyu.
Ah, hidup memang misteri. Terkadang ada yang pergi, ada pula yang datang. Aneh, sama seperti perasaanku sendiri yang tidak bisa ditebak.
Senja yang indah, ia datang sejenak namun setelah itu pergi dengan sendirinya, menyisakan sunyi. Namun tidak kali ini, aku merasa ada yang lebih berwarna, menatap langit dengan orang yang selama ini selalu ada untukku. Anggit. Apakah ini Cinta?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H